Chereads / Es Batu / Chapter 3 - Rumit

Chapter 3 - Rumit

Rindu itu sunyi yang menyesatkan, beberapa menyesakkan.

__________

Aku Oura, Oura skyana sundari.

Aku suka cokelat, sangat suka. Aku cinta puisi, sangat cinta.

Bagiku, puisi adalah aksara banyak bahasa tanpa suara. Tiap baitnya mewakili patah dan suka cita, beragam emosi dalam jiwa.

Hello, aku Oura! Bentuk bahagia adalah aku. Ini adalah hari pertama ku bersekolah. Ya, setelah melewati ospek melelahkan di SMA ALTAIR AVERUS. Semangat aku, lelah baru menanti mu.

****

"Selamat siang anak-anakku" Sapa Bu Puspi sembari berjalan ke dalam kelas.

Bu Puspi adalah guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas kami. Kelas X Sosial 1. Senyuman bu Puspi sangat ramah,

berasa liat emak gue jadinya..

"Siang bu" Jawab murid kompak.

"Bagaimana hari pertama kalian sebagai murid SMA Altair? Semoga menyenangkan dan selalu semangat ya untuk bersekolah. Hari ini kita akan belajar bahasa indonesia. Silahkan buka alat tulis teman-teman sekalian" Ujar bu Puspi.

"Baik bu" Jawab murid kompak.

Pembelajaran pun berlangsung hingga pukul 15.30 sore hari.

.

.

.

**KRIINGGG KRINGGGG**

"Yeayy pulanggg!!" Ucap Acha ceria, sambil membereskan alat tulisnya.

"Eh btw bu Puspi ramah banget anying kaya emak gue, jadi pengen minta duit jajan" Jawab Oura sambil membereskan alat tulisnya.

Acha hanya tertawa mendengar Oura.

"Anak-anak sebelum pulang bereskan kursi masing-masing, selamat sore" Ucap Bu Puspi sembari berjalan keluar kelas.

"Sore bu" Jawab murid dengan semangat membara.

Setelah membereskan alat tulis dan kursinya, mereka pun berjalan keluar kelas menuju gerbang.

"Pulang sama siapa Ra? Aku kayanya di jemput ayah deh" Tanya Acha sambil melirik jam di tangannya.

"Tenang aja, gue juga di jemput ko, sama gojek maksudnya" Sahut Oura.

"Tuh ayah, balik duluan ya Ra, kamu hati-hati pokonya" Acha pergi menghampiri ayah nya dengan cepat.

"OURAA HATI HATI!!" Teriak Acha di sebrang sana sambil melambaikan tangannya.

Oura membalas lambaian tangan Acha

"Iya Cha daahh, hati-hati" Balas Oura lesu.

Tiba-tiba ingatan tentang seseorang terlintas di pikiran Oura. Sosok papa yang meninggalkan Oura selamanya. Bagaimana mungkin tidak teringat, dimana pun dan kapan pun waktunya, Oura selalu melihat hal yang mengingatkannya pada papa. Yang mengiris hati Oura dan ingatan lamanya, selalu.

"Huftt 14 tahun, tapi aku masih sedih kalo ingat papa. Hatiku teriak ga rela papa pergi se-mendadak itu. Kalo rindu aku harus kemana, pah.. "

Air mata Oura berjatuhan dan membanjiri pipinya tanpa di sadari. Entah berapa lama Oura menangis di tepi jalanan itu.

"Kak, atas nama Oura?"

"Kak?"

"GOJEK NENGG?"

Suara abang Gojek mengagetkan Oura.

"Kirain suara bapak gue bangkit dari kubur. Iya Oura, sesuai maps ya pak" Jawab Oura sambil mengusap air mata dan ingusnya yang mengintip alam semesta.

Di perjalanan, tiba-tiba kang Gojek nyeletuk ngalor-ngidul.

"Mba, masa muda itu memang nano-nano. Ada sedih, senang, pahit. Yah begitulah hidup, sampe tua pun begitu. Sudah mba jangan nangis terus, cowo masih banyak, mba pun masih muda" Ucap abang gojek dengan sedikit logat jawa.

"Em.. pak? Saya sedih bukan karena di tinggal pacar. Lagi sedih aja." Jawab Oura.

"Yowes mba, jangan berlarut-larut. Sedihmu ini ga bikin apa yang sudah pergi jadi kembali" Jawab abang Gojek yang masih terhitung muda itu sambil tertawa kecil.

Oura hanya diam dan memikirkan kalimat itu. Benar, apa yang pergi dengan di tangisi tak akan membuatnya kembali. Aku harus bangkit dan berhenti menyesali itu semua. Tapi banyak hal berkumpul di kepala Oura, Sehingga Oura bingung harus mendengar suara mana dalam dirinya.

"Sudah sampai neng" Kata abang Gojek yang menghamburkan lamunan Oura.

Kak, neng, mba, semuanya aja di sebut bos. Apa ga sekalian aja di panggil emak lo? Batin Oura.

"Ini pak, kembaliannya ambil aja sebagai tanda terimakasih karena sudah ajak ngobrol saya barusan" kata Oura sambil memberikan ongkos.

"Makasih mba" Kata abang gojek sembari pergi.

Oura membuka pagar, berjalan dari halaman menuju pintu rumah yang hening dan sepi. Mama Oura adalah wanita karir yang tidak punya banyak waktu dirumah selain mandi, makan dan tidur. Masak pun nyaris tidak pernah, kumpul dengan keluarga adalah hal langka dalam hidupnya. Oura hanya anak tunggal yang kesepian di balik sikap periang dan ceria nya, Banyak perih hinggap di batinnya.

"Mandi ah, abis mandi makan, abis makan gue gabut. Yak, gitu aja terus tiap hari" Oura menggerutu sambil melepas sepatu nya.

"Meowww"

"Eh Bubu" Oura mengusap kepala Bubu.

Bubu adalah kucing Oura, dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Bubu. Bahkan sepertinya Bubu lebih mengenal Oura daripada mama nya.

"Bubu, gue hari ini nano-nano" Oura cemberut.

"Meoww"

"Lo ngomong apa kek, meow meow mulu lo kerjaan lo"

"Gue sedih Bub, tapi gue kesel. Gue kesel karena di sekolah gue ada alien, namanya Radja Sabumi. Geli banget iuww jadi pengen mandi gue" Ucap Oura sembari berjalan ke kamar mandi dan melempar bebas kaus kaki nya.

Setelah selesai mandi, Oura makan malam dan masuk ke kamarnya untuk berleha-leha di kasur. Memang dasar generasi kaum rebahan.

==20.45==

"Ngapain yaa, gabut deh gue, tapi bubu tidur. Gue makin ga ada kerjaan huft" Oura menjatuhkan dirinya ke kasur.

Tiba-tiba mata Oura tertuju pada satu buku di rak meja belajar nya.

"Anjrit buku apaan tuh dekil banget kaya selingkuhan mantan" Ucap Oura sembari bergegas menghampiri meja belajar untuk mengambil buku itu.

Buku berwarna putih dengan sedikit corak kuning. Buku yang berisi tumpahan kegelisahannya dalam bait-bait puisi, tentang semua emosi yang dia rasakan. Sebagai teman, sebagai tempat bercerita, dan karya.

"Ngebul sahabat" Ucap Oura sambil mengusap sampul yang berdebu.

Srrkk.. srrrkkk..

"Busett udah lama gue ga nulis ginian, udah lama ga dapet inspirasi sih. Apa dong ya hal yang bisa bikin gue rajin nulis puisi lagi?" Oura bertanya pada diri sendiri.

"Aduuh ga bisaa, gue ga ada inspirasi tapi gue pengen nulis gimana dong argh"

Oura membuka lembar demi lembar bukunya dan berharap mendapat inspirasi, tapi Oura terpaku pada satu tulisan.

"ANYING NAON IEU LUR??" Ucap Oura heran.

__________

Kamu yang ku cinta

Ku puja tak bersahaja setiap waktunya

Kamu yang ku mau

Bersama semua yang melekat di raga dirimu

Menjadi pusat semesta

Seperti benang perak dunia

Aku padam kelam bila kamu hilang

Aku mati tertikam perasaan

Kemana hati ini mencari saat rindu tak bertepi

Aku mati rasa bila kamu tak ada

Jika melepas adalah kemudahan

Mungkin kesadaran yang memberatkan kaki ini melangkah

Karena satu langkah ku berjalan semakin jauh darimu

Menyadari kehilangan adalah luka paling dalam

Aku tak punya lisan untuk setiap tanya mengapa sedih kerap melanda

Mengapa hujan kerap berjatuhan di pelupuk mata

Aku hanya punya air mata untuk di percaya

Begitu erat aku memelukmu pada setiap temu

Aku takut kamu pergi dan menghapus semua kebiasaan kita menjadi hanya aku, sendiri

Jangan hilang

Tetaplah menjadi terang seperti namamu

Bandung, 23 juni 2019