Chereads / LARA (jiwa yang dinanti) / Chapter 12 - Wanita Gemuk

Chapter 12 - Wanita Gemuk

Acara sakral sudah resmi dimulai. Anggota keluarga dan kerabat sudah pada tempat duduknya masing-masing.

Semua dekorasi tersusun rapi, bunga-bunga masih nampak segar, dan harum.

Para WO, termasuk Mima dan Lara yang menyiapkan dekorasi bunga sudah siap pada posisinya. Laporan terakhir pada Mima adalah aman terkendali.

Kini, mereka bisa mengikuti acara tersebut dengan tenang.

Do'a-do'a dipanjatkan dengan kusyu', keheningan menyeruap.

Orang-orang mendengarkannya dengan tenang. Lara memejamkan matanya seakan terhanyut pada nikmatnya do'a.

"sriinggg.." suara secepat kilat yang tak jelas darimana asalnya, mengalihkan perhatian Lara.

Kepalanya sudah tungak-tengok, namun tak kunjung menemukan sumber suara.

Mima menyadari kelakukan gadis itu, dan berbisik padanya untuk diam dan perhatikan.

Lara mengangguk dan berhenti. Suara pemuka agama yang membacakan do'a, lama kelamaan hilang dari pendengaran Lara.

Pandangannya seperti melihat mereka semua dalam air yang tadinya tenang, berubah hancur dengan satu guncangan. Bentuk mereka kebanyakan jadi tidak karuan. Tidak ada suara, tidak ada sentuhan, hanya sakit kepala. Sakit sekali. Wajah mereka memutar, seperti sedang dihipnotis.

Lara sesekali mencoba menggelengkan kepalanya, tapi yang ia lihat tetap sama.

Ia mencari Mima yang tak ada disebelahnya.

"Mbak Mima?"

Lara beranjak dari duduknya sambil memegang kepalanya yang sangat sakit.

Langkah kakinya tertatih sambil menabrak bangku-bangku tamu, tapi orang-orang yang ia lihat, semua wajahnya memutar.

Lara takut untuk menyentuh mereka ataupun meminta pertolongan. Ia kemudian mengangkat kedua tangannya untuk menutup masing-masing telinganya. Lara mulai terlihat agak gila dan ketakutan.

Mulutnya ingin berteriak tapi tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa.

Tubuhnya mulai gemetar, tak tahu apa yang sedang terjadi. Lara akhirnya berlari keluar.

Kakinya berjempalitan hingga ke jalan raya. Nampaknya telah jauh ia menghindari orang-orang berwajah aneh. Lara menghampiri warung rokok pinggir jalan. Maksud hatinya adalah ingin meminta pertolongan. Namun alangkah terkejutnya Lara melihat wajah orang itu terbalik. Lantas berteriak sejadi-jadinya, dan berjalan mundur menghindari orang tersebut, namun orang itu justru mengikuti Lara, hingga ia terjatuh ke sisi jalan raya dan isi dari tas selempangnya keluar berserakan. Begitu juga dengan gelang bandul bintang miliknya. Keadaan Lara yang sudah berantakan dengan mata lunglainya melihat gelang tersebut.

Cara dari arah kirinya berasal dari sebuah mobil yang seakan siap menabraknya, namun Lara tak berdaya. Seketika itu juga gelangnya memancarkan cahaya yang sangat berkilau hingga menutup penglihatan Lara.

"Lara… Lara!!" bisik Mima secara perlahan namun dengan nada agak kesal.

"anak ini… tadi dia tungak-tengok tidak jelas, mengganggu suasana khidmat. Sekarang malah tertidur sampai prosesi do'a selesai." Ujar Mima dalam hati.

Namun, Mima yang juga sibuk dengan telepon genggamnya, tidak begitu serius membangunkan Lara. Sesekali ia membalas pesan-pesan dan berbisik menjawab panggilan masuk.

Hingga saat Mima selesai pada kesibukannya pun Lara masih tertidur.

"anak ini.. bikin malu aja." Gumam Mima dalam hati.

"Lara?? Bangung, hey?" bisiknya sambil mengguncangkan pundak Lara.

-Sementara itu, apa yang sedang Lara alami-

Lara berada dalam dimensi yang ia tidak mengerti apa. Sekelilingnya hanya berwarna putih. Lara jatuh tersungkur hingga lututnya menyentuh bagian dasar tempat itu. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi, yang terasa adalah tenaganya terkuras cukup banyak, keringat bercucuran, dan rasa takut yang dalam.

"Lara.." sapa seseorang yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Lara yang tadinya tertunduk menoleh kearah suara tersebut, diiringi dengan tubuh orang didepannya yang menyentuh dagu Lara.

Gadis itu hanya terpaku diam.

"ingat kata-kata ibu, ya. Gelang ini harus selalu kamu pakai." Ucap wanita yang berada dihadapannya sambil tersenyum dan memasangkan kembali gelang itu pada tangan kirinya.

Tanpa pengelakkan dari fisik Lara, ia terpaku seperti patung, dan menurut seperti kucing.

Kembali ia menatap wajah wanita itu dan berkata "ibu?"

wanita itu hanya tersenyum dan mengelus kepala Lara. Sekejap pandangannya menjadi gelap dan terdengar suara Mima memanggil-manggilnya.

Lara bangun sambil terkaget. Dan menoleh kebingungan ke arah Mima.

"mbak.. mbak Mima?"

"haduh Lara…. Kenapa tidur?" tanya Mima

"mbak beneran mbak Mima kan?"

"loh? Kamu kenapa sih?"

Lara mengecek keadaan dengan menatap baik-baik wajah Mima serta memegang kedua tangannya.

"mbak kemana aja?"

"lah kamu tidur sih.. saya daritadi disebelah kamu. Tahu gak? Acara sudah selesai, saatnya para tamu menikmati hidangan."

"hah?!"

"kamu bikin malu aja, saya udah lapar nungguin kamu gak bangun-bangun."

"serius?"

"kamu tuh ya, baru juga pertama kali ikut acara besar. Udah malu-maluin saya."

"maaf mbak, tapi…"

"gak usah banyak alasan. Kamu gak profesional, tapi saya masih kasih kamu kesempatan. Kalau next event kamu tidur kayak gini, saya langsung pecat kamu."

"maaf mbak, maafin saya gak sengaja."

Mima tidak mengangguk, tidak juga menyauti omongan Lara. Wajahnya terlihat kesal dan berdiri meninggalkannya disana.

Lara tertegun dengan apa yang terjadi. Ia coba ingat-ingat lagi apa yang sebenarnya sudah dilalui.

"Apakah itu benar mimpi? Ilusi? aku gila?" dalam benak lara sambil bersender pada kursi dan menatap langit-langit gedung.

"pertama, aku mendengar suara aneh yang cepat sekali saat pembacaan do'a.

Kedua, aku melihat orang-orang disekitarku jadi aneh.

Ketiga, aku berlari keluar lalu terkejut melihat penjaga warung memiliki wajah terbalik.

Keempat, aku bertemu ibu dan ia memakaikan gelang itu.

Iya! Gelang itu!"

Dengan cepat Lara mengangkat tangan kirinya dan benar gelang itu ada padanya.

Sedang ia kenakan persis di tangan kiri.

Lara mulai mengingat-ingat kembali sebelum ia melihat wajah orang-orang terbalik.

"kamu cantik sekali. Dari atas sampai bawah kamu terlihat sempurna." Kata seorang wanita gemuk paruh baya.

"makasih bu." Jawab Lara sambil tersenyum.

"tapi gelang kamu jelek, kuno, gak pantes kamu pakai. Kamu lepas saja. Gaunmu itu cantik, warnanya merah. Seperti gelang anak kecil. Kuno sekali."

"ayolah, lepaskan saja gelangnya, percaya padaku kamu akan terlihat lebih cantik tanpa gelang ini."

"Lara? Masih siap-siap? Ayo jangan lama-lama, kita cek kondisi dulu." Tanya Mima, mengagetkan Lara.

"oh, udah mbak, udah siap."

"saya pergi dulu ya bu."

Wanita itu hanya membalas dengan senyuman.

"ah! Wanita gemuk itu! Dia yang memintaku melepaskan gelang ini. aku baru ingat, tapi tidak tahu siapa dia. Sepertinya aku harus cari tahu siapa dia." berkata Lara dalam benaknya, seiring dengan punggungnya yang tegak terbangun dari sandaran.

"wanita itu pasti punya maksud. Apa jangan-jangan…. Dia… tapi, tidak mungkin. Ini sudah jaman modern."

"kruuukkkk" tiba-tiba suara perut Lara terdengar jelas sekali, hingga ia menengok ke sekitarnya, berharap tidak ada yang mendengar suara perutnya.

"nanti aja deh cari tahu, waktunya makan, ternyata laper juga kalau mikir terlalu keras."

Lara beranjak dari bangkunya dan berbaur dengan para tamu untuk menikmati hidangan.