Chereads / LARA (jiwa yang dinanti) / Chapter 10 - Diperhatikan

Chapter 10 - Diperhatikan

Sesembahan tertata rapi didalam ruangan, lengkap dengan kembang tujuh rupa, dupa, dan keris.

Lilin-lilin sebagai penerang tidak banyak memberi cahaya, namun cukup jelas untuk mengetahui apa yang akan dilakukan.

Nenek duduk manis bersebalahan dengan kakek didepan sajen.

Mantra-mantra mulai dibacakan.

Bayangan mereka sedikit-sedikit hilang. Lalu muncul kembali bayangan ibu yang sedang menyisir didepan cermin.

Bayangan itu hilang dalam sekejap dan menampilkan gambaran ketika Lara masih kecil yang sedang bermain dengan orang tuanya. Dan hilang lagi, kemudian terlihat sang nenek yang sedang mengajarkan kidung-kidung jawa kuno pada ibu. Bayangan itu terganti dengan refleksi Lara yang hampir dibawa pergi makhluk hitam besar namun, terselamatkan oleh ibunya.

Terakhir, kusut-kusut ia melihat adanya beberapa orang berbaju hitam yang membawa sesajen didalam ruangan gelap. Didepannya terdapat sebuah patung yang tidak jelas bentuknya seperti apa.

Mereka melemparkan kembang tujuh rupa ke patung tersebut. Mereka membungkukkan badan, memohon, dan membacakan mantra. Sekilas posisi patung itu tergantikan oleh wujud hitam yang besar berdiri menghadap si penyembah. Sekelebat semua itu hilang seiring dengan berhentinya nyanyian kidung yang diputar dalam film. Lara terkaget dan membuka kedua matanya. Ia masih terbelalak dengan apa yang baru saja terjadi. Fikirannya masih kosong, bahkan Abi yang sedari tadi memanggilnya pun masih tak dihiraukan. Abi yang merasa percuma menggoyangkan badan Lara maupun berbisik memanggilnya mulai menghentikan sikap tersebut setelah ia melihat Lara seperti baik-baik saja.

Ia terlihat sehat dan hanya diam.

Abi kembali fokus menonton film walau dalam hatinya ia cemas. Tapi dia tidak ingin khawatir, karena Lara ada disisinya, apa yang perlu ditakutkan?

Film kemudian usai, ketika semua sudah keluar dari ruangan dan Lara masih saja diam, Abi mulai menggodanya.

"cemen lu."

"hm?" Lara hanya menoleh tanpa berkata sedikitpun.

"payah.. ternyata lu takut nonton film horror"

Lara hanya tertunduk diam.

"ternyata Lara yang judes takut sama hantu."

Lara sama sekali tidak menanggapi perkataan Abi, justru ia memandang orang-orang yang sedari tadi berlalu-lalang didepannya. Fikirannya nampak masih kosong.

"payah banget. Ayo pulang.."

Lagi-lagi tidak ada satupun kata yang terlontar dari mulut Lara, tapi kakinya masih manut omongan Abi untuk pulang. Ia melangkah mengikuti arah Abi pergi.

"lu kenapa?"

"gak apa-apa." Kali ini Lara membuka suara namun tidak banyak.

"langsung pulang aja ya." Kata Abi

Lara hanya mengangguk mengiyakan perintah Abi.

Masih di dalam Mall, Abi melihat topi yang keren. Mereka berhenti sejenak dan Abi mulai mencoba topi tersebut dan berniat membelinya. Tidak hanya itu saja, Abi mampir juga ke penjual minuman modern yang memiliki ice cream di dalam penyajiannya.

Kali ini Lara sepertinya sangat menurut dengan keinginan Abi. Ia tidak menolak, tidak juga mengeluh.

Namun, dikala ia menunggu Lara tak sengaja melihat sesosok pria.

Seseorang yang berbadan tinggi, mengenakan sweater abu-abu.

Awalnya, Lara hanya melirik sambil mengedarkan penglihatannya ke sekeliling tempat.

Namun, ketika Lara melihat ke arah pria itu, ia masih memperhatikan Lara.

Matanya yang terpancing untuk melihat balik pria itu, melihat senyuman tengil yang dilempar padanya.

Pria itu hanya berdiri ditengah keramaian, tanpa seorang teman, tanpa membawa belanjaan apapun.

Untuk memastikan apa benar pria tersebut memang memperhatikannya, ia mengecek ke arah belakang ia berdiri ataupun kanan kirinya, tapi semakin ia cari tahu, memang sedari tadi sosok itu hanya melihat kearahnya. Bukan orang lain.

Lara benar-benar hanya diam tanpa berkata apapun dan tanpa menghampiri orang tersebut.

Sosok yang sedang memperhatikannya pun juga sama. seperti patung yang terdiam.

Semakin ia memandangi pria tersebut, semakin bayangannya kabur.

Hampir saja Lara terjatuh karena tak sanggup melihat, Abi datang menepuk pundaknya dan mengajak bicara. Saat itu juga fokus Lara kembali normal dan pandangannya tidak lagi buram.

"udah nih, yuk! Ini satu buat kamu." Ujar Abi.

"makasih ya." Ucap Lara.

Sesaat sebelum mereka pergi, Lara masih sempat mencari sosok tersebut, namun yang dicari telah hilang. Entah ditelan keramaian atau memang ada yang aneh pada pria itu.

Tiba-tiba saja hatinya menjadi takut, bulu kuduknya merinding.

Lara mengalami perasaan yang tidak enak meski ia tidak tahu apa alasannya.

Buru-buru ia mengajak Abi untuk pulang.

"Hari ini berhasil mengajak Lara pergi, hari libur nanti ajak dia kemana ya?" ucap Abi yang telah sampai di rumah sambil mencoret tanggal malam itu dikalender.

"sepertinya, kalau next time ajak dia ke pantai bakalan asik banget nih."

"ya… gue harus bisa ajak dia nanti."

Sementara itu, Lara terbaring diatas kasurnya sambil memikirkan apa yang telah terjadi di bioskop tadi.

"kenapa tadi liat bayangan keluarga aku ya? Ada kakek, nenek, ibu aja ada." Pikir Lara.

Kemudian ia ingat akan gelangnya yang waktu itu disimpan di lemari.

Lara ingat betul dimana lokasi gelang itu, tapi hatinya tiba-tiba berdegup kencang ketika ia melangkah untuk mengambilnya.

Terasa amat sangat takut saat tangannya mulai merogoh gelang tersebut.

"ketemu!" ujar Lara.

"gelang ini… kok buat hati gue takut banget yah? ingin pakai tapi takut."

Mendadak sekelebat angin kencang melewati belakangnya Lara.

Ia pun terkaget dan menengok, tapi tidak ada siapapun.

Tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Lara saat itu, namun setelah menoleh ia langsung memakai gelang itu.

Hatinya yang semula sangat takut mulai meredup.

Kedua tangannya memegang kedua pipinya, ia merasa lebih baik.

Namun, sepertinya tidak ketika ia mulai tidur.

Malam itu, ia bermimpi sedang berada di dalam hutan. Terdapat beberapa orang yang tentu saja tidak ia kenal. Semuanya memakai busana mirip orang Yunani kuno. Hanya ia sendiri yang mengenakan baju khas perempuan Indonesia tahun 60-an.

Hutan itu sangat asri, tidak jauh dari ia berdiri, ada sungai yang masih sangat jernih mengalir deras.

Ditengah hutan tersebut terdapat sebuah gubug.

Disekitarnya ada beberapa lelaki yang mengenakan busana berwarna hitam.

Lara berjalan mengelilingi taman dekat gubug tersebut, yang tidak begitu jauh dari sekumpulan lelaki tersebut.

Disana ia berhenti untuk duduk diatas batu yang sangat besar. Tanpa disangka, ada seorang wanita yang bergaun Yunani kuno berwarna merah menghampirinya. Tidak tahu darimana asal wanita itu, dia datang begitu saja dan marah-marah. Tatapan wajahnya sangat penuh amarah dan kebencian.

"hey, kau! Kenapa air minum yang kau berikan kotor?!" tanya wanita itu dengan tatapan ganasnya.

"minum apa?" Lara menanyakan balik

Wanita itu tidak menjawab tapi menodongkan sebuah kendi padanya kemudian dilemparkan ke arah Lara namun tidak kena, padahal jarak mereka berhadapan hanya semeter.

Saat kendi itu tumpah, air didalamnya ternyata memanglah kotor. Tapi, Lara tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Lara memegang kendi itu dan memberikan kembali kepada pemiliknya.

Anehnya, saat Lara menjulurkan tangannya. Cahaya putih terlihat terang sekali dari tangannya.

Cahaya itu menyinari air dalam kendi yang tadinya kotor menjadi bersih.

Wanita itu tidak ingin meminumnya, justru menjaga jarak dari Lara.

Wajahnya makin terlihat sangat marah.

Jauh dibelakang wanita itu, ada sesosok pria diantara pepohonan. Pria itu memakai baju modern, bersweater abu-abu.

"pria itu…" Ucap Lara ketika ia menyadari kehadiran sosok tersebut.

"JANGAN!" teriak wanita yang berbusana merah itu pada Lara dan sekejap kegelapan menutup penglihatannya.

Seketika, Lara terbangun dari mimpinya. Keringat bercucuran membasahi tubuh Lara.

Kepalanya sakit namun ia masih sangat mengantuk.

Samar-samar ia seperti melihat sosok pria tersebut ada dihadapannya tersenyum sangat manis.

Namun, wajahnya masih belum terlalu jelas untuk dipastikan itu siapa.

Pria itu menunjuk Lara seakan memerintah. Benar saja, tidak terlihat dan tidak disadari tunjukkannya seperti sihir yang membuat Lara pingsan.