Tok tok!!
Suara ketukan di pintu ruangannya membuat Dirga mendongakkan kepalanya. Ia kembali mengalihkan pandangannya pada laptop di hadapannya sebelum ia bersuara.
"Masuk!"
Clekk!
Masuklah seorang gadis dengan peluh bercucuran di dahinya. Pakaian juga tampak berantakan dan rambutnya juga terlihat tak serapi tadi.
"Ini pesanan Anda." Dengan nafas terengah-engah Naya meletakkan pesanan Dirga di mejanya.
"Saya permisi, Pak."
Baru saja Naya hendak keluar dari ruangan Dirga, terdengar suara Dirga yang membuatnya kembali berbalik. Ia menatap Dirga dengan tatapan heran.
"Iya, Pak? Apakah saya melakukan kesalahan?"
"Kenapa kamu menjadi seperti ini?" Dirga tampak menatap Naya dari atas sampai bawah.
"Maaf Pak, tadi saya kesulitan menemukan ojek. Jadi saya harus lari untuk mengejar taxi yang tidak kunjung berhenti."
Dirga hanya terdiam. Ia masih tetap memandangi Naya dengan raut wajah yang tak terbaca.
"Saya permisi, Pak."
Naya langsung keluar dari ruangan Dirga diikuti tatapan Dirga yang terasa menusuk dan mengintimidasi. Tatapan Dirga terlihat berbeda. Apakah ia merasa iba?
☯☯☯☯
Malam yang sunyi dan dingin membuat suasana malam ini terasa mencekam. Rintik-rintik air hujan yang membasahi bumi menambah suasana dinginnya malam.
Seorang gadis bergelut di bawah selimut tebalnya sembari memakai kaos kaki bergambar doraemon kesayangannya. Dinginnya malam membuatnya ingin bersembunyi di balik selimut sekaligus mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena seharian bekerja.
Drrtt.. Drrtt
Naya langsung membuka matanya saat mendengar suara ponselnya yang ia letakkan di nakas bergetar. Dengan mata menyipit, ia berusaha meraih ponselnya dan menerima panggilan tanpa melihat siapa penelepon. Ia menempelkan ponselnya di telinga dengan mata terpejam.
"Hallo?" Suara Naya terdengar serak, khas orang yang baru saja terbangun dari tidur. Bahkan rasanya ia sangat malas untuk membuka mulutnya. Ia masih mengantuk.
"Hallo Naya, bisa kamu ke perusahaan sekarang? Saya membutuhkan bantuan kamu."
Blamm!
Naya langsung terbangun dari tidurnya dengan kedua mata membulat lebar. Ia melihat siapa yang meneleponnya dan tubuhnya langsung lemas begitu melihat siapa yang menelepon.
"Hallo, kamu masih disana?"
"Ini Pak Dirga? Pak Dirga tau nomor handphone saya dari mana? Nomor saya kan jarang ada yang tau, Pak. Jangan disebar ya, Pak, please. Soalnya saya takut diteror. Kan sekarang banyak tuh penipuan lewat telepon. Takutnya saya tiba-tiba di hipnotis terus suruh transfer uang. Saya kan nggak punya uang, Pak. Buat bayar Apartemen aja masih pinjem uang temen saya, Pak."
Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Saya minta kamu buat datang ke perusahaan bukan untuk mendengarkan curhatan kamu."
Naya langsung terdiam mendengar suara dingin Dirga. Ia bahkan tak berani mengucapkan sepatah katapun. Ya, inilah dia. Selalu berbicara sesuka hatinya tanpa ia saring terlebih dahulu.
"Saya minta kamu ke perusahaan sekarang!"
"Sekarang, Pak?" Naya tampak membulatkan kedua bola matanya.
"Iya, sekarang!"
"Kenapa harus sekarang, Pak? Ini masih jam--" Naya melirik jam dinding di kamarnya. Dan ia membulatkan kedua bola matanya lebih lebar lagi saat mengetahui jam berapa sekarang.
"ASTAGA, PAK DIRGA! INI JAM 12 MALAM! DAN SAYA HARUS KESANA?! BAPAK JANGAN BERCANDA DONG PAK! EMANGNYA BAPAK PELAWAK APA? NANTI KALO DI JALAN SAYA DI PER- OH, JANGAN SAMPAI! AMIT-AMIT!"
Naya berteriak histeris dengan wajah paniknya. Ia bahkan tak sadar jika saat ini tengah malam.
"Jangan banyak bicara! Cepat kemari!"
"Pak, ini kan hujan Pak. Udah malem lagi. Kalo di jalan ada apa-apa terus saya diper- astaga, jangan sampai! Saya kan nggak punya apa-apa. Terus kalo saya digituin, ntar saya kasih apa buat suami saya? Najis, amit-amit! Pak, Pak teg--"
"SEKARANG!"
☯☯☯☯
Naya mengusap kedua lengannya saat hawa dingin menyeruak masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Dan ia sangatlah bodoh karena lupa membawa jaket ataupun sweater miliknya.
Naya menghembuskan nafasnya berusaha menghangatkan tubuhnya. Saat ia datang tadi, ia hanya mengenakan baju tidurnya bergambar minions berwarna kuning dengan sandal rumah yang berbentuk kepala kelinci berbulu putih di bagian depannya.
"Tolong bantu saya cari dokumen saya buat meeting besok. Saya harus mempersiapkannya dari sekarang karena saya ingin meeting besok berjalan sempurna."
Naya hanya terdiam dan menuruti perintah Dirga. Ia membantu Dirga mencari dokumen untuk meeting besok. Dan mereka hanya berdua di gedung sebesar ini. Ditambah udara dingin di luaran sana, membuat Naya berpikiran yang tidak-tidak.
"Ini pak dokumennya." Naya memberikan dokumen untuk bahan meeting kepada Dirga.
"Terima kasih," Dirga menerimanya dengan raut wajah datar dan dingin. Tak ada raut wajah lain selain seperti itu. Mungkin ia terlahir dengan satu ekspresi wajah.
"Pak, saya boleh pulang sekarang?" Suara Naya terdengar lirih dengan gemelutuk giginya karena kedinginan.
"Temani saya mengerjakan dokumen untuk proyek baru."
Naya menghela nafasnya. Ia harus menuruti semua perintah Dirga, karena bila tidak ia akan dipecat dan ia akan menjadi pengangguran.
Lagipula ia juga mendapat gaji besar selama menjadi sekretaris Dirga. Jauh berbeda dari gajinya di perusahaan sebelumnya. Dan tentu ia tidak akan melewatkan sesuatu yang berharga ini bukan? Naya beberapa kali menguap sembari mengusap lengannya. Ia mengantuk dan merasa kedinginan.
Namun, Dirga sama sekali tak mengerti keadaannya. Ah Ya Tuhan, mengapa atasannya ini sangat menyebalkan?
Naya menyenderkan punggungnya pada punggung sofa sembari memejamkan matanya dan memeluk tubuhnya sendiri. Hingga akhirnya ia pun terlelap dalam mimpi indahnya. Tak peduli jika saat ini ia tertidur di sofa ruangan Dirga.
☯☯☯☯
Suara cekikikan terdengar saling bersahutan. Naya perlahan membuka matanya saat ia mendengar suara cekikikan menggema di telinganya. Dan saat ia membuka mata, ia melihat pegawai di perusahaan tempatnya bekerja tampak tersenyum dengan suara tawa yang terdengar lirih.
Naya semakin dibuat bingung saat ia merasakan tubuhnya melayang. Apakah ia bermimpi? Namun, mengapa semuanya terasa begitu nyata? Naya memalingkan wajahnya dan saat itu pula wajahnya bertabrakan dengan dada bidang seseorang. Ia mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat wajah tampan Dirga yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Pak Dirga?!"
Mendengar suara Naya, Dirga menundukkan kepalanya membuat jarak wajah mereka semakin dekat. Bahkan nafas Dirga yang berderu berhembus menerpa wajah cantik Naya.
Dirga kembali mendongakkan kepalanya tanpa berbicara sepatah katapun. Hingga tiba akhirnya ia di samping mobil mewahnya.
Naya merasa tubuhnya yang tadinya melayang kini kembali menapak bumi. Ia baru sadar jika ia tadi berada dalam gendongan Dirga. Dan ia bertambah terkejut saat mengetahui ia ada di perusahaan.
"Di dalam mobil saya ada pakaian kerja wanita dan make-up. Kamu bisa memakai kamar mandi Office Boy untuk membersihkan diri. Saya tunggu kamu di ruangan saya. 15 menit."
Setelah mengucapkannya, Dirga melangkah pergi meninggalkan Naya yang masih menganga dengan wajah bodohnya.
Ia menatap pakaian kerja dan make-up yang Dirga siapkan di dalam mobil. Karena merasa tak percaya, ia mencoba mencubit pipinya dan menjambak rambutnya yang berantakan.
Dan saat ia tahu bahwa ia tak bermimpi, ia pun berteriak dengan histeris sembari menutupi wajahnya yang merona.
"JADI INI BUKAN MIMPI? DAN GUE TADI DI GENDONG PAK DIRGA?!"