Helaan nafas berat terdengar dari mulut Naya Dengan tangan kanan yang menenteng berkas-berkas kantor. Naya terus berjalan menyusuri jalanan kota yang sudah sepi.
"Ya tuhan, sial banget nasib gue hari ini. Ini lagi supir taxi pada kenapa? Gue berhentiin nggak ada yang mau berhenti. Sialan emang!" Naya memaki para supir taxi yang tak mau menghentikan taxinya sambil terus berjalan.
Naya berhenti sejenak untuk membenarkan letak tas di bahu kirinya dan mengusap keringat dikeningnya menggunakan punggung telapak tangannya. Naya merasa lelah, haus dan lapar, Ia ingin cepat-cepat sampai di Apartment dan tidur dengan nyenyak.
Disaat Naya berjalan dengan sisa tenaga yang yang dimilikinya. Sebuah mobil Mercedez berwarna putih berhenti tepat disampingnya. Naya terus berjalan tanpa menghiraukan kenapa mobil itu berhenti.
Sang pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya dan membunyikan klakson mobil bermaksud agar Naya melihat kearahnya.
"Naya berhenti!"
Naya berhenti berjalan dan melihat seseorang yang sudah menyuruhnya berhenti. Ia terkejut saat tahu seseorang yang menyuruhnya berhenti adalah atasan Naya di kantor.
"Uumm iya pak?"
"Masuk!"
"Hah" Naya membulatkan kedua bola matanya dengan mulut menganga.
Atasan Naya terkekeh melihat reaksi yang diberikan oleh Naya "Lucu banget sih kamu, masuk ke mobil biar Saya anterin kamu pulang"
Naya tersenyum canggung "Tidak perlu pak, saya bisa naik taxi. Saya tidak ingin merepotkan bapak"
Dirga menatap Naya tajam "Saya tidak terima penolakan Nona Kanaya. Jadi cepat masuk kedalam mobil atau mau saya buka kan pintunya Nona?"
Naya yang ditatap seperti itu oleh Dirga pun segera membuka pintu mobil dan masuk. "Maaf pak"
"Tak apa, tunjukan pada Saya jalan nya"
"Baik pak"
Selama diperjalanan menuju Apartment, Naya dan Dirga berbincang-bincang mengenai pekerjaan dan juga Naya yang memberi tahu arah menuju Apartment.
Naya membuka pintu Apartment dengan tidak sabaran dan menyebabkan kegaduhan yang menganggu gadis cantik yang sedang membaca majalah fashion disofa ruang tengah. Gadis cantik itu heran ketika melihat wajah Naya ang tampak bahagia.
"Heh lo kenapa? Kesambet"
Naya segera duduk di samping gadis cantik itu dengan wajah berbinar dan bibir yang tersenyum. Ia tampak masih bahagia dengan kejadian tadi.
"Emang ada apa?"
Gadis cantik itu tadi tampak tertarik dengan cerita Naya. Ia memiringkan wajahnya hingga berhadapan dengan Naya.
"Gue dianterin pulang sama pak Dirga"
"Apa?! Gue nggak salah denger? Lo dianterin sama pak Dirga? Boss lo itu yang ganteng? Kenapa bisa?"
"Hehe bisa dong. Jadi, tadi gue pulang nih abis lembur, nah di jalan gue nggak dapet-dapet taxi sekalinya ada taxi pas gue berhentiin malah nggak berhenti, gue kesel dong yah, Yaudah gue jalan aja terus eh tiba-tiba ada mobil berhenti disamping gue, gue yah masa bodo aja gitu nggak lama pemilik mobil manggil gue terus you know lah gimana kelanjutannya"
Ayu, sahabat Naya tertawa terbahak-bahak. Ia bahkan sampai memegangi perutnya yang terasa kaku karena tertawa.
Naya merengut kesal. Bukannya merasa senang. Ayu malah menertawainya. Naya melempar bantal yang ada di sebelahnya ke arah Ayu.
"Ish lo mah" Ayu menatap Naya dengan tatapan kesal. Kesal karena Naya melempar bantal ke arahnya.
"Ya lo kenapa ketawa? Ada yang lucu dari cerita gue barusan"
Ayu tertawa semakin keras. Ia bahkan sampai mengeluarkan air matanya.
"Lucu lah, supir taxi nggak ada yang mau berhenti"
"Humor lo receh banget sih Yu gitu aja ngakak. Kebanyakan jalan sama Arka jadi begini yah lo"
"Eh enak aja lo, enggak yah"
"Gue jadi kasian sama Arka deh, punya pacar modelan kayak lo gini duh gimana yah rasanya jadi Arka pasti merana banget"
Ayu mendorong kepala Naya dan menatapnya tajam.
"Sembarangan aja kalau ngomong, daripada lo jomblo dari lahir masih mending gue yah"
"Enak aja lo gue punya mantan yah"
"Mantan brengsek kayak dia aja lo akuin"
"Seenggaknya gue pernah pacaran!"
"Terserah lo aja deh yah"
"Eh, bikinin gue susu yah Yu. Gue mau mandi dulu"
Naya berjalan ke arah kamar dan Ayu yang mendengus kesal sebelum ia berjalan ke dapur untuk membuat susu. Kebiasaan mereka setiap malam adalah membuat susu agar mereka lebih cepat tertidur.
"Mandi yang bersih lo!" Ayu berteriak dari arah dapur.
"Kampret emang lo Yu,"
☯☯☯
Naya tampak terburu-buru memasuki sebuah perusahaan ternama yang bergerak di bidang jasa dan properti.
Perusahaan yang menjadi sangat terkenal karena pemilik perusahaan memiliki seorang putra yang tampan yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama. Ia juga terkenal sangat beringas dalam melawan musuh-musuh bisnisnya. Ia tak peduli kalimat tajamnya akan menyakiti lawan bisnisnya. Selama ia dapat memenangkan bartender, ia tak takut untuk berjuang. Dan sampai saat ini ia terhitung memenangkan tiga kali bartender besar. Dan dengan kepandaiannya, ia berhasil membuat geram musuh-musuhnya.
Dan selama ini, Naya menjabat sebagai sekertaris pribadi Direktur Utama atau Naya lebih sering memanggilnya Pak Dirga.
"Aduh telat deh"
Naya berlari menghampiri meja resepsionis. Ia menatap seorang gadis yang tengah menempelkan gagang telepon di telinganya dan tampak berbicara dengan serius.
"Mbak"
Naya memanggil resepsionis tadi yang baru saja meletakkan gagang telpon di tempatnya.
"Selamat pagi Bu Naya"
Resepsionis bersanggul dan berwajah manis tadi tampak tersenyum ramah.
"Pak Dirga udah dateng?"
"Setahu saya sudah bu, beliau ada di ruangannya"
"Duh Win, nggak usah formal gitu kali. Kita kan temen"
Windy tertawa "Yah kan lo sekertaris pak Dirga masa gue nggak sopan sama lo"
"Udah ah males debat. Gue mau keruangan udah telat nih"