Suara kicauan burung sudah bernyanyi indah depan jendela kamar.
Satu, dua burung nampak seperti sedang berduet.
Silauan cahaya pagi menjelaskan warna mataku yang kecoklatan.
Aku masih ingat, masih sangat ingat ketika aku bermain ditaman sebrang dan ibu masih hidup.
Sudah sangat lama sekali saat aku masih kanak-kanak.
Seandainya ia masih ada disini.
tok tok tok..
"pagi, Umi." Sapaan Abi disertai senyuman manis membuatku terpana.
"nih, aku bawa sarapan buat kamu. Bubur ayam si Mbok." senyumnya makin lebar.
"oh, makasih ya."
Sembari Abi menyiapkan bubur, mataku terus memperhatikannya, ternyata dia manis juga.
Dia ramah dan selalu tersenyum.
"nih, Umi aku suapin ya."
"nama gue bukan Umi."
"haha, masih aja. Nih makan."
"gak apa-apa gue makan sendiri aja. Makasih ya"
Belum selesai suapanku, pertanyaan yang sudah sangat membatin akhirnya bisa kuajukan. Aku berharap mendapat satu jawaban logis atas kejadian yang menimpaku.
"Bi?"
"iya, Mi?"
"emangnya bener ya waktu itu gue ditabrak?"
"hemm… gimana ya Mi? gue takut lu masih syok, nanti lu malah trauma."
"ini aneh, Bi. Gue sama sekali gak inget, bahkan gak ngerasain sakit."
"kejadiannya cepet banget, Mi. dalam hitungan detik aja. Gue bahkan kaget kok bisa-bisanya lu ditabrak. Lu kan berkulit kudanil."
"dasar alay, emang yang nabrak gue apa?"
"kenangan masa lalu lo."
"jangan sampai ini sendok melayang ke wajah lu ya.."
"hehe, gue sebenarnya gak melihat langsung, tapi kata orang sekitar yang nabrak lo itu sepeda motor."
"jadi gitu Bi?"
"iya, dimakan lagi dong Mi buburnya."
Tanpa menyahutinya lagi, ku lanjutkan santapan pagi itu.
Sepertinya memang harus menerima kenyataan bahwa aku adalah korban tabrak lari.
Kesunyian yang mulai meliputi diantara kami masih tak membuat satupun saling ucap kata.
Abi pun tumben tidak cerewet, dia malah pamit buru-buru pulang karena mau bekerja.
Santapanku saja belum habis tapi sudah akan ditinggal.
Mungkin peristiwa itu benar adanya, hanya saja karena terjadi sangat cepat, membuat aku tidak merasakan apapun.
Aku harus tetap berfikir jernih dan logis. Tabrakan itu pasti murni kecelakaan.
Gelang ini, gelang ini pasti nenek yang memakaikannya, atau mungkin saja Abi.
Siapapun itu, aku tidak begitu mempedulikannya sekarang. Lebih baik aku simpan saja gelang ini, agar siapapun pemberinya akan lupa kalau sudah menghadiahkannya untukku.
Gelang bandul bintang ini kalau diamati sangat cantik detail berliannya, tapi sayang nasibnya sekarang harus tersimpan di sudut tumpukan baju paling dalam di lemari. Semoga disini aman. Ya, semoga tidak ada tangan-tangan jahil yang berusaha mencuri di rumah ini.
Sekarang yang harus aku fikirkan adalah bagaimana untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan bulanan.
Aku kena PHK gara-gara koma dua bulan. Posisiku sudah digantikan orang lain, pasti akan sulit untukku mendapatkan pekerjaan yang baru.
Ada-ada saja, kejadian ini membuatku makin pusing dengan kehidupan, kenapa aku tidak mati saja sekalian saat tertabrak? Rasanya hidup ini makin melelahkan.
Mungkin kalau nyawaku langsung dicabut ketika sudah kehilangan banyak darah, saat ini aku pasti berada di alam lain bersama ibu.
Bingkai foto yang menunjukkan gadis kecil dan wanita umur 30-an ini hiasan yang sangat berguna dikala keadaan akan rasa ingin bertemu datang.
Aku rindu.
Aku rindu saat kita bermain bersama. Aku rindu semua tentang kita, semoga ibu bahagia disana.
Tidak banyak yang dapat ku lakukan saat ini, hanya bisa menjelajahi laman facebook untuk mencari lowongan, atau bertanya pada teman-temanku, mungkin saja mereka memiliki informasi.
Tiap-tiap iklan lowongan ku lihat satu persatu. Kiranya ada syarat-syarat yang cocok denganku, Bisa ku ajukan lewat email, atau datang langsung ke kantor. Rata-rata menjadi admin perkantoran dan sales. Jarang sekali yang menawarkan Barista seperti pekerjaanku dulu.
Aku tidak ingin mencoba sesuatu yang baru, aku tidak ingin dipusingkan pada bidang yang tidak bisa ku kuasai.
Hari ke hari masih tidak ada hasil, tetap saja belum ada panggilan bekerja.
Padahal sudah kudatangi tempatnya, tidak cuma satu, tapi banyak. Sehari bisa dua sampai tiga kali interview. Jaraknya ada yang dekat ada yang diluar wilayah tempat tinggalku. Ongkos yang dikeluarkan tidak sedikit, keuangan mulai menipis. Kertas-kertas lamaran jadi menumpuk. Aku harus punya penghasilan lagi sebelum uangku benar-benar habis. Tapi ini sulit sekali. Aku perhatikan, orang-orang diluar sana mudah sekali mendapat pekerjaan, aku malah tidak. Dunia ini tidak adil.
Disisi lain mimpi-mimpi itu sudah tidak pernah menghampiri. Semoga tidak ada lagi dihampiri makhluk aneh maupun melihat wajah-wajah palsu.
Kehidupan berjalan sangat biasa saja. Makan-tidur-makan-tidur merupakan rutinitas utama.
Abi yang selalu mengirimi pesan mulai jarang menyapa.
Hidupku ini tidak dipenuhi banyak orang, sungguh tidak asik.
Skill-ku saja terbatas. Bagaimana supaya cepat kaya?
Punya angan pergi keluar negri untuk singgah minum kopi, tapi untuk menyeduhnya di sekitar gunung bromo saja tidak pernah kesampaian.
Yang bisa ku lakukan saat bosan menyerbu adalah kegiatan bersepeda. Ini salah satu hal yang biasa ku kerjakan selain berdiam di rumah. Nyaliku masih belum cukup, "mimpi yang dulu" membuatku takut.
Sudah bagus tidak pernah didatangi lagi saat tidur, malah berencana jalan-jalan dengan sepeda.
Rasa khawatir ini menjadikanku terus berdiam dan tak melihat dunia.
Perasaan yang harusnya bisa kukendalikan, bukannya menjadikan ku seperti manusia vampire yang takut cahaya matahari. Kulitku makin pucat, mirip orang sakit padahal aku sudah sehat.
Untuk tetap berfikir positif dikala rasa takut dan khawatir datang secara bersamaan memanglah sulit. Untuk jadi orang yang konsisten juga sulit. Masalah perasaan wanita yang bingung itu membuat labil. Mau keluar, takut mimpi itu jadi nyata. Diam saja bosan. Atau ku kirim pesan saja pada Abi? Ah, tidak, nanti dia besar kepala. Aku harus tetap cool.
Gelang itu masih aman dalam lemari meski sudah hampir sebulan disana,
Aku harus punya gebrakan baru agar hidupku tidak begini-begini saja.
Mungkin harus ambil langkah menjadi business woman atau menunggu panggilan kerja.
Fikiran sudah buntu, uang didompet seratus ribunya tinggal satu.
Kira-kira siapa yang bisa bantu?
"Ting.."
Suara ringtone email baru saja masuk.
"Selamat siang, Larasati Ayu.
Kami dari PT. Surya Kencana Harapan mengundang anda untuk melakukan interview pada hari Senin, 9 September 2013, pukul 10.00 WIB. Alamat Jl. Tuju Tunda no. 23 Kota Harapan.
Mohon kehadirannya dengan membawa CV lengkap serta surat lamaran kerja.
Tertanda,
Natasya Melinda
(HRD PT. Surya Kencana Harapan)"
Syukurlah, ditengah kebingungan dan ketidak pastian seperti ini akhirnya ada panggilan interview.
Tanggal 9 september itu lusa, masih ada waktu untuk mempersiapkan diri. Semoga berhasil.