Rayan menatap layar ponselnya dengan senyum kecil yang sangat tipis sampai tidak ada yang menyadari kalau lelaki itu tersenyum.
Ada hal menarik yang membuat mood nya selalu membaik, apalagi setelah melihat di mana iklan kecantikan yang menampakkan gadis cantik berusia 22 tahun yang mencuri perhatiannya sejak kecil.
Gadis itu tumbuh menjadi gadis tercantik seIndonesia dengan memenangkan gelar Puteri Indonesia tahun lalu dan kemaren malam ia juga melepaskan mahkota nya pada putri indonesia selanjutnya.
Rayan Bramawijaya Townsend, dari namamya saja sudah gabungan antara turunan ningrat Indonesia dan turunan ningrat Belanda. Wajah nya tampan dengan tubuh tinggi menjulang di atas rata-rata. Harta, tahta, dan wanita, Rayan memiliki nya tapi kalau di tanya masalah hati. Rayan akan menjawab kalau hati nya sejak dulu di menangkan oleh si Puteri Indonesia dengan wajah campuran itu.
Rayan ingat kalau dulu setelah lulus sekolah dasar ia bersikeras untuk menjadikan mantan puteri indonesia itu sebagai pendamping nya dan menolak beberapa gadis kecil seusianya yang akan menjadi pendampingnya nanti walaupun dengan syarat ia harus belajar di luar negri dan tidak di perbolehkan berhubungan dengan tunangannya itu sampai Rayan menyelesaikan pendidikannya dan belajar mengelola bisnis keluarganya.
Rayan ingat bagaimana ia sering mengganggu gadis itu dulu.
"Sorry ya, bisa minggir princess mau lewat" Gadis kecil itu menatap sombong pada Rayan yang masib kelas lima sd sedang makan coklat pagi hari ini.
Ia menyukai gadis itu sejak kelas dua sd.
"Merasa diri nya princess, enggak cocok" Rayan kecil menjawab.
"What?, dasar anak lelaki semuanya sama aja. Makan celemotan gitu hih jijik" Gadis kecil dengan rambut hitam legam itu membalas.
"Bilang saja kamu mau coklat ku kan" Rayan membalas lalu melap sudut bibirnya dengan sapu tangan yang selalu di bawa nya.
"Bunda ku bilang makan coklat bikin gigi berlubang jadi thanks aku enggak mau" Gadis itu menabrak bahu Rayan untuk masuk ke kelas.
"Dih dasar sok" Rayan berkata.
"Mau mu apa sih sebenarnya, tiap hari bikin masalah terus sama aku" Gadis itu terpancing dan Rayan senang melihat gadis itu meresponnya.
"Kamu aja yang sewot terus" Rayan membalas lalu menjulurkan lidahnya membuat wajah gadis kecil itu memerah menahan emosinya.
Anak-anak di kelasnya sudah mengelilingi mereka.
"Heh Rayan Bramawijaya Townsend jangan cari masalah sama aku" Gadis itu mendorong pelan bahu Rayan.
"KAK SELLI JANGAN BERANTEM" Suara anak laki-laki terdengar melengking dan membuat Selli mendengus dan melihat adik nya Gio datang bersama Kenny.
"Ngapain sih kesini?" Selli berdecak kesal pada kedua adiknya membuat Rayan sedikit iri karna Selli itu sangat sayang pada kedua adiknya.
"Kak Selli mau berantem lagi, kita mau bantuin" Kenny menjawab asal.
"Nah dengar tuh Rayan, aku punya pasukan. Kamu sendirian, mana menang kamu lawan kami bertiga. Jadi udah deh enggak usah gangguin aku lagi!" Selli mendorong bahu Rayan.
"SELLI, GIORGINO" Suara guru wanita yang Selli kenal sebagai guru BK membuat Rayan tersenyum menang sedangkan Kenny mundur dan bersembunyi di keramaian siswa kelas lima.
"Selli ngancem saya Bu" adu Rayan membuat Selli melotot.
"Kamu itu perempuan Selli, kenapa kamu mengajarkan yang tidak baik untuk adik kamu Giorgino, dan kenapa juga kamu itu selalu saja menindas Rayan?"
Rayan terkekah ingat perkelahiannya dengan mantan Puteri Indonesia itu, dan Rayan tidak yakin kalau Selli sudah berubah jadi gadis yang anggun dan feminim layaknya wanita polos dan patuh. Selli memang layak di beri gelar seorang puteri, wajahnya cantik khas, kepribadiannya unik walaupun hanya orang terdekatnya yang tau kalau ia bar-bar, otaknya cerdas walaupun tidak sejenius Rayan yang berhasil menyelesaikan S2 nya tahun lalu.
[][][]
"Ku pikir Putri Indonesia itu harus tinggi semampai, nyata nya tidak juga ya" Rayan tersenyum congkak saat melihat Selli membulatkan matanya, gadis itu semakin cantik dengan pipi agak chubby tapi menggemaskannya.
"Maaf, kalau saya boleh meralat. Body Shaming itu bisa melukai perasaan seseorang dan psikis nya menyebabkan trauma, dan juga mengikuti ajang kecantikan itu harus punya tinggi badan minimal 170, dan saya terpilih mewakili negara ini berarti saya tidak pendek" Selli menjawab dengan senyum tipis dan terkeksan tenang walaupun hati nya rasanya ingin memaki lelaki super ganteng di depannya ini.
"Long time no see Selli Ananta Osbert"
Ada kerut samar yang membuat tampang Selli tampak bodoh. Sampai dering telpon Selli menyadarkan gadis itu dan membuatnya melihat layar handphone nya lalu membuaka aplikasi whatsApp nya.
Bunda
Sorry bunda lupa sayang, ini Rayan.
Ganteng banget tunangan kamu. Haduh, enggak pakai baju lagi.
Selli melotot lalu beralih menatap lelaki di depannya, lalu menatap lagi foto yang di kirim ibu nya itu.
"Ada masalah?" Rayan bertanya.
"Anjing" Selli mengumpat pelan lalu berdehem dan kembali mengatur ekspresi kagetnya dengan ekspresi tenang andalan nya.
"Lama tidak bertemu Rayan" Selli mengulurkan tangannya yang di balas senyum congkak.
Selli yakin sekarang kalau lelaki di depannya ini adalah Rayan si musuh bubuyatannya jaman SD, buktinya senyum miring nya mirip. Selli meyakinkan dirinya untuk tenang.
"Maaf Tunangan, kebetulan sekarang sedang musim virus mematikan jadi aku tidak ingin bersalaman denganmu" Rayan menjawab.
Selli menarik tangannya lagi dengan mata yang mengerjap beberapa kali dan senyum yang di pertahankan nya untuk sekedar pencitraannya.
"It's oke Rayan" Selli menjawab, padahal ia ingin sekali menendang lelaki itu.
"Tapi kalau berpelukan, aku mau" Rayan menarik pinggang ramping Selli dan memeluknya.
"Sabar Sel, sabar!. Pencitraan!, dia tunangan lo!" Selli meyakinkan dirinya untuk tidak berteriak marah dan balas memeluk Rayan.
"Suatu kemajuan kamu tidak tersulut emosi" suara mengejek Rayan membuat Selli terkekah menutupi rasa kesalnya.
"Bisa kita pulang sekarang?" Selli bertanya.
"Oke" Rayan melepas pelukannya dan menyerahkan kopernya. "..Tolong bawakan ya sayang"
[][][]
Cukup, Selli sudah tidak tahan dengan sikap arogan Rayan. Padahal mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu, Selli sudah pulang malam ini setelah mengantar tunangan nya itu ke Istana besar keluarga lelaki itu. Iya, Selli menyebutnya istana karna mansion selli yang besar ini saja masih kalah dengan rumah keluarga Rayan.
"Loh Sel sudah pulang sayang?" Lisa bertanya saat anak sulung nya itu datang dengan wajah merah padam.
"AAAAAAAAAA" teriakan Selli membuat Lisa menutup telinganya, bahkan Kenny sampai keluar dari kamar nya begitupun Marcell yang sedang di ruang kerja.
"Apa kenapa?, ada apa bunda?" Marcell bertanya dengan tergesa menghampiri istri nya.
"Ada rampok atau apa?" Kenny turun dari tangga lantai dua mendatangi Lisa.
Selli menghempaskan tas nya ke lantai, membuat seluruh anggota keluarga nya menatapnya kaget.
"SELLI KESAL, SELLI BETE, SELLI MAU NGAMUK, DASAR SIALAN, BANGKE, BAJINGAN." Selli berteriak kesal.
"Selli?" Lisa menatap kaget anak sulungnya itu.
"Kak Selli ayo, Kenny antar ke psikiater" Kenny menghampiri kakaknya itu merangkul bahu nya.
"Lepas!" Selli menepis tangan Kenny.
"Kamu kenapa datang-datang langsung kayak orang kesurupan?" Marcell bertanya dengan tegas.
Mendengar kalimat Ayahnya, Kenny langsung melotot dan meletakkan telapak tangamnya di kening Selli
"KELUAR LO DARI TUBUH KAKAK GUE JIN!" Kenny berkata mengundang para pelayan seisi rumah mendatangi mereka. Bahkan Lily sampai rebangun dari kamarnya.
"SIALAN, GUE ENGGAK KESURUPAN!" Selli menepis tangan Kenny. Syukurnya Gio belum datang, kalau adik nya itu datang bisa-bisa Gio ikut panik dan memeluk tubuh Selli atau bahkan menyembur kakak nya itu dengan air.
"Bohong, Jin mana ada yang mau ngaku" Kenny berkata.
Lisa rasanya ingin pingsan saja melihat kebodohan Kenny.
"Selli tenang, tarik nafas dan bicara baik-baik!" Lisa berkata.
"Bunda, Selli mau batalin tunangan sama Rayan" Selli merengek. "..Rayan tuh enggak normal"
"Hah?" Lily yang baru turun langsung menatap kaget "Gay gitu?"
"Serius Rayan itu Gay?" Kenny menambahkan.
"Tapi Sel kalian udah tunangan sepuluh tahun" Marcell menjawab.
"Enggak, enggak mau. Ayah aku enggak mau sama Rayan" Selli memohon.
"Iya lah, kalau Gay gitu mana bisa bikin enak" Lily berkata pelan tapi cukup di dengar Kenny.
"Li, kamu kok tau enak?, apanya yang enak?. Roland ajarin apa ke kamu?" Kenny bertanya dengan tajam.
"Apa sih kak kenny, orang di sekolah di ajarin Sex education juga" Lily menjawab dengan mencoba menyembunyikan rasa gugup nya.
"Awas lo ya dek kalau sampai macem-macem sama Roland" Kenny berbisik tajam.
"Semacam aja kok" Lily menjawab pelan, dan langsung mendapat lirikan tajam Kenny.
..................Tbc