Peyvitta sedang berada di dalam kelas, ia sedang mengikuti pelajaran yang berlangsung. Peyvitta memang sedang berada di kelas, tapi pikirannya masih berada di luar.
Pikirannya sedang mengingat kejadian tadi, kejadian di mana dirinya bertemu dengan orang yang sangat dingin.
"Peyvitta?" panggil Ibu guru yang sedang mengajar di kelas Peyvitta.
"Peyvitta!" Ibu guru itu meninggikan suaranya, namun Peyvitta masih tak menjawab. Peyvitta sedang terlarut di dalam pikirannya.
"Vitt di panggil Ibu itu," bisik Anna sambil menyenggol pelan sikut Peyvitta dengan sengaja.
"Hmm, iya Bu?" ucap Peyvitta saat baru tersadar dari lamunannya.
"Kamu tidak mendengarkan Ibu bicara tadi?" tanya Ibu itu dengan nada yang begitu kesal.
"Denger kok Bu," jawab Peyvitta asal.
Peyvitta sedari tadi memang tak memperhatikan dan juga tidak mendengarkan pembelajaran yang Ibu itu berikan. Sedari tadi pikirannya hanya memikirkan semua kisah masa lalu dalam hidupnya.
"Bohong?" tanya Ibu guru itu lagi. Peyvitta tak menjawab, ia hanya tersenyum kikuk. Peyvitta sadar kalau dirinya memang tidak mendengarkan apa yang sedang guru itu jelaskan, jadi ia tidak mau terus berdebat dengan gurunya.
"Coba kamu jawab semua soal yang ada di papan tulis itu! Kalau memang kamu mendengarkan, kamu pasti bisa menjawabnya," ucap Ibu itu sambil melirik ke arah papan tulis yang mana di sana sudah terdapat beberapa soal.
Peyvitta terdiam sejenak, ia tidak langsung maju ke depan untuk mengisi soal yang ada di papan tulis. Sebagian murid yang ada di kelas itu tersenyum ke arah Peyvitta.
Mereka tahu kalau sedari tadi Peyvitta memang tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan dan juga tidak mendengarkan materi apa yang sedang guru itu jelaskan tadi.
Peyvitta melirik ke arah orang sekelasnya, Peyvitta tahu kalau senyuman yang mereka berikan itu artinya apa. Peyvitta tahu kalau senyuman yang mereka berikan memiliki arti yang meremehkan Peyvitta. Peyvitta tak suka akan situasi ini, hingga akhirnya ia tersenyum sekilas setelah melihat mereka semua.
Peyvitta berjalan menuju ke depan dan mengambil spidol yang ada di meja. Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar.
Peyvitta mulai mengisi soal-soal yang ada di papan tulis itu. Peyvitta memang tidak mendengarkan sedikit pun materi yang sudah dijelaskan tadi, tapi ia bisa menjawab semua soal yang tertera di papan tulis itu.
Dengan bisa menjawab semua soal yang ada, membuat dirinya tenang. Itu artinya dia tidak akan mendapatkan hukuman atau tidak perlu mendengarkan omelan yang akan keluar dari mulut guru itu.
Tak hanya sebagian siswa yang terbengong saat melihat Peyvitta yang mampu menjawab soal yang ada, tapi guru itu juga terbengong heran karena ia melihat sendiri kalau Peyvitta tadi memang tidak memperhatikannya.
"Ada lagi Bu?" tanya Peyvitta dengan santai sambil menutup kembali spidol itu dan meletakannya di tempat semula.
"Tak ada, sekarang silakan kembali ke tempat duduk kamu."
Huft, untung otak gue sedang bersahabat baik dengan gue hehe. Peyvitta menyeringai sejenak saat sedang berjalan kembali menuju ke tempat duduknya.
Itulah Peyvitta, meski dia termasuk ke dalam kategori bad girl atau bad student, tapi isi pikirannya tidak minus. Jadi tak heran jika kebiasaannya yang selalu bolos atau kesiangan, tapi nilai mata pelajarannya tidak pernah jeblok.
******
Cahaya mentari baru memasuki apartemen gue. Gue sudah terbangun dari alam tidur gue. Gue sudah tersadar dari alam bawah sadar gue sekarang.
Pagi ini terasa begitu normal bagi gue, karena gue tak bangun terburu-buru atau lebih tepatnya pagi ini gue terbangun dengan santai.
"Nah gini kek tiap hari," ucap gue setelah selesai menyiapkan sepiring nasi goreng buat diri gue sendiri. Ya iyalah buat gue sendiri kan gue tinggal sendirian, masa iya gue mau membuat nasi goreng untuk orang lain.
Waktu masih Pagi, gue sudah selesai mandi sudah wangi lagi. Sekarang gue gak lupa keramas, sekarang gue gak buru-buru buat pergi ke sekolah, bahkan sekarang gue bisa dengan santai menghabiskan sepiring nasi goreng dan segelas susu yang telah gue buat.
Andai kehidupan gue sesederhana ini, mungkin gue gak harus terus-terusan cape buat melukai diri gue sendiri. Kemarin malam gue tertidur dengan keadaan yang normal.
Gue tidur karena gue ingin tidur, tidak seperti sebelumnya yang mana gue tidur karena gue merasa kelelahan harus terus-terusan nangis karena teringat akan kejadian yang membuat hati gue merasa sakit.
Gue berjalan keluar dari apartemen gue dengan santai. Langkah kaki gue begitu teratur sekarang. Gue melajukan motor gue dengan kecepatan yang normal.
Isi hati dan pikiran gue tengah bersahabat sekarang dan waktu juga sangat bersahabat sekarang.
"Yes, blom ada guru BK di gerbang," ucap gue saat melihat gerbang sekolah masih terbuka lebar.
Pagi ini gue merasa sedikit berbeda dari sebelumnya, gue merasa sedikit bersemangat hari ini, entah karena hal apa gue sendiri tak tahu.
Gue melajukan motor gue memasuki gerbang. Kali ini gue melewati gerbang itu tanpa harus berhenti terlebih dahulu di depan gerbang untuk berhadapan dengan guru BK.
Selesai memarkirkan motor, gue melihat ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiri gue, ternyata sekarang baru jam tujuh dan gue sudah ada di sekolah hahah. Ini sungguh hal yang jarang.
Gue berjalan menuju ke arah kelas gue, tujuan utama gue kali ini langsung tertuju pada kelas. Entah apa alasannya yang jelas gue hari ini lagi normal. Normal? Jangan beranggapan kalau hari sebelumnya gue gila!
"Vitt," ucap seseorang dari arah belakang gue. Orang itu nampak berlari mendekat ke arah gue. Merasa nama gue terpanggil, gue memutuskan untuk menghentikan langkah gue.
"Apa?" tanya gue saat melihat dia tengah ngos-ngosan, karena barusan ia berlari untuk mengejar gue.
"Ikut gue yuk!" ajak orang itu dengan napas yang masih ngos-ngosan.
"Ke mana?"
"Ikut aja ayok." Dia dengan santainya memegang pergelangan tangan gue. Gue gak suka akan hal yang dia lakukan saat ini.
"Gue bisa jalan sendiri!" ucap gue ketus seraya melepaskan genggaman tangannya itu. Dia terlihat sedikit kikuk saat mengetahui respons gue barusan.
Kaki Gue mengikuti ke mana arah kakinya melangkah, sampailah di sebuah taman yang masih ada di area sekolah.
"Ngapain lo ngajak gue ke sini?" tanya gue saat telah duduk di salah satu bangku panjang yang ada di taman itu.
"Gue mau ngomong hal yang serius sama lo," ucapnya sambil menatap gue dengan tatapan yang terbilang lumayan serius, ah benci gue di tatap!
"Punya urusan apa lo sama gue? Sampai lo mau ngomong hal serius?" tanya gue tanpa mau menatap dia balik.