Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 20 - DI BALIK ORANG SANGAT KUAT

Chapter 20 - DI BALIK ORANG SANGAT KUAT

"Bangun!" Pria hampir tua itu menyiram Aldi dengan satu gelas air penuh, Aldi yang sedang tertidur dibuat terkejut, dan belum lagi pria itu kembali mendorong Aldi dari tidur sampai hampir terjatuh dari ranjang rumah sakitnya."Aws," ringis Aldi yang merasa pinggangnya terhantam pinggir ranjang. Aldi dibanvunkan kasar sekali onelh adik dari ayahnya.

"Jangan manja jadi anak cowok," vibir pria itu dengan terlihat tahi lalat di lehernya. Aldi kesal, dia mulai mengambil posisi duduk dengan pelan. "Apa lagi?" tanya Aldi sedikit marah dengan perlakukan Om nya.

"Jangan manja, lo berani konsumsi lo juga harus berani terima efek sampingnya, bukan malah minta obat penahan rasa sakit ke dokter dan terus-terusan konsumsi dalam jumlah besar, begu!" Aldi memutar bola matanya malas.

"Ini juga karena om, kalau aja om enggak mulai mengenalkan Aldi sama benda-benda itu Aldi enggam akan ketergantungan," Aldi turun dari ranjangnya mengambil baju biasa untuk mengganti pakaiannya. "Anak gue konsumsi satu tahun lebih dulu dari lo, tapi dia baik-baik aja. Emang dasar tubuh lo rapuh, lo lemah," Aldi menghela nafasnya pelan berusaha sabar. "Kalo Om ke sini mau banding-bandingkan Aldi sama anak Om mending pergi aja, pulang jangan Aldi!"

"Gue cuma mau mastiin aja kalo anak dari kakak gue masih hidup, butuh donor paru-paru atau udah meninggal ditempat. Jangan lo pikir gue peeduli sama hidup lo, gue sama sekalo enggak perduli. Mau lo hidup atau sekarat, gue sama sekali enggak perduli," ucapnya tegas, namun ada satu kejadian yang aneh. Dady Devan benar-benar datang ke rumah sakit dengan wajah cemas baru saja. Dan apa ini?

"Orang tua Aldi memang bodoh, bisa-bisanya mereka sedekahin saham keluarga sama orang miskin kaya om," Aldi melepas celananya dan mengganti dengan celana jeans miliknya. "Eiit, dan satu lagi. Orang tua Aldi baik, gampang ditipu, dan enggak tahu apa-apa. Tapi tenang Om, ada Alsi yang bisa buat ayah sama bunda sadar kalau Om cuma mau uang dari ayah aja,." Aldi melempar asal baju rumah sakitnya ke atas ranjang. Kemudian dia berjalan memutari ranjang dan mendekat pada pria itu, Aldi melirik tidak kalah tajam juga. "Urus anak Om, urus dia dulu. Aldi enggak akan celakai Devan kalo Devan masih ikut campur urusan Aldi,"

"Didik anak Om dengan cara Om ngomel ke Aldi, Aldi enggak butuh Om, masih ada ayah sama bunda. Kalau sampai Devan celakai pacar semua akan berakhir Om. Didik Devan dengan cara Om terus-terusan buat telinga Aldi panas, jangan sampai mulut Om beebusa cuma gara-gara Om salah didik anak," Aldi mengambil Apel diatas meja kecil di samping ranjang.

"Bahkan, rasa Apel ini bisa pahit sama rasa busuk di saat bersamaan saat Aldi makan sambil Aldi lihat muka Om," Aldi membuang satu gigitan kecil itu untuk mengeluarkan potongan Apelnya.

"Anak Om sama bangsatnya seperti Om, sampai rasanya Aldi enggak bisa bedain mana bangsat mana brengsek, dua-duanya ada di anak Om dan di diri Om," Aldi berjalan menjauh untuk keluar dari ruang inapnya. "Bund, Aldi udah enggak apa-apa. Rasa-rasanya Om jenguk Aldi jadi sedikit lebih baik. Enggak apa-apa kan Aldi istirahat dirumah aja?"

•••

Salsha memaksa keluar dari dalam mobil Devan saat Devan menyuruhnya diam, Salsha terus berteriak sampai rasa-rasanya telinganya ingin rusak saja.

"Diam! Mulut lo enggak capek teriak-teriak mulu? gue cape dengernya!" Salsha masih tidak menghiraukan Devan dan terus berteriak mendkrong pintu mlbilnya agar terbuka.

Percuma saja, kunci mobil terkunci oleh Devan dan Salsha memaksanya mengakibatkan tangannya sedikit terluka. "Diem bego, gue enggak akan lakuin apapun," ucap Devan berbicara dengan jujur, namun Salsha sudah sangat panik dan takut pada Devan.

Salsha berprasangka buruk, dan hanya memikirkan jika Devan akan melakukan hal buruk padanya. Padahal, semua itu tidak benar. Devan mengajak Salsha agar ke rumah sakit untuk menjenguk Aldi. Walaupun Devan tidak mau, Dadynya memaksanya terlalu meras. Dan hanya cara ini yang bisa Devan lakukan.

"Duduk atau mobil gue bisa lepas kendali gara-gara lo!" kesal Devan karena Salsha terus mengacaukan konsentrasi mengemudinya.

Salsha terdiam, dan dalam dua detik Devan bisa bernafas lega akan tetapi setelahnya kembali terjadi pertengkaran buruk didalam satu mobil yang dikendarai Devan.

"Lepas bego, gue bisa nabrak!" bentak Devan saat Salsha menarik kemudi sebelah kiri untuk menikung tajam, Devan menariknya tidak kalah keras agar mobilnya tidak terbalik.

"Sialan, turunin gue!" kesal Salsha dengan menginjak rem mobil itu dengan kencang. Devan meninjak gas agar tidak berhentj berjalan. Dalam satu mobil, jika bisa diceritakan keadaannya benar-benar kacau.

"Kita berdua bisa mati kalo lo masih tetep egois!"

"Turunin sekarang," Salsha masih teguh pada pendiriannya. "Sal!" Salsha menggelengkan kepalanya sama kerasna dengan kepalanya.

Masih dengan kesal Salsha ikut menginjak gas mobil itu dan mengarahkan mobilnya pada pohon. Mobil menabrak dan kunci mobil terbuka, Salsha dengan cepat keluar dari berlari dari mobil itu.

"Sal!!" panggil Devan dengan memegangi kepalanya karena sedikit pusing. Namun Salsha sudah pergi terlalu cepat sampai hilang penglihatannya. "Aldi dirawat bego! kenapa lo pergi, gue mau anterin lo kesana,"

Salsha terus berlari menjauh dari mobil Devan sampai tidak sadar jika larinya melawan arah. Salsha menabrak seseorang dan justru Salsha yang meringis karena ikut terjadi. "Aduh,"

"Maaf, kamu enggak apa-ap-- Loh, Salsha kamu kenapa?"

•••

"Aldi, kamu belum sembuh. Bunda sudah bayar dokter buat ronsen paru-paru kamu, bunda takut kamu kenapa-kenapa!" Bunda menjelaskan pada Aldi jika dirinya harus mendapatkan perawatan medis lebib lanjut, namun Aldi merengek dengan menarik tangannya untuk keluar dari rumah sakit.

"Bunda sayang, Aldi itu enggak apa-apa. Cuma butuh istirahat, sama makan buah aja," Bunda masih memperhatikan wajah Aldi dengan serius. "Terus obat tadi itu apa? Jangan bohong ya, bunda tahu obat semalem dosisnya tinggi banget!" Aldi terdiam, kenapa juga harus kambuh saat dia memang tidak sendiri.'Dasar paru paru, tidak tahu tempat!'

"Itu, anu. Aldi udah sering sakit paru-paru soalnya, jadi minta dosis yang agak tinggi biar satu bulan sekali aja minumnya,"Aldi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sejak kapan kamu konsumsi obat penahan rasa sakit itu? kamu tahu kan, obat itu diminum cuma buat orang yang sakit cukup lama,"

"Baru kemarin," cicit Aldi yang terlihat wajahnya gugup saat menjawabnya, dan sayangnya keringat mulai mengikuti respon tubuhnya. "Jangan bohongin bunda lagi, bunda tahu dosis penahan rasa sakit enggak bisa langsung dibeli dengan dosis besar, siapa yang kasih kamu obat itu? jawab Aldi," desak Bunda mengetahuinya. "Tiga tahun yang lalu," Aldi menundukan kepalanya, dia melihat bundanya terdiam.

"Selama itu dan kamu diam aja enggak bilang apapuns ama bunda?" Bunda memeluk erat Aldi dengan perasaan sangat lembut "Bunda jangan merasa bersalah, bukan bunda yang salah," ucap Aldi yang mengelus punggung belakang bunda, dia tersenyum malas. Memang seperti ini, dia tidak mau membuat orang tuanya merasa bersalah, terbebani dan merasa gagal. Aldi selalu merasa jika bunda dan ayahnya selalu mencukupinya, dalam segala hal apapun untuknya. Aldi mencium bahu bundanya dengan sesekali menahan airmata sudah ditahannya.

Dia meringis dimalam hari, dia menahan rasa sakitnya sendirian diusia yang baru duabelas tahun, dan dia juga kambuh disetiap saat dan terbangun seperti biasanya tidak ada yang tahu. Ya, memang seperti itulah Aldi, dia tidak mau membuat semua orang melihatnya lemah, dan sedih walaupun itu orang tuanya sendiri.

"Salsha?" gumam Aldi saat melihat seseorang menggendong cewek beetubuh ramping seperti pacarnya. Aldi melepas pelukan bundanya dan meminta izin untuk ke kamar mandi. Bunda mengangguk mengizinkannya.

"Sialan," umpat Aldis aat melihat pemandangan yang membuatnya berapi-apai.