Larisa berniat merebahkan diri dan setelah itu akan tidur seperti yang dikatakannya pada Reza di telepon tadi. Gadis itu tidak berhenti senyum-senyum sendiri, senang karena sikap Reza tadi tak sedingin di telepon pertama, suara pemuda itu sudah mulai menghangat seperti biasa.
"Untung gue nurutin nasihat papa. Gue sama Reza pasti bisa baikan lagi kayak dulu," gumamnya sambil menenggelamkan wajahnya pada bantal. "Jadi gak sabar pengen cepet-cepet besok biar bisa ketemu sama Reza. Tidur, tidur. Besok gak boleh bangun kesiangan."
Larisa pun memejamkan mata, benar-benar serius akan tidur jika saja sesuatu tidak dengan tiba-tiba melintas di kepalanya. Larisa cepat-cepat membuka matanya lagi.
"Eh, lupa belum ngasih tahu Arvan. Jangan ampe deh besok dia bawa sarapan ke sekolah, bisa-bisa ntar gak kemakan soalnya gue udah sarapan sama Reza."