"Nih neng koyo nya" Ucap bapak kantin
sambil memberikan dua buah koyo.
"Jadi berapa pak?" Tanya Oura sembari menyodorkan uang pecahan lima ribu rupiah.
"Dua rebu neng kembaliannya"
"Makasih pak"
"Ayo Cha" Ajak Oura sambil beranjak pergi.
"Wait, Acha mau jajan" Jawab Acha yang sibuk menatapi semua jajanan di kantin.
"Aqua botol satu"
Acha yang sedang fokus menatapi jajanan tercengang karena kehadiran seseorang di sebelahnya. Acha tidak asing dengan orang itu, Acha segera memberitahu Oura yang diam membelakangi-nya.
"Oura, Oura, Ouraaa!" Ucap Acha berbisik pelan.
"Ouraaa! Oura harus liat ini sini buruan" Acha menoel-noel tangan Oura sambil tetap berbisik.
"Ayoo ah lama" Oura menghiraukan sentuhannya.
Acha yang kesal karena Oura tidak kunjung berbalik, lalu menginjak kaki Oura dengan tenaga dalam.
Bugg...
"AWW APAAN SIH ACHA?! UDAH GILA YA LO" Ucap Oura sambil membalikan seluruh tubuhnya.
Saat Oura menghadap Acha, Oura terkejut melihat seseorang itu.
"Makasih pak" Ucap laki-laki itu lalu pergi.
Oura masih terpaku, diam membisu.
"Sejak kapan dia buta sama tuli?" Tanya Acha memecah keheningan.
"Maksudnya?" Jawab Oura bingung.
"Oura sedeket ini dia ga ngeh gitu?" Acha terheran.
Memang benar. Radja pergi begitu saja tanpa menyapa, tanpa melihat ke arah Oura. Tidak mungkin Radja tidak menyadari Oura di situ, karena Oura berteriak cukup kencang barusan. Tapi yang Radja lakukan seolah tidak mengenali Oura, tidak melihatnya dan tidak mendengar suaranya. Ada apa dengan Radja?
"Ga peduli gue, ini leher gue sakit ayo ah buruan" Oura berjalan mendului Acha.
"Ih tunggu aku ga jadi jajan" Ucap Acha sambil berjalan cepat menyusul Oura.
Oura masih tetap diam, lebih tepatnya dilema.
"Ra? Sakit?" Ucap Acha.
"Hati gue?" Tanya Oura.
"Leher Oura dong" Jawab Acha heran.
"Eh yaudah deh cepet makanya" Jawab Oura yang kikuk seperti memikirkan sesuatu.
Saat hendak masuk ke dalam kelas, ternyata ada Meldi dan Naya sedang nangkring di luar kelasnya.
"OURAA! ACHAA!" Teriak Mereka kompak.
Acha langsung berlari menghampiri Meldi dan Naya, tapi tidak dengan Oura. Dia tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan mereka semua kebingungan.
"Loh kenapa?" Tanya Naya.
"Emm gatau karena ini atau bukan, tapi tadi di kantin.." Acha menceritakan kejadian barusan pada Meldi dan Naya.
"Sakit leher mungkin jangan suudzon dulu, makannya tadi di panggil sama Nay dan aku ga nengok" Ucap Meldi.
Naya menepuk jidatnya.
"Meldi, Oura itu sakit hati bukan cuma sakit leher!" Ucap Naya kesal.
"Ke kelas aja gimana temenin Oura?" Ajak Acha.
"Eeeh jangan, Oura lagi pengen sendiri kayanya" Jawab Naya.
"Aku kira Oura ga baper beneran sama cowo itu, siapa namanya?" Tanya Meldi.
"Radja" Jawab Acha.
"Iya aku pikir Oura cuma bercanda" Sambung Meldi.
"Tapi kan kita juga gatau nih sebenernya Oura kenapa, jadi kita hargai dulu aja kalo dia mau sendiri. Pasti bakalan cerita kalo ada apa-apa mah" Ucap Naya.
***KRIINGG KRIINGGGG***
"Nah tuh bell, bye Acha" Ucap Naya.
"Dadah, nanti pulang bareng Cha!" Susul Meldi.
Di dalam kelas Oura sedang termenung, diam sendirian di bangku-nya.
"Itu dia kenapa?" Tanya salah satu teman kelasnya.
"Oura lagi sakit" Jawab Acha berbisik.
"Kasian diem terus, ke UKS aja yuk anterin?" Jawabnya.
Acha menganggukan kepalanya sembari mengarahkan satu jari ke bibirnya lalu membentuk lambang oke.
"Ra" Acha duduk di sebelah Oura.
"Eh Acha, ini nih koyo pasangin gue gabisa" Jawab Oura.
Setelah memasangkan koyo pada leher Oura, Acha pun mengajaknya ke UKS untuk beristirahat.
"Ke UKS aja Ra, biar istirahat" Ajak Acha.
"Gapapa Cha, sakit ginian doang yakali" Jawab Oura.
Acha reflek memegang dahi Oura, jidatnya sangat panas. Tangan Oura pun gemetaran, begitu juga badannya.
"Ya ampun Ra, ini panas, pokonya kita ke UKS!" Ucap Acha sambil membangunkan Oura yang terduduk lesu.
Acha dan teman-teman yang lain membantu Oura untuk mengantarkannya ke UKS. Tangan Oura betul-betul dingin, sepertinya ada masalah lain yang belum Oura ceritakan pada teman-temannya.
"Rebahan aja Ra, Oura udah sarapan?" Tanya Acha.
"Gausah Cha, udah kok" Jawabnya.
"Cha?" Tanya Oura.
"Iya Ra kenapa?" Jawab Acha.
"Boleh ga gue minta sendiri dulu, kalo ada apa-apa pasti gue telpon lo kok" Ucap Acha.
"Acha bingung sebenernya. Tapi Oura beneran mau sendiri? Kalo butuh apa-apa cepet telpon ya Ra" Jawab Acha.
"Eh atau Oura mau pulang aja? Nanti aku sampein ke satpam biar di anter ke rumah" Sambungnya.
"Engga Cha, disini aja" Jawab Oura.
"Kalo gitu Acha ke kelas ya Ra, takut udah belajar" Ucap Acha.
"Makasih banget ya Cha" Jawab Oura.
Acha mengangguk dan pergi menuju kelasnya, Oura beristirahat sendirian di UKS. Saat Oura hendak memejamkan matanya, seseorang mengetuk pintu dan masuk.
"Halo" Sapa-nya.
Seorang laki-laki dengan kulit sawo matang dan senyum yang ramah, menggunakan pakaian PMR berwarna merah dengan celana SMA. Tampilannya terlihat rapih, begitu pun dengan rambutnya yang memenuhi standar aturan sekolah.
"Sakit apa?" Tanya-nya.
"Demam kak" Jawab Oura.
"Kok demam pake koyo? Jidatnya nya di leher?" Tanya-nya.
"Salah bantal" Jawab Oura lesu.
"Nama gue Zevanno, lo bisa panggil gue apa aja. Jadi, sekarang lo mau apa? Minum? Makan? Obat?" Tanya Zevan tiada henti.
"Aku mau sendiri kak" Jawab Oura.
"Oke gue di depan ruangan, kalo lo butuh sesuatu panggil aja, Zevan ganteng" Ucap Zevan sambil mengangkat kedua alisnya.
"Iya" Oura terkekeh pelan.
Zevan meninggalkan Oura sendirian dalam UKS.
Aku ga ngerti sama apa yang aku rasain, sama diriku. Ini benar-benar menakutkan, aku merasa ga nyaman. Aku takut. Aku sendirian. Aku ga bisa nahan gemetar di seluruh tubuhku, aku takut, aku ga bisa kontrol, aku sendirian, aku ga mau hal itu terulang lagi. Tuhan bantu aku, aku sendirian, aku takut, aku ga bisa. Jantungku rasanya mau keluar, aku ga bisa, aku takut, tolong.
Oura membatin sembari memejamkan mata nya.
Banyak ketakutan dalam diri Oura, entah apa yang pernah dia alami. Dia seperti hidup di bawah tekanan, dia menyimpan banyak rahasia di balik keceriaannya.
.
.
.
== 11.10 ==
Tokk.. Tokkk...
"Raa gue masuk ya"
Hening, tidak ada jawaban.
"Yee tidur ni bocah" Ucap Naya sembari duduk di kasurnya.
Oura kaget dan terbangun sambil terduduk, Oura memegang tangan Naya dengan reflek.
"Ra, tangan lo dingin banget, kenapa?" Naya panik.
Oura hanya diam, matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba memeluk Naya dan menangis.
"Cup cupp udah jangan nangis" Naya memeluk Oura dan berusaha menenangkannya.
"Nay hiks hiks gue takut" Ucap Oura.
"Makannya gue ke sini nemenin lo, gue bilang aja ga enak badan terus izin ke UKS" Jawab Naya.
Hiks.. hiks..
Oura masih tetap menangis, tubuhnya gemetar, keringat dingin mulai mengucur pada pelipis nya. Oura benar-benar dalam ketakutan, tapi entah apa yang sebenarnya terjadi.
"Kita kenal emang belum lama. Tapi gue mohon banget sama lo, kalo ada sesuatu yang pengen lo ceritain lo bilang ya. Entah itu ke gue atau Acha dan Meldi. Gue bisa keep cerita orang kok, omongan gue bisa di pegang" Ucap Naya.
Hiks.. hiks.. hiks..
Oura tetap menangis, sementara di luar sana terdengar suara misuh-misuh.
"Lo diem bego ini teh nya tumpah"
"Gue ribet sama nampan tolol, gue ga sengaja"
"Diem lo anying"
Tok.. Tokk..
"Permisi, ini teh sama.. Nampannya siniin bego" Ucap Zevan pada temannya.
"Masuk lah tolol" Sambungnya.
"Ga! Nih nih" Sahut teman Zevan dari luar sambil menyodorkan nampan, yang terlihat hanya tangannya.
Oura dan Naya melepaskan pelukannya.
"Makasih kak" Ucap Naya.
"Gimana udah mendingan? atau mau pulang aja?" Tanya zevan.
"Sebentar lagi pulang deh kak" Jawab Oura.
"Lo temennya kan?" Tanya zevan pada Naya.
"Ntar kalo mau balik lo panggil gue ke kelas, XI Sosial 2. Kebetulan satpam nya lagi balik ga ada yang anter" Sambungnya.
"Iya kak, makasih kak" Jawab Naya.
"Sebelum pulang di makan dulu itu" Ucap Zevan sambil menunjuk nampan di atas meja.
"Makasih banget kak" Ucap Oura yang masih tersedu-sedu.
"Oke santai" Zevan pergi ke luar ruangan meninggalkan mereka berdua.
"Modus lo" Ucap teman Zevan.
"Kaga, tolol" Jawab Zevan.
"Halah" Sahutnya.
Suara mereka pun perlahan menjauh dan tidak terdengar.
Naya mengambilkan nampannya untuk Oura.
"Ra, makan ya" Ucap Naya.
Oura mengangguk dan memakan buburnya dengan perlahan, mata nya sembab namun pandangannya sangat kosong dan penuh beban.