Rayan sengaja berangkat sedikit telat dari pada keluarga nya. Rayan perlu rencana untuk menaklukkan Selli yang keras kepala dan menyebalkan tapi juga sangat menggemaskan itu.
Membuat Selli kesal adalah hobby Rayan sejak dulu dan malam ini ia juga berniat membuat Selli kesal dan mengomel tidak jelas dan itu terlihat lucu bagi Rayan.
Rayan memacu mobil nya dengan santai, hari ini ia cukup tampil tidak terlalu formal dengan hanya menggunakan celana bahan dan tshirt polos berwarna putih di padukan dengan jas berwarna coklat muda yang sama dengan warna celana nya dan juga mengenakan sepatu snekers biasa berwarna putih. Lagi pula walaupun Selli memakai sepatu hak tinggi tidak akan melampaui tinggi badan Rayan.
Rayan memasuki halaman rumah keluarga Selli, tidak banyak yang berubah dari rumah yang dulu pernah di datangi nya saat sekolah dasar itu.
Rayan turun dari mobil nya setelah supir keluarga Selli menghampiri nya dan memarkirkan mobil nya, pintu di buka oleh seorang pelayan dan mempersilahkannya masuk.
Rayan seorang anak tunggal, ia tidak punya saudara kecuali sepupu nya di luar negri dan beberapa sepupu dari keluarga ibu nya di Indonesia yang rata-rata iri dengan kehidupannya.
Ibu nya Rayan seorang wanita berdarah ningrat di tanah Jawa dan ayah nya seorang bangsawan dan pengusaha kaya di eropa.
Jadi wajar kalau selama ini ia menyukai Selli yang selalu akur dengan ketiga adik nya yang punya sifat berbeda-beda itu.
Suara gelak tawa memenuhi ruang makan keluarga Selli dan Rayan tersenyum mendengarnya, walaupun dulu ayahnya sangat keras melarangnya menghubungi Selli selama 10 tahun terakhir tapi nyatanya sekarang ayah nya yang notabene nya masih punya hubungan darah dengan raja Denmark itu ikut tertawa mendengar lelucon adik nya Selli.
"Maaf saya terlambat" Suara Rayan seketika membuat Selli diam dan melotot tapi sedetik kemudian ia tersenyum walaupun kaku.
"Son, kami menunggu mu hampir dua puluh menit" Anthonio Townsend berkata.
"I'm sorry dad" Rayan tersenyum kecil lalu menghampiri Selli dan menariknya ke pelukannya dan mengecup singkat pipi Selli.
"Jangan tegang baby, cukup junior ku yang tegang melihat kamu" Rayan berbisik.
"Anjiiiiiing" Selli membatin.
"Kalian sangat serasi" Dewi, ibu nya Rayan berkomentar.
Lisa sudah menatap tajam anak-anak nya yang akan menyahut, bahkan Lily yang sudah membuka mulutnya kembali menutup mulutnya lagi.
"Ini pertemuan kedua kalian setelah di bandara itu kan?, tapi sepertinya Selli masih sedikit tegang ya" Dewi tersenyum maklum.
Padahal dalam hati Selli ingin sekali berteriak kalau ini tuh pertemuan mereka setelah Rayan memperkosa nya.
"Gio no komen" Gio menyahut pelan saat Selli mencubit paha adiknya itu agar membantunya memojokkan Rayan sesuai rencana mereka tiga jam yang lalu.
3 Jam yang lalu.
"Kampret, ini cewek bening banget. Kimmy kenapa sih lo masih jebak gue di friendzone" Kenny yang awal nya diam di kamar Selli bersama Gio dan Lily yang sejak tadi beradu mulut, kini bersuara setelah melihat foto postingan instagram gebetannya.
"Fokus Ken!" Selli membentak.
"Sumpah deh aku masih belum paham kenapa Rayan bisa perkosa kakak?, katanya Gay" Lily berkata.
"Kak Gio juga bingung Ly, mana kak Selli desah nya kenceng banget lagi pas di telpon kemaren" Gio berkata.
"GIORGINO ABRAHAM, please deh!. Gue khilaf oke" Selli membela diri nya "..Lagian siapa yang bilang Rayan gay"
"Kak Selli" Kenny dan Lily menjawab bersamaan.
"Gue cuma bilang Rayan enggak normal, mana ada cowok normal yang enggak ngehubungin tunangannya, mana ada cowok normal yang jadiin musuh bubuyatannya calon istri" Selli menjawab.
"Ada kok, Rayan Bramawijaya Townsend" Lily menjawab.
"Ginian aja pintar, pas di indehoy Roland aja bego. Ngaku nya enggak pacaran lagi" Gio dan mulut pedasnya.
"Kak Selli enggak mau tau ya, entar kamu harus nikah sama Roland" Selli menambahkan.
"Aku enggak mau nikah sama Roland" Lily menjawab.
"Kak Selli tuh baru ninggalin kalian setahun buat jadi Puteri Indonesia, kenapa kalian jadi tambah rusak gini?" Selli berdecak kesal ada rasa sakit saat tahu adik bungsu nya sudah kehilangan mahkota berharga nya hanya demi seorang sahabat.
"Oke-oke tenang saudara ku semua nya. Gue cuma balas dm cewek-cewek gue sebentar kalian sudah ribut kayak orang bego" Kenny menengahi "..Oke back to topic"
Selli, Gio dan Lily menatap kesal Kenny.
"Kita udah punya rencana bikin Rayan terpojok di meja makan entar malam" Gio menjawab dengan malas.
"Yakin?, gue kok enggak yakin kalau kita-kita udah di pelototin sama nyai ratu Bunda" Kenny menjawab. "..Lagian kan Rayan juga tunangannya kak Selli, indehoy nya juga enak kan. Terima aja lah"
"Ngaku lo!, di sogok Rayan apa?" Selli bertanya.
"Enggak" Kenny menjawab "..belum minta sogokan. Iya deh entar gue ikut asal ceplos ngikutin alur kalian"
"Awas kalau sampai Rayan bisa senyam senyum entar malam. Pokoknya kalian harus mojokin dia!" Selli sudah membulatkan tekatnya membuat tunangannya itu pergi.
Bukannya sesuai rencana, ketiga adiknya malah diam saat Bunda mereka hanya menatap tajam.
"Benar, ternyata Rayan tidak salah menjatuhkan pilihannya dulu. Selli calon menantu terbaik" Dewi berkata.
"Terimakasih, sejak dulu Selli memang sangat disiplin kecuali hari libur" Lisa berkata.
"Tentu, semua orang senang hari libur. Saya dulu juga sangat senang hari libur" Dewi menjawab.
"Sama, Lily juga senang. Tapi sayang nya dari kami kecil teriakan Ayah always bikin kuping panas kalau bangunin kami" Lily berkata membuat Lisa tersenyum tapi matanya melotot berbeda dengan Marcell yang tersenyum lebar.
"Ya mau gimana, Lily yang paling kecil jadi saya ke kamar nya dulu buat bangunin dia sambil di gendong lalu bangunin kakak-kakak nya" Marcell menjawab.
"Selli hidup di lingkungan yang menyenangkan" Anthoni berkata. "..Kami sebenarnya ingin punya banyak anak juga tapi akan lebih baik satu saja"
"Tapi sepertinya aku dan Selli akan punya banyak anak" Rayan menyahut membuat Selli tersenyum dan mengangguk, walau cuma sekedar pencitraan.
Tangan Rayan mulai menyentuh paha mulus Selli tapi sebelum tangan nakal itu semakin naik, Selli sudah menepisnya.
"Heh Londo, gue ingetin ya. Jaga tangan lo sebelum gue potong!" Selli berbisik dan itu hanya membuat Rayan tersenyum miring.
"Aku juga ingat ancaman mu sebelum mendesah namaku, katamu kalau aku menyentuhmu kamu akan membunuhku. Nyatanya enggak tuh" Rayan balas berbisik.
"Aku serius mau tanya" suara Lily membuat semua orang memandangnya.
"Iya Liliana?" Dewi yang duduk di sebelah Lily membalas.
"Emang kak Selli mau bikin anak sama kak Rayan?, bukannya kak Rayan itu gay" Lily bertanya membuat satu meja makan menatapnya kaget.
"Seriusly Lily, lo.. Argggh" Gio mengusap wajahnya.
"What?" Rayan menatap Lily dengan tatapan tidak suka lalu beralih menatap Selli "..Serius kamu menyebutku Gay, padahal kamu merasakan betapa kerasnya aku kemaren malam"
Semua orang di meja makan itu semakin di buat melotot oleh ucapan ambigu Rayan.
Ini namanya bukan Rayan yang terpojok tapi Selli.
"Rayan apa maksud Lily dan apa maksud ucapan Kamu?" Anthony bertanya.
"Maaf lily kadang bisa jadi sangat polos, cuma salah paham kok" Lisa berkata.
"Selli, kamu di rumah kan kemaren malam?" Marcell bertanya.
"Tarik nafas, mode Puteri Indonesia on" Selli membatin lalu menarik nafasnya mdncoba tenang.
"Actually Ayah, kemaren malam aku pergi sama Gio buat makan malam bersama Rayan. Padahal kita udah makan malam kemaren itu, tapi Rayan memaksa jadi aku pergi sama Gio. Dan urusan yang keras itu, kemaren aku enggak sengaja jalan menunduk di belakang Rayan dan tiba-tiba Rayan berbalik dan aku menabrak dada bidang nya yang keras. Dan untuk masalah Lily tadi, mungkin salah ku menyebut Rayan enggak normal karna Rayan selalu mengganggu ku dulu waktu kecil" Selli menjelaskan.
"Kenapa tidak mengaku saja?" Rayan bertanya dengan senyum menyebalkannya.
"Aduh orang kasmaran suka begitu om tante" Gio menengahi. "..Lebih baik kita makan sekarang, Gio sudah lapar"
"Kamu ganteng dan lucu" Dewi berkomentar.
Selli menghela nafasnya lega saat suasana kembali normal berkat Gio, walaupun ia mati-matian menahan kesal karna sejak tadi ia harus terus menepis tangan Rayan di paha nya.
Kenapa juga lelaki itu harus duduk di sebelahnya.
...............Tbc