Givano bilang. Ayyara itu seperti bunglon. Yaps! benar sekali.
Ayyara itu memang seperti bunglon. Kemarin, saat ia meluapkan emosinya kepada Givano.
Kini, sikapnya terhadap Givano sudah seperti biasanya. Ia menjadi Ayyara yang ceria dan cerewet.
Pagi ini Ayyara tidak ada jadwal kelas di kampusnya. Jadi ia berencana untuk mengajak Givano sarapan bersama di tempat bubur kemarin.
"Pagi Ma!" seru Ayyara saat berada di ruang makan.
"Pagi juga Ara, yuk sarapan dulu." Hari ini Ibunya Ayyara juga sedang tidak ada jadwal di rumah sakit.
"Makasih Ma, tapi Ara lagi pengen bubur. Jadi, Ara mau ngajak Givano buat ketempat bubur yang pernah kami kunjungi itu." jelas Ayyara.
"Oalah, yaudah gapapa. Sok sana, nanti keburu habis buburnya." ujar Ibunya Ayyara sembari tersenyum.
"Gapapa nih Ma? tapi nanti yang makan ini siapa?" tanya Ayyara.
"Udah gapapa, lagian ini Mama cuma buat untuk kamu doang. Nanti biar Mama aja yang makan. Mama sebenarnya juga masih lapar." ujar Ibunya Ayyara terkekeh.
"Serius nih?" tanya Ayyara meyakinkan.
"Milyaran rius."
"Yaudah, Ara kerumah Givano dulu ya Ma. Assalamualaikum." pamit mencium tangan Ibunya Ayyara.
"Wa'alaikumsalam, hati hati ya sayang."
****
"Givano! Givano!" panggil Ayyara dari depan gerbang rumah Givano.
Pintu rumah Givano pun terbuka, namun bukan Givano yang muncul. Melainkan, Ibunya Givano.
"Eh nak Ara." saut Ibunya Givano.
"Assalamualaikum tante." Ayyara langsung mencium punggung tangan Ibunya Givano.
"Wa'alaikumsalam. Kamu cari Givano kan?"
"Iya tante, Ara mau ngajak Givano sarapan di tempat tukang bubur kemarin hehe."
"Yaudah yuk masuk dulu, biar tante panggil Givano ke kamar nya." ajak Ibunya Givano.
"Eh, gausah tante. Ara tunggu di sini aja." balas Ayyara.
"Gaboleh, kamu harus masuk!"
"Ga usah tante, kan Ara cuma sebentar doang."
"Huft. Yaudah kalau gitu kamu duduk aja di bangku depan teras situ, jangan di depan gerbang ya." pasrah Ibunya Givano.
"Iya tante." jawab Ayyara.
****
"Udah nggak galau lagi lo?" tanya Givano saat sampai di tempat tukang bubur.
"Siapa yang galau dah." elak Ayyara.
"Idih pura pura lupa lo." Setelah memakirkan motor nya, Givano langsung masuk terlebih dahulu.
"Siapa yang pura pura lupa coba." ujar Ayyara menyusul Givano.
Setelah memesan dua mangkuk bubur dan 2 gelas air mineraldan telah dihidangkan. Kini mereka memakan nya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Suapan demi suapan. Kini, mangkuk yang berisi bubur tadi telah kosong.
Mereka telah selesai makan, namun belum ada yang mau membuka suara.
Hal itu membuat Ayyara bosan. Sehingga, mengharuskannya memulai pembicaraan.
"Beliin gue Ice cream dong No." pinta Ayyara.
"Nggak ada duit." jawab Givano.
"Alasan." sinis Ayyara.
"Hm."
"Ish. Beliin gue Ice cream ya! yang dekat taman kompleks kita itu."
"Nggak."
"Yaudah terserahlah." ujar Ayyara bangkit dari kursinya, lalu keluar dari tempat tersebut.
"Cih ngambek." ujar Givano ikut bangkit, tak lupa pula ia membayar bubur tadi terlebih dahulu. Dan langsung menyusul Ayyara.
"Ayo!" ajak Givano menyalakan motornya sambil menatap Ayyara yang sedang duduk ditumpuan batu dekat motor Givano parkirkan tadi.
"Beli Ice cream!!" ujar Ayyara merajuk.
"Iya-iya, yaudah cepat naik." pasrah Givano.
"Serius? Nanti lo bohong lagi."
"Serius."
"Wokeh!!!" ujar Ayyara naik ke motor Givano dengan bersemangat.
****
Taman Kompleks dekat rumah, adalah tempat favorit buat sekedar bersantai. Itulah yang dilakuan oleh Ayyara dan Givano.
Setelah membeli Ice cream yang berada tidak jauh dari taman. Kini, mereka duduk dibangku taman untuk memakan Ice cream yang dibeli tadi sembari menatap anak kecil yang berada di taman.
"Udah nggak galau lagi?" tanya Givano mengulang pertanyaannya tadi.
Ayyara yang sedang menikmati Ice cream nya. Terpaksa berhenti dan menjawab. "Siapa yang galau sih?"
"Ngga usah pura pura lupa gitu." balas Givano.
"Apaan sih." ujar Ayyara mengelak.
"Semalam aja nangis nangis." ledek Givano.
"Gue lagi makan Ice cream, jadi jangan ganggu bisa nggak?"
"Hm."
Setelah memakan Ice cream, Ayyara mengajak Givano untuk kembali ke rumah.
Namun perkataan Givano membuat Ayyara urung untuk bangkit dari bangku. "Jangan lakuin hal yang bisa membuat kerugian ya Ra."
"Maksud lo?" tanya Ayyara yang tadi ingin bangkit dari bangku namun urung untuk dilakukan.
"Lo punya rencana kan?" Tatapan yang diberikan Givano sudah seperti detektif yang sedang mengintrogasi.
"Re-rencana apaan?" tanya Ayyara balik dengan kegugupan nya.
"Lo itu polos atau pura pura polos sih Ra?!" tanya Givano yang sudah terpancing.
"M-maksud lo apaan sih No!"
"Lo mau nyelakain Tiara kan?"
"Nggak, k-kata siapa gue mau nyakitin Tiara?"
"Dari ucapan lo yang gugup itu. Hal itu udah membuktikan Ra."
Ayyara yang sudah menahan emosi nya, kini terluap kan.
"Lo kenapa jadi ikut campur masalah gue sih No?! Lo nggak punya hak buat ngatur hidup gue! Lo itu cuma orang baru di kehidupan gue!"
"Oh gue tau. Lo bersikap seperti ini, pasti ada alasannya kan? Lo suka sama gue?"
"Givano, Lo tau kan kalau gue itu cuma suka sama Rafka!"
"Lo itu bukan tipe gue No! Tipe gue itu yang seperti Rafka. Dia friendly, nggak kayak lo yang sok cool gitu." ujar Ayyara finish.
"Ya, gue tau kalau gue bukan tipe lo. Makanya–"
"Makanya lo bersikap peduli sama gue? Kenapa nggak dari awal? Kenapa harus sekarang? kenapa saat gue udah bener bener menginginkan Rafka?" Ujar Ayyara memotong pembicaraan Givano.
"Ra! Gue udah berapa kali ngingetin lo, kalau Rafka bakal nikah sama Tiara."
"Dan udah berapa kali gue ingatin lo kalau gue suka sama Rafka?" tanya Ayyara memutar balikkan.
"Tapi Rafka bakalan nikah Ra!! Gue nggak bakal biarin orang yang gue sayang berbuat kesalahan!" ujar Givano tanpa sadar.
"See, lo beneran suka sama gue kan? Tapi maaf No, lo bukan tipe gue."
"Ok, gue akui gue emang suka sama lo Ra! Dan sekarang gue tau kalau gue emang bukan tipe lo. Tapi apa lo pernah mikir? Apa lo adalah tipe Rafka?" Ucapan Givano membuat Ayyara terdiam.
"Kenapa tiba tiba lo diam?"
"Gue mau pulang!" ujar Ayyara menghindar.
"Yaudah sana pulang, lagian rumah lo cuma beberapa langkah doang." sinis Givano.
"Lo itu ya No! Erghh malas gue sama lo!" Ayyara memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan taman menuju rumahnya.
"Bunglon emang." ujar Givano setelah kepergian Ayyara.
****
Diary Ayyara.
12, September
Hari yang sangat menyebal kan!
Huft, yang benar saja kalau Givano menyukai ku? Tapi kenapa baru sekarang?
Dari awal aku udah menyatakan bahwa aku cinta sama Rafka dan aku nyaman sama Givano!
Aku nggak mau kehilangan keduanya.