Mengerjakan tugas dengan di dampingi banyak camilan memang sedikit meringankan beban apalagi jika camilan manis. Saat pulang dari cafe Pra, Riv dibawakan brownies dan red velvet. Riv juga sudah menawari mama dan papanya, jangan berpikir jika kue yang diberikan Pra ini dimakan Riv sendiri. Pra juga selalu membawakan banyak makanan dengan porsi yang lumayan juga setiap Riv pulang. Kurang baik apa coba Pra?
Tok tok tok
"Riv, ada ketoprak tuh di depan!" Ucap Samudera yang melongokkan kepalanya ke dalam kamar Riv.
Riv melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Tidak terasa sudah sangat lama Riv duduk di depan laptopnya. Riv tadi tidak makan, hanya makan kue dari Pra saja pantas peutnya sudah keroncongan.
"Lo beli Kak?"
"Gak lah. Ada abang-abangnya tuh di depan sekalian ambilin pesenan gue," ujar Samudera lalu menutup pintu kamar Riv kembali.
Riv menyimpan datanya terlebih dahulu lalu turun ke bawah. Riv tidak pernah punya pantangan makan larut malam, selagi perutnya lapar ya makan saja. Apalagi jika jam segini memang ada beberapa penjual yang lewat jalanan kompleknya. Komplek Riv juga sangat ramai dan banyak penjual. Saat sampai di bawah, Riv menemukan Samudera dan papanya yang ternyata belum tidur.
"Mana uangnya?" Riv menadahkan tangannya ke arah Samudera sementara Samudera berdecak namun tak urung mengeluarkan uang lima puluh ribu dari kantung celananya.
"Beli tiga ini?" tanya Riv seraya memandang papanya.
"Enggak. Gue udah pesen tadi jadi tinggal lo doang," balas Samudera.
"Oke!"
Riv berjalan menuju depan rumahnya. Sudah ada abang ketoprak bersama gerobaknya menunggu di depan gerbang Riv. Kalau tidak salah namanya Mas Indro, ah iya memang Mas Indro. Jangan tanya tau darimana Riv nama abang ketopraknya karena ada tulisan besar di gerobaknya 'KETOPRAK MAS INDRO'
"Mas, tambah dong satu," ucap Riv setelah berdiri di samping gerobak Mas Indro.
"Siap Neng. Ini pesenan masnya tadi. Terus Neng ketopraknya gimana ini?" Tanya Mas Indro dengan ramah.
"Ketopraknya lengkap ya Mas. Pedes buangettt terus kerupuk, lontong dan lain lainnya ditambah juga boleh," jawab Riv dengan bibir yang tersenyum lebar.
"Waduh siap Neng!"
Selagi menunggu Mas Indro menyiapkan pesanannya, Riv memperhatikan keadaan sekelilingnya. Saat matanya sampai di rumah Dan, Riv memandang rumah Dan lumayan lama ketika teringat kejadian tadi pagi. Masih jelas diingatan Riv saat Dan terburu-buru pergi, tidak ada yang salah memang tapi jelas itu mengganggu Riv. Dan sudah punya kartu As-nya tentu hal itu menganggu Riv.
Riv mengalihkan pandangannya saat lampu mobil menyorot mengenai wajahnya. Riv langsung berdiri saat tahu itu mobil milik Dan lalu menatap penasaran saat sudah berhenti tepat di depannya—maksudnya di depan rumah Dan. Keningnya berkerut saat melihat Kevin yang keluar dari kursi mengemudi. Lalu bertambah penasaran saat melihat Dokter Nathan juga ikut turun dari mobil Dan. Dokter Nathan dan Kevin memandang Riv dengan pandangan tidak terbaca, Riv yang dipandang begitu tidak merasa takut tetapi tetap memusatkan pandangannya ke sana.
"Mbak, nih udah jadi," ucapan Mas Indro memutuskan pandangan Riv dari sana bersamaan dengan Dokter nathan yang masuk ke dalam lalu memapah Dan yang tampak lemah.
Terkejut.
Riv tentu terkejut karena tadi pagi Dan tidak apa-apa. Apa ada yang terjadi dengan kepala Dan setelah kecelakaan itu? Apakah tangan Dan sakit lagi? Apakah ada sesuatu yang terlewat dari pemeriksaan dan ada masalah di kepala Dan. Riv pusing memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi kepada Dan tetapi lebih pusing kenapa dirinya harus repot-repot memikirkan Dan.
Deg
Riv merasa ada yang aneh saat tatapannya bertemu dengan tatapan Dan yang tampak kosong. Lalu Riv teringat tentang obat yang akan diminum Dan saat di rumah sakit saat itu, apakah ada hubungannya?
"Mbak, malam-malam melamun bahaya mbak," ucap Mas Indro menyadarkan Riv tentang lamunannya lalu baru tersadar jika Dan sudah dibawa masuk oleh Dokter nathan dan Kevin.
"I—iya," ucap Riv terbata lalu mengambil uang kembalian yang ternyata sudah disodorkan Mas Indro.
Riv bahkan masih memikirkan tatapan Dan itu saat sedang makan. Entah kenapa, Riv resah hanya karena memikirkan itu.
***
Isocarboxazid is an antidepressant (monoamine oxidase inhibitor). This medication treats depression by restoring the balance of certain natural substances (neurotransmitters) in the brain. Isocarboxazid can improve your mood and feelings of well-being. Usually, this medication is used in persons who have not responded to treatment with other drugs. (Cr: Google)
Riv mengaduk-aduk sarapannya dengan tidak bersemangat bahkan tidak sadar saat mamanya memandang Riv dengan heran. Biasanya kan Riv paling cepat kalau urusan makanan jadi tentu sangat aneh melihat Riv tidak bergairah memakan makananya.
Untungnya hari ini tidak ada mata kuliah pagi, hanya nanti siang jam dua dan Riv berniat titip absen. Pikirannya melayang tak tentu kemana tapi sebenarnya Riv juga heran dengan dirinya sendiri. Kenapa sibuk memikirkan Dan hingga tidak napsu makan seperti ini. Tentu ini bukan Riv sekali.
"Riv, mama minta tolong boleh?" Tanya Mama Riv.
Firasat Riv mengatakan: ini tidak bagus.
"Minta tolong apa Ma?" Tanya Riv dengan was-was.
"Nanti anterin makan siang buat Dan ya,"
Nahkan! Apa Riv bilang. Ternyata antar-mengantar makanan masih terus berlanjut. Tapi biasanya Mama Riv langsung menyuruh Riv tanpa embel-embel minta tolong segala.
"Siap Ma!" Jawab Riv dengan semangat. Mengingat kejadian tadi malam membuat Riv menjadi semangat, jiwa-jiwa mudanya yang kepo tentu meronta.
"Tumben semangat?" Tanya Mama Riv dengan kening berkerut lalu pergi begitu saja.
"Kalau ada mau-nya tentu semangat dong Ma," gumam Riv pelan kepada dirinya sendiri.
Riv buru-buru menghabiskan makanannya lalu pergi keluar rumah. Matahari pagi memang selalu sejuk dan menyehatkan. Jarang sekali Riv bisa menikmati matahari pagi karena kesibukannya. Bahkan kulit Riv tidak terlihat sehat, sehari-hari mendekam di kamar dengan laptop.
Mata Riv tak sengaja melihat kearah rumah Dan. Ada Bintang dan Bi Narsih di depan sana, juga ada mobil Dan yang masih terparkir di garasi, tumben.
"Hai Be, Bi!" Sapa Riv saat sudah sampai di depan kedua tetangganya itu.
"Hallo Kak," balas Bintang dengan malas. Dasar gak ada bedanya dengan bapaknya—kan memang anaknya.
"Pagi Mbak Riv," jawab Bi Narsih dengan senyuman.
"Kamu gak sekolah?" Tanya Riv setelah melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh.
"Nunggu Om Nathan," balas Bintang.
"Dokter Nathan? Enggak dianter sama papa kamu?" Tanya Riv dengan kepo.
"Papa gak bisa diganggu."
Riv mendengus lalu berkata, "Kalau nganter anaknya ke sekolah itu bukan termasuk mengganggu kali Be."
"Aduh, sebenernya Mas Dan gak enak badan Mbak Riv. Jadi ini Bintang dianterin sama Den Nathan," jelas Bi Narsih tanpa diminta. Riv tersenyum karena sudah menduga, tadi memang Riv hanya memancing saja kok untuk mendapatkan jawaban. Cerdas bukan?
"Oalah gitu. Terus giman—"
"Be!" Panggil seseorang dari belakang Riv. Riv belum sempat melihat siapa yang memanggil Bintang namun sudah dibuat kaget mendengar panggilan Bintang kepada orang di belakangnya itu.
"Ayah!"
Bintang yang tadinya menunduk melihat sepatunya kontan mendongak dengan senyum lebar yang tidak pernah Riv lihat sebelumnya.
T-tapi siapa orang yang Bintang panggil ayah?
TBC