Chereads / LARA (jiwa yang dinanti) / Chapter 13 - ayo main

Chapter 13 - ayo main

"Lara, nanti acara resepsi kamu jangan tidur ya!" ucap Mima memperingatkan Lara.

"iya mbak." Jawab Lara.

"padahal waktu itu aku tidak tidur, tapi kalian semua berubah menjadi aneh." Benak Lara

"ayo Lara, kita cek kondisi." Perintah Mima.

Lalu mereka berdua pergi mengecek keadaan bunga. Ada beberapa kelopak bunga yang rontok ke lantai karena ulah bocah-bocah nakal, tapi itu tidak jadi masalah selama yang berjatuhan tidaklah semuanya.

Masih bisa dibersihkan dan dirapikan.

Lara mulai memasang mata, memantau satu persatu anggota keluarga pengantin.

Mungkin saja kali ini ia akan bertemu dengan wanita gemuk itu.

Mundar-mandir Lara berpura-pura sibuk, padahal sedang mencari seseorang.

Namun, ia tak kunjung menemukan yang dilacak tidak ketemu. Batang hidungnya saja tidak nampak.

Lara mencoba ingat-ingat kembali ciri dari wanita gemuk itu. Berusaha menerka-nerka baunya kembali. Tapi ia lupa bagaimana aroma parfume dari bajunya. Yang dia ingat hanya berbadan gemuk dengan tinggi tidak lebih dari telinga Lara, berkulit putih, pakaian yang necis, dan rambut yang disanggul.

"halo bu, acaranya bagus ya?" ucap Lara berbasa-basi pada salah satu anggota keluarga.

"oh, iya mbak, bagus ya. Sendirian aja mbak?" sahut wanita tua berbusana kebaya hijau itu.

"enggak bu, kan saya salah satu WO-nya. Bareng team saya kesini."

"oh iya? Mbak yang urusin semua?"

"saya khusus bagian dekorasi bunga-bunganya bu."

"ini semua bunganya dari tempat mbak?"

"iya bu. Hehehe" jawab Lara sambil tersenyum

"berapa nih mbak semuanya? Bagus banget loh dekorasinya."

"ya, lumayan bu. Ngomong-ngomong ibu sendiri aja apa sama anak kesini?"

"saya sama keluarga saya, kan saya tante dari mempelai laki-laki." Jawab ibu itu sambil agak sedikit tertawa.

"kemarin di ruang ganti saya juga ketemu sama anggota keluarga bu, tapi yah gak tau dari pihak mana. Hehehe"

"oh ya? Ruang gantinya beda-beda kali ya? Kita aja gak ketemu mbak."

"iya bu, sepertinya begitu. Kalau dari pihak ibu ada wanita paruh baya yang gemuk gak ya?" tanya Lara sambil menyeringai.

"saya kan gemuk mbak. Hahaha, tapi kita baru ketemu."

"yah.. kalau sama ibu saya juga tahu, ini yang lain bu. Yang ini beda."

"yang mana ya mbak? Saya jadi bingung, soalnya kalau mau tahu dari keluarga saya wanitanya banyak yang gemuk."

*waduh, bakalan sulit nih.* Benak Lara.

"emangnya ada apa mbak?"

"oh, kemarin gelangnya jatuh, masih saya simpen di ruang ganti. Kali aja kan ibu kenal orang itu."

"gelang mbak? Waduh, sayang banget ya. Saya coba tanya digrup keluarga deh, emang gelangnya kayak gimana mbak?"

*waduh, gelangnya gimana ya?* kata Lara dalam benaknya sambil berfikir harus jawab apa. Lara menggigit bibirnya dan mulai bingung, tidak ingin terlihat gelisah akan apa yang dia sembunyikan, langsung saja Lara asal ucap.

"gelang emas bu, modelnya sih lama banget. Tapi saya gak tau punya ibu itu atau orang lain."

"ada fotonya mbak?"

"wah, gak ada bu, saya lupa foto, ada di tas saya gelangnya." Jawab Lara dalam senyum kakunya.

"sayang banget mbak, kalau ada fotonya kan lebih gampang. Tapi saya coba tanya aja deh ya di grup. Siapa tahu punya salah satu keluarga saya."

"oh iya, makasih ya bu."

"gak apa-apa mbak. Siapa tahu memang punya saudara saya, sayangkan kalau gelangnya hilang." Jawab ibu itu smbil tersenyum.

*gawat nih, daripada ketawan mendingan langsung pergi dari sini.* pikir Lara

"maaf bu, saya tinggal dulu ya, saya harus cek kondisi bunga di tempat lain."

"oh iya mbak."

Buru-buru Lara pergi meninggalkan wanita itu. Nampaknya orang yang ia cari akan sulit ditemukan, daripada ketawan berbohong, ia memilih untuk melupakan hal tersebut. Rasanya akan jauh lebih baik.

"Lara, gimana? Bagian timur aman kan?" tanya Mima

"aman mbak."

"oke, kita bisa tenang sekarang. Inget ya kamu jangan tidur. Bikin malu aja." Mima kembali mengingatkan.

"iya mbak." Jawab Lara singkat.

Acara resepsi sudah dimulai, Lara mulai melancarkan tujuannya. Ia mengedarkan matanya pada hampir seluruh tamu. Hingga ketempat keluarga pengantin. Siapa tahu samar-samar ia menemukan wanita gemuk tersebut.

Ada banyak sekali wanita gemuk paruh baya disana, tapi tidak satupun ia menemukan jejak dari orang yang ia cari.

"kemana ya orang itu?" gumam Lara.

"sepertinya, lebih baik aku mencari di pintu masuk. Tapi, aku akan terlihat seperti orang bodoh. Ah! Kenapa sih? Wanita itu buat aku penasaran sekali."

Dari sekian banyak tamu yang berlalu-lalang, masih saja tidak ditemukan. Ini memang hal yang sangat sulit. Mencari satu orang ditengah kerumunan, bagaikan mencari jarum ditumpukkan jerami. Menyebalkan sekali.

Hingga akhir acara pun, masih tidak mendapatkan hasil. Lara lelah akan semua pencariannya, lagipula tidak ada alasan yang pasti kenapa ia mau-maunya mencari manusia yang tidak jelas asal muasalnya.

Malam itu sudah sangat larut. Untungnya Mima mengantarkan Lara sampai kedepan rumah.

"terima kasih mbak Mima." Ucap Lara sambil tersenyum.

"ya, sama-sama Lara. Kamu istirahat ya."

"iya mbak."

"bye Lara.." ujar Mima mengucapkan kata perpisahan sambil tersenyum.

Lara membalasnya dengan lambaian tangan.

Baru saja berbalik badan hendak masuk ke rumah, tiba-tiba ada suara yang berkata "kamu mencariku Lara?"

"hah?" Lara terkaget dan diam sejenak. Lalu secepat kilat ia menoleh ke sumber suara.

Tapi, tidak ada siapapun.

"siapa? Kamu siapa?!" tanya Lara.

"kamu mencariku? Hahaha…" suara itu berbalik tanya pada Lara dengan nada suara menggelitik tinggi. Tawanya itu terdengar seram.

"kamu siapa?!" teriak Lara.

"aku yang kamu cari, hahaha…" wanita tanpa wujud itu kembali menyahuti pertanyaan Lara, tawanya benar-benar menggelitik seram.

Raut muka Lara mulai berubah jadi kesal.

"jangan main-main ya!" Lara kemudian mengambil batu kerikil didekatnya dan melemparkan kesembarang tempat.

"ayo main Lara… hahahaha…" lagi-lagi dijawab dan tidak tahu dari mana arahnya.

Lara masih terdiam bingung dengan raut kesal, namun, tiba-tiba angin berhembus kencang dan terasa sangat dingin.

"diatas sini sayang… ayo main…" seiring dengan turunnya seorang wanita dari atas pohon. Bajunya compang-camping kotor, giginya bertaring panjang dan mengeluarkan darah. Rambutnya panjang sepinggang dan kusut. Belum sampai kehadapan Lara, tiba-tiba kakinya lemas dan terjatuh. Bicaranya gagap serta jantung yang berdegup sangat kencang.

"hah? i.. i…hah.. i..itu…." intonasi Lara gagap seketika saat lutut dan kedua telapak tangannya sudah menyentuh tanah. Pandangannya seketika kosong, nafasnya tidak teratur, nada jantungnya juga tidak karuan.

Dari dalam rumah terlihat nenek Lara yang mengintip dari jendela, menyadari kejadian itu tidak baik untuk cucunya, secepat kilat sang nenek berlarian keluar dan mengucapkan ajian dalam bahasa jawa sambil menyipratkan air.

"ojo kemari kowe setan laknat!" ucap neneknya.

Air yang dicipratkannya kebetulan menyentuh baju makhluk itu, seketika ia berteriak dan kepanasan.

"aaaaaa …. kurang ajar kau manusia.. " suaranya melengking kesakitan dan hilang.

"kamu gak apa-apa nak?" tanya nenek sambil merangkul pundak Lara.

Cucunya yang sedari tadi sudah lemas, jatuh pingsan dipangkuan sang nenek.