Begitu membuka mata, yang Larisa dapatkan adalah dirinya sudah berbaring di tempat tidur berlapis sprei putih serta aroma obat-obatan yang cukup tercium meski tak sepekat saat berada di rumah sakit. Larisa tahu dimana dirinya berada karena ini bukan kali pertama dirinya memasuki ruangan ini. Dulu dia pernah masuk ke ruangan ini karena alasan yang sama, penyakit maag-nya kambuh karena telat makan. Ruangan itu tidak lain merupakan UKS sekolahnya.
"Lo udah sadar?"
Begitu suara itu mengalun dan tertangkap indera pendengaran Larisa, gadis itu langsung menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah samping kanan. Terlihat sosok pemuda berbadan tinggi sedang berdiri sambil bersedekap dada. Larisa mengerjapkan mata untuk memastikan dirinya tak salah melihat karena dia heran pemuda itu ada di ruangan ini bersamanya.
"Lo, Arvan, kan?" tanya Larisa, ragu.
Suara decakan pun meluncur cepat dari mulut Arvan, "Iyalah. Siapa lagi menurut lo?"
"Jadi lo yang tadi nolongin gue?"