"Aku ke rumah kamu?" tanya Aldi dari sambungan telefonnya. Setelah permasalahan ponsel, Aldi menelfon Salsha karna terdengar jika nada bicara Salsha sedikit berbeda.
"Enggak, enggak. Enggak usah, aku mau langsung tidur aja. Udah kamu istirahat aja jangan kemana-mana," jwab Salsha cepat dari sana.
"Beneran? jangan kebanyakan marah, aku beliin handhpone kamu baru demi kebaikan kamu juga," Aldi kembali mengulang kata yang dia ucapkan sudah hampir empat kali untuk menenangkan Salsha. Ya begitulah. "Iya-iya,"
"Udah sana tidur," Salsha menganggukan kepalanya. "Entar dulu deh, lagi belum mau tidur," sahut Salsha lagi, dengan nada sangat santai.
"Aku ke sana," ucap Aldi cepat, namun dia kembali Salsha cegah. "Enggak perlu!"
"Makanya tidur, apa aku tidurin," Salsha terdiam, setelah satu detik berpikir Salsha mematikan sambungan telefonnya secara sepihak. Aldi yang frontal. Setelah melihat layar ponselnya yang meredup, tiba-tuba ada satu notifikasi masuk pada ponselnya.
'Gue mau, kita putus,'
Mata Aldi akan keluar hanya dengan dua kata mudah itu, Aldi emosi dan marah. Apa-apaan ini, ponsel Salsha ditangannyanya dan mengirim permintaan putus padahal Aldi tidak membukanya?
Dengan cepat Aldi memasukan dua ponsel itu sekaligus dan mengambil jaket dan kunci motornya. Aldi gunakan asal jaket dan penutup kepala serta masker wajahnya. Aldi membanting pintu kamarnya lumayan keras. Dia berlari menuruni tangga sebelum bundanya menyadari dan kembali memberi batas waktu bermain yang sangat minim.
Aldi memilih motor karna, hanya kendaraan itu yang sangat cepat untuk menuju rumah. Tujuannya adalah markas. Setelah berhasil menaiki motor satu notifikasi ponsel kembali masuk.. Aldi mengambil dengan cepat ponsel itu dan membuka dengan tergesa gesa, dengab menggenggam ponselnya sangat kencang. Ini gila!
'Lo emosional, lo posesif, lo brengsek dan satu lagi. Lo egois dalam semua hal! gue enggak suka lo yang sekarang," Aldi mengeraskan rahangnya saat kembali menatap layar ponselnya dengan menggeretak giginya.
"Brengsek" umpat Aldi kesal, dia menjalankan motornya dengan kecepatan penuh digelapnya tengah malam.
•••
"Hahhhhh," Salsha menguap sangat lebar, dirinya sangat lelah dan mengantuk. Kemarin adalah hari minggu, dan besok dia harus bangun lebih pagi karena Kakaknya akan pulang dari Bogor. Salsha baru saja mencuci wajahnya, dengan lemas Salsha berjalan menaiki ranjang dan terlelap pada ranjang berukuran besar.
Salsha kembali memasang alarm untuk besok, dengan memilih jam 05:00. Setelah itu, Salsha memposisikan tubuhnya untuk tidur, dan dalam lima menit Salsha sudah terlelap dengan sangat nyenyak. Pukul 21:45.
Deru motor kencang memasuki pekarangan rumah Salsha, dengan snagat nyaring. Aldi memarkirkan motornya dengan sangat cepat, bahkan ban motor bagian belakang sempat terangkat seperti pemain di televisi.
Seseorang membuka begitu saja pintu kamar Salsha, si pemilik kamar yang sepertinya sedikit terganggu justru membalikan tubuhnya ke sisi lain kamar. Sekarang posisi tidur Salsha menghadap pada jendela kamarnya.
"Bangun!" perintah Aldi yang sepertinya sedang menahan emosinya. Salsha yang masih mengantuk, justru menaikan selimutnya untuk menutupi hampir semua bagian tubuhnya. "Salsha, bangun," Masih tidak ada jawaban.
Aldi menarik selimut Salsha dengan sangat kasar, dan menarik Salsha untuk segera duduk. Salsha yang tidak siap, seperti sangat terganggu dan terkejut. Bahkan jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat.
"Astaga," ucap Salsha sengan mengelus dadanya, sabar. "Ada apa yang, aku ngantuk banget. Kenapa kamu ke rumah aku?" Aldi bukannya menjawab, dia mengambil switer baju Salsha dan memakaikannya pada tubuh Salsha dan menggendong Salsha cepat. Entahlah, Salsha yang merasa masih mengantuk hanya mengikuti saja. Setelah Salsha sudah didudukan pada jok belakang motor, Aldi menaiki motornnya. Aldi kembali mengaitkan tangan Salsha melingkar pada perutnya. Tangan kirinya memegangi kepala Salsha yang bertumpu pada bahu kiri Aldi.
Salsha yang merasa nyaman semakin mendalami bahu besat Aldi dan mengencangkan pelukan diperut Aldi. Keduanya sama sama terdiam, Aldi yang masih menahan emosinya berusaha untuk tidak mengganggu Salsha tertidur. Setidaknya Salsha Aldi beri waktu limabelas menit untuk tertidur, sebelum sesuatu yang besar terjadi didepannya ditengah malam.
Setelah sampai pada tujuannya Aldi menghentikan motornya dengan sangat halus. Dengan cepat tangan Aldi, ia arahkan pada pantat Salsha untuk langsung menggendong. "Yang bangun bentar," bisik Aldi pada telinga Slasha, dan membuat Salsha membuka matanya, Aldi tutunkan tubuh salsha untuk berdiri.
Ingatkan Aldi meminjamkam Salsha sendal jepit, karna sekarang Salsha sedang bertelanjang kaki. "Ngapain ke markas si?" Ya, begitu kalimat yang Salsha ucapkan disetengah kesadarannya. "Kamu ngajakin putus?" Mata Salsha membesat sangat lebar, dia terkejut bukan main.
"Dan kamu bilang aku emosional, brengsek, egois dalam semua hal?" sambung Aldi yang masih memasang wajah anehnya.
"Kapan aku ngomong semua itu?" tanya Salsha balik, dan Aldi menyeringai sekarang. "Handhpone kamj yang bilang,"
•••
Devan sedang tersenyum sangat puas didepan laptop seseorang, ada satu orang yang terus memantaunya sangat serius dari jauh memutuskan untuk mendekat.
"Lo lagi ngapain?" pertanyaan dari seseorang membuyarkan fikiran Devan, dia melirik ke sebelahnya. Oh, Wigara. Devan mengendikan bahunya, dia menjauhkan laptop yang ada dihadapannya menjauh dari Wigara.
"Lo abis kena service, muka lo berseri-seri banget, puas banget lo sama cewek lo. Dapet berapa ronde?" Devan tertawa keras saat berhasil menggoda Wiga. "Sialan lo!"
"Gue boleh gabung? kayanya gaya percintaan kalian panas banget,c sambung Devan yang mendapat tendangan keras dari Wiga pada bagian pantat Devan. "Gue patahin kelamin lo!" seru Wiga yang mendapat kekehan ringan dari Wiga.
"Gue tanya lagi, lo lagi ngapain di markas ngalamun sendirian. Itu laptop siapa, tumben lo mau megang barang kaya gituan," Devan mengendihan bahunya acuh. "Punya temen, dia nitip satu malem sama gue," Anehnha Wiga percaya karena tidak ingin ikut campur juga.
Baru saja Wiga akan peegu, pinru tiba-tiba saja teebuka paksa sangat kencang. Terlihat jelas, Salsha yang sedang mengaduh karna tangan kanannya Aldi seret. Entah ada drama apa diantara keduanya, yang pasti Wiga dan juga Devan sama sama terkejutnya.
Aldi membanting tubuh Salsha pada ranjang yang sedang keduanya duduki, dengan cepat Aldi mencium bibir ranum Salsha dengan sangat kasar. Aldi langsung menggigit bibir Salsha dan memasukan lidahnya pada mulut Salsha.
Devan, yang melihat itu terlihat bingung. Setelah terjadi perciuman panas antara keduanya, Aldi melepas ciuman itu karna melihat Salsha yang tidak bisa bernafas.
"Lo bilang gue emosional, lo bilang gue brengsek, dan lo bilang gue gue egois. Gue akan buktiin semua yang lo omongin ke gue saat ini, di sini, dan sekarang," Aldi menekan kata per katanya, Salsha yang masih tidak fokus dan tidak tahu sedang melamukan permainan seperti apa bingung, dia melirik pada Wiga.
"Yang, kapan ak--mppttt," ucapan Salsha terputus lagi saat Aldi kembali mencium bibir Salsha dengan tangan yang membuka switer dan dua kancing depan piyama tidurnya. Ada tatapan puas dimata Devan, entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.. Yang pasti sekarang, Aldi sedang berpura-pura.
"Lo mau kita putus kan? Oke kita putus,c ucap Aldi yang kembali mendapat respon aneh dari Salsha. Dia menaikan alisnya bertanya, Salsha benar-benar bingung.
"Sebelum kita putus, lo harus jadi milik gue zsutuhnya," Salsha merinding saat Aldi mengucapkan itu benar-benar tidak main-main. Salsha menutupi dadanya dengan kedua tangannya, dia mulai merasa waspada pada Aldi. Bukankah keduanya tidak ada masalah apapun? Kenapa Aldi menjadi aneh sekarang.
Aldi tersenyum misterius disana, dia masih melKukan apa yang diinginkannya "Diantara kalian, siapapun gue perbo--"
"Gue," Devan menjawab cepat karena Aldi pikir Aldi mengajakny menggunakan Salsha. Anehnya Devan langsung berdiri akan membuka celananya. Aldi menutup Salsha dengan selimut dan jaketnya, Aldi melihat pada Laptop itu dan membantingnya.
"Bangsat," umpat Aldi kasar.
"Jadi lo pelakunya?"