Chereads / Nyonya Jomblo Mencari Cinta / Chapter 30 - Mas Dan dan Cinta Pertama Riv

Chapter 30 - Mas Dan dan Cinta Pertama Riv

Dari tahun ketahun berjalannya hari rasanya semakin cepat saja. Sudah dua minggu sejak kejadian Riv yang menemani Dan di rumah sakit, gips di tangan Dan pun sudah terlepas. Jangan tanya darimana Riv tahu, karena hampir setiap hari mamanya menuruh Riv untuk menengok keadaan Dan, minimal membawakan makananlah. Mau menolak, tapi mamanya punya seribu satu alasan untuk memaksa Riv menuruti kemauannya.

Seperti pagi yang mendung ini, Riv membawakan sarapan kepada Dan padahal Riv ada mata kuliah pagi dan harus segera pergi ke kampus jika tidak mau kehujanan. Riv langsung masuk ke rumah Dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena itu perintah dan sendiri, bukannya Riv yang tidak sopa ya.

"Pagi Be!" Sapa Riv yang sedang duduk meminum susu di kursi.

"Pagi Bi!" Riv menghampiri Bi Narsih di dapur. Bi Narsih memang tidak memasak sarapan karena permintaan mama riv agar beliau saja yang mengirim sarapan ke rumah Dan. Mamanya ini aneh, namun Riv tidak ingin mempertanyakannya karena jawabannya sudah pasti Riv duga, begini jawabannya:

"Ngasih makanan ke tetangga kok ditanyai kenapa. Ya sebagai orang yang baik kita harusnya juga baik ke tetangga. Ngasih makanan juga gak setiap hari dan lagipula juga dikit kok."

Tapi jangan percaya apa yang dibilang mamanya sebagai 'dikit' itu karena sedikit di sini sama dengan banyak. Bagaiman tidak banyak jika lauknya saja ada tiga macam lalu ada sandwich untuk bekal Bintang dan Dan padahal Riv yang notabene putrinya sendiri tidak dibawakan bekal.

"Udah ya Bik, aku mau kuliah dulu. Takutnya malah hujan," ucap Riv setelah menyerahkan rantangan yang tadi ia bawa.

"Loh, mbak Riv enggak nunggu Mas Dan biar dianterin gitu?" Tanya Bi Narsih dengan mengedipkan satu matanya, entah apa maksudnya tapi Riv hanya bisa meringis. Oh, untuk penggilan memang Bi Narsih memanggil Dan dengan sebutan 'mas' bukan tuan. Alasannya sih tidak enak memanggil Mas Dan saat banyak orang.

"Gak mau deh Bi. Canggung nanti," tolak Riv seraya otaknya memebayangkan semobil berdua dengan Dan, ya waupun ada Bintang nantinya tapi tetap saja canggung.

"Jangan canggung-canggung dong Mbak. Mas Dan pasti juga seneng kalau Mbak Riv mau bareng," bujuk Bi Narsih lagi. Ini bukan pertama kalinya, sudah beberapa kali sejak satu minggu lebih yang lalu namun Riv selalu menolak jika harus berangkat bersama Dan.

"Bi, ob--kaos kaki saya mana?"

Panjang umur sekali Dan, baru saja dibicarakan sudah muncul. Riv membalikkan badannya mengahadap Dan yang menanyakan keberadaan kaos kakinya lalu pandangan Riv jatuh ke bawah, tepat dimana kaki dan yang sudah terbungkus sepatu pantofel hitam mengkilap yang tampak mahal. Jadi, Dan ini pikun apa? Jelas-jelas sudah memakai sepatu—tentu saja ada kaos kaki di dalamnya—lalu kenapa bertanya tentang kaos kaki?

"Om tuh pikun ya? Kaos kaki udah dipakai kok dicariin," kata Riv sambil menahan tawanya yang hendak keluar.

"Yang lain," jawab Dan singkat lalu berjalan kearah ruang tengah.

Yang dimaksud Dan itu kaos kakinya yang lain. Memang Dan itu manusia irit bicara mau bagaimanapun yang tetap seperti itu, kasian sekali istrinya. Oh iya, ngomong-ngomong soal istri, Riv pernah bertanya kepada Bi Narsih tetapi jawaban Bi Narsih malah membuat Riv bingung. Tentu saja bingung karena Bi Narsih hanya menjawab dengan senyuman yang bisa memiliki banyak arti.

"Aku kedepan ya Bi, assalamualaikum!" Salam Riv kepada Bi Narsih lalu berjalan kedepan, bukan untuk mengikuti Dan tetapi karena memang pintu untuk keluar melewati ruang tengah.

"Pamit dulu Om, Be."

"Rivera—" Riv mengalihkan pandangannya kearah Dan yang tadi memanggilnya. Riv menaikkan sebelah alisnya bertanya. "—berangkat bareng saya!"

Bukan permintaan tetapi perintah, Riv bisa apa selain pasrah?

***

Hello from the other side...

I must've be called a thousand times

To tell you i am sorry, for everything that I've done

But when I call you never seem to home

Suasananya benar-benar hening dan...canggung apalagi ditambah dengan lagu hello dari Adele yang bermakna dalam menambah suasana kian hening. Sekolah Bintang dekat dengan komplek perumahan tempatnya tinggal sedangkan ia kini berdua dalam mobil bersama Dan. Melihat Dan yang hanya terdiam fokus ke jalan membuat Riv berinisiatif mengganti lagunya, lagu yang lebih ceria misalnya.

But don't you remember?

The reason you love me before

Baby, please remember me once more

When was the last time you tought of me?

Masih lagu dari Adele—Don't You Remember?—dan masih lagu yang mellow. Adele memang sangat pas jika menyanyi lagu-lagu seperti ini.

Like every single wish we ever made

I wish that I could wake up with amnesia

And forget about the stupid little things

Like the way it felt to fall a sleep next to you

And a memories i never can escape

( 5 Second Of Summer – Amnesia)

"Ini saja," Riv mengurungkan niatnya untuk mengganti lagunya lagipula ternyata gedung kampusnya sudah terlihat.

Lagu Amnesia milik 5 Second Of Summer masih mengalun saat Riv bersiap turun dari mobil Dan. Gerimis sudah turun, memang ada untungnya juga Riv bersama Dan. Selain tidak capek juga tidak kehujanan, hehehehe.

"Om aku mau ke kampus dulu ya. Hati-hati di jalan," pamit Riv lalu tanpa menunggu jawaban dari Dan, Riv sudah cepat-cepat turun.

Riv berjalan dengan pelan saat mengetahui para sahabatnya duduk-duduk di kursi di bawah pohon, semoga saja para sahabatnya tidak tahu Riv turun dari mobil Range Rover milik Dan. Bisa dikira Riv diantarkan oleh papa gula dan menjadi sugar baby. Sambil mengawasi keadaan, Riv berjalan menuju teman-temannya lalu duduk seolah tidak terjadi apa-apa.

"Emang seger nongki di depan sini apalagi gerimis. Apalagi nih lihat cogan anak teknik, kita kekurangan cogan banget deh," ucap Bila sambil menyedot boba miliknya.

"Udah punya pacar kok masih lihat-lihat," cibir Riv lalu mengambil matcha tea milik Nada yang duduk di seblahnya, rasanya haus juga ya.

"Lah, asupan cogan itu juga perlu kali Riv. Gak munafik deh gue, walaupun udah punya pacar kalau lihat cogan leway ya tetep aja pengin," jelas Nanda lalu tertawa terbahak-bahak.

"Gimana-gimana, udah dapet pacar belum? Gue lihat-lihat sepupunya Praha itu ganteng deh, gak mau lo gebet?" Tanya Nova kepada Riv. Ketiga teman Riv yang lain mengangguk, ikut menantikan jawaban dari Riv.

"Sepupu Pra? Istan maksudnya? Idih, ogah! Emang sih ganteng tapi mulutnya itu udah kayak rem blong, gak bisa diem. Mana boleh gue sama Pra kalau mau deket ke sepupunya," ucap Riv. Istan ini memang kenal dengan para sahabatnya juga.

"Kenapa enggak sama Praha aja? Kalian tuh udah cocok benget deh, lagian lo kan dulu bilang kalau cinta pertama lo itu Praha kan? Kalau gue lihat-lihat ya, kalian berdua udah saling nyaman dan bahagia kalau udah berduaan. Kita yang lihat aja juga ikut bahagia," ucapan Nova memang benar, Riv akui itu.

"Maunya sih gitu, tapi Pra-nya yang enggak nembak-nembak padahal udah gue tungguin. Bener sih kata lo, cuma Pra. Cuma Pra yang bisa bikin gue bahagia dan nyaman," kata Riv sambil menerawang, mengingat-ingat momennya bersama Pra. Memang begitu adanya.

Para sahabatnya tiba-tiba menegakkan duduknya, duduk dengan sopan. Alarm dalam otak Riv kontan berbunyi, jangan bilang kalau ada Pra sedang berdiri di belakang Riv dan mendengar apa yang tadi Riv katakan. Ahhhh, Riv pasti malu.

"Bapak nyari Rivera?" tanya Feka yang sejak tadi hanya diam saja.

Bapak? Bapak siapa? Jangan bilang kalau.....

"Loh Om Dan ngapain?" Tanya Riv kaget. Tidak menyangka ternyata Dan yang berdiki di belakangnya, bukan Pra.

"Sa—saya, ponsel kamu ketinggalan. Saya pulang!" Ucap Dan lalu buru-buru menyerahkan ponsel milik Riv dan berjalan tergesa-gesa ke mobilnya. Aneh sekali Dan ini.

Riv membalikkan badannya lalu menemukan Nova yang tersenyum, memangnya ada yang lucu?

TBC