"Cindy, pesanan nomor 53 udah siap belum?" tanya Abi pada rekan barunya.
"udah ni, OTW (On The Way) sekarang." Sahut Cindy.
"oke, sip."
"Mas, ini saya pesennya Kopi Hitam Gula Aren, tapi kok gak kayak biasa ya rasanya?" tanya seorang penikmat kopi.
"boleh saya coba dulu mas?" Abi berusaha memastikan kalau rasanya baik-baik saja.
"silahkan, saya jamin pasti kamu juga rasa aneh."
Tanpa menjawab, Abi langsung mencicipi kopi tersebut.
"hmm.. emm maaf mas. Benar ini rasanya aneh. Tapi kami sudah menyajikan sesuai resep dan bahan masih fresh." Abi menjawab sambil menahan rasa yang tidak enak.
"yang bener mas? Saya ga mau tahu, saya minta ganti."
"waduh mas, saya berani jamin."
"Maaf mas, saya mau komplen, ini asin loh kopinya mas."
"Mas, sorry nih, saya beli kopinya bayar, kok ada plastik didalam minuman, ya? Ini plastiknya seukuran sendok loh."
Belum selesai satu urusan, tapi sudah ada tambahan. Langsung dua dan ada plastik didalamnya.
"sebentar ya, satu-satu saya tangani dulu."
"kelamaan mas, udah langsung aja balikin duit saya, ini minuman yang meracuni. Masa ada plastik dalam minuman? Higienis gak sih?" kata seorang wanita pelapor.
"iya, balikin saja uang saya. Yang benar saja pelayanannya gak bagus gini."
"ini mendingan kita masukin sosial media aja biar viral, biar tahu rasa yang punya kedai."
Para penikmat kopi yang komplain terus menerus memojokkan Abi.
"baik mas-mas dan mbaknya, tolong tunjukkan struknya, kalau gak ada gak bisa diganti."
"nih mas, saya masih ada struknya."
"saya juga masih kok."
"ini mas struk saya."
"waduuhh.. baik, semuanya diganti, ya. Tolong jangan diviralkan."
"nah gitu dong mas."
"oke mas, tapi saya gak mau beli lagi disini."
Abi tidak bisa berbuat banyak, mengembalikan uang customer adalah satu-satunya pilihan.
Tapi, konsekuensi lainnya adalah uang pengganti itu akan dipotong gaji Abi.
"gimana, kak? Mereka sudah pergi?" tanya Cindy.
"ini struk mereka, kamu kan yang buat?" tanya Abi dengan tarikan nafas panjang dan menghelanya perlahan.
"aku gak inget, kak. Bukannya kakak?"
"kamu harus inget dong. Yang pesan hari ini belum banyak-banyak amat."
"tapi kan…"
"udah ya… cukup. Kali ini gak apa-apa gaji gue kepotong, next kalau ada lagi yang begini gue gak mau pasang badan." Tegas Abi.
"maaf kak."
Abi tidak memperdulikan omongannya dan kembali menanyakan perihal plastik didalam minuman.
"terus ini apa? Kenapa ada plastik?"
"aku gak tau."
"kamu teledor. Barang sekecil apapun gak boleh masuk. Bisa dicap gak higienis. Kamu tahu, kan?"
"tahu kak, tapi, sumpah aku gak masukin plastik."
"kamu lupa kali, kamu aja gak inget siapa yang siapin sajian mereka."
"sumpah kak.."
"sudahlah… sana kerja!"
Wajah Cindy berubah jadi mengkerut dan sedih. Entah ini salah siapa. Yang pasti semua ini terjadi begitu saja tanpa disadari. Tidak tahu darimana asal kesalahan itu, Abi tidak ingin peduli, dan Cindy hanya bisa meng-iyakan omongan Abi tanpa bisa membela diri dengan jelas.
Sejak kejadian itu, setiap hari ada saja peristiwa yang tidak mengenakan. Ada saja komplain yang datang. Tidak hanya satu, bahkan bisa empat laporan sekaligus. Cindy punya rasa cemas yang luar biasa atas kasus ini, takut kalau ternyata kesalahan itu tidak sengaja datang dari dirinya walaupun mungkin saja dia tidak bersalah.
Berita ini sampai pada pemilik Kedai. Hingga datang langsung untuk memantau.
CCTV dan gerak-gerik karyawan benar-benar diperhatikan.
Cindy maupun Abi dan rekan yang lain sama sekali tidak menunjukan tingkah yang mencurigakan. Tidak ada gula yang sengaja ditukar dengan garam. Tidak ada salah ambil bahan, bahkan tidak salah memberi pesanan. Namun, komplain masih terus saja datang.
Waktu satu bulan dipakai untuk mengevaluasi kinerja seluruh karyawan. Tingkah laku pengunjung juga tak luput dari pandangan. Tidak ada yang mencurigakan, sampai ada satu yang mengganjal.
Semua keluh kesah para penikmat kopi setelah menyuruput minumannya selalu datang ketika jam kerja Abi dan Cindy. Bukan pada yang lain.
Bos yang bijak tidak ingin menuduh tanpa alasan, tapi ini bisa jadi acuan. Mungkin saja sebenarnya ada rencana jahat diantara mereka yang ingin menghancurkan bisnis dari dalam.
Mereka mulai diinterogasi secara terpisah. Rupanya, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada Cindy membuatnya tak nyaman, ia merasa terpojokkan pada hal yang sama sekali dia tidak mengerti. Untuk melakukannya saja tidak ada niat.
Perlakuan yang ia dapatkan sewajarnya para pekerja yang lain, tapi pertanyaan dari pemilik kedai seakan-akan dia adalah pelakunya. Padahal, itu hanya serangkaian cara untuk membuat orang tertuduh mengaku.
Tak tahan dengan semua itu, ia memilih untuk keluar dari pekerjaannya. Tanpa diminta, tanpa digurui.
Abi yang sudah mengetahui rencananya akan berhasil, segera mendekati bosnya, agar Lara bisa bekerja kembali dengannya.
Ya, "rencana Abi".
Rencana Abi untuk mengusir Cindy berhasil tanpa merusak reputasinya, bayaran pada orang-orang tersebut bukanlah buang-buang uang semata. Asalkan Lara bisa kembali, apapun dilakukan Abi.
Lagipula yang mereka lakukan sangatlah rapi. Apapun yang mereka tuangkan dalam minuman disembunyikan dari kamera CCTV. Mulai dari kesempatan ketika ada orang melewati mereka yang membuat kamera tidak merekam mereka menuangkan garam. Hingga plastik yang dimasukan saat tas dan laptop menghalangi. Pengunjung seramai itu, Bos tidak akan memperhatikan semua. Ditambah jumlah komplain yang kian hari kian banyak. Tidaklah mungkin bos mau bercapek diri mengecek satu persatu.
"aku pamit, kak." Ucap Cindy.
"hmm… Cindy, bukan kamu kan yang melakukan itu?" tanya Abi.
"bukan aku kak, aku sudah bekerja dengan benar. Tapi.."
"tapi, kamu gak kuat ? gitu? Ini belum apa-apa.."
"iya kak, aku gak kuat. Dari awal aku menangani orang komplain saja aku sudah cemas."
"kalau bukan kamu, kenapa cemas?"
"mental aku gak kuat kak. Kakak tahu sendiri.."
"ya sudah kalau ini keputusan kamu. Mudah-mudahan diluar sana kamu jadi orang yang lebih kuat dan tahan banting."
"iya kak. Padahal baru dua bulan aku disini. Kakak jangan sombong nanti, ya!" pinta Cindy.
"enggak kok." Dengan senyuman Abi menjawab.
"semoga kamu sukses ya." Lanjut Abi.
"iya, terima kasih ya kak." jawab Cindy.
Mudah sekali menyingkirkan orang yang seperti itu. Rasa paniknya tinggi, mudah cemas, mudah dihempaskan. Dia bukan apa-apa. Dalam waktu singkat, sudah minggat. Kata Abi dalam hati.
Langkah selanjutnya adalah mengembalikan Lara bekerja disini.
Mempengaruhi bos bukan hal yang sulit. Mudah saja bagi Abi.
"gimana hari ini Bi? Sendiri dulu gak apa-apa ya?" tanya bos untuk memastikan keadaan Abi.
"syukurlah pak, aman-aman saja. Sepertinya memang Cindy dalang dari semua. Sudah seminggu dia berhenti bekerja, kedai ini terasa damai tanpa suara riuh para pelapor." Jawab Abi.
"mungkin, tapi gak mau ungkit itu lagi. Sekarang kamu fokus kerja aja, nanti saya carikan partner baru lagi buat kamu. Kalau ada teman, atau saudara kamu yang butuh pekerjaan, bisa hubungi saya."
"bagaimana kalau Lara dipanggil lagi, pak?"
"Lara? Apa dia sudah sehat?"
"sudah pak. Saya dengar sekarang dia sulit mendapat pekerjaan baru. Kenapa tidak angkat dia jadi karyawan lagi? reputasinya selama ini bagus." Abi berusaha meyakinkan.
"apa dia benar-benar sudah sehat? Kalau dia sudah pulih, menurut saya tidak apa-apa dia masuk lagi. Kebetulan posisinya masih kosong. Jadi saya tidak perlu cari orang baru." Respon Bos terlihat sangat bagus.
"baik, pak. Saya coba tanyakan ke Lara nanti. Siapa tahu dia mau." Jawab Abi.
"wah.. kalau dia mau, nanti CLBK dong, Bi?"
"sayakan gak pacaran sama Lara sebelumnya pak, kok CLBK lagi?"
"CLBK… Celemek Lama Bakal Kembali."
"bapak bisa aja. Ha ha…" rupanya si bos berusaha melucu, tapi balasan Abi bukan candaan malah tertawa garing menandakan lawakannya biasa saja.