Peyvitta kemudian mengambil beberapa lembar tisu yang ada di meja. Peyvitta mengelap keringat yang membasahi wajah Devian.
Peyvitta mengelap keringat itu dengan penuh perasaan. Peyvitta menempelkan tissue itu di wajah Devian sambil memperhatikan detail wajah Devian.
Devian menurunkan pandangannya. Devian memperhatikan Peyvitta balik. Devian sekarang tengah memperhatikan wajah mulus milik Peyvitta.
Tap
Kedua bola mereka bertemu. Mereka memperhatikan keindahan bola mata lawan tatapnya dengan sebuah perasaan yang tersalurkan.
Apa mungkin gue bakalan rela melepas lo Kak?
Gue sudah sering bertemu dengan cewek cantik, banyak cewek yang sudah bersama dengan gue, tapi gue belum pernah bersama dengan cewek yang selembut lo.
Masing-masing dari mereka mempunyai hal yang bisa membuat keduanya betah menjalani hubungan ini sampai pada titik sekarang.
Rasa nyaman sudah tercipta dalam hubungan mereka, sehingga bukan hal yang mudah bagi salah satu, bahkan keduanya untuk mengakhiri hubungan ini dengan begitu saja.
Gue tidak mengharapkan kesendirian, tapi gue jauh lebih tidak mengharapkan akan kehilangan, apalagi kehilangan lo.
"Gue mau mandi," ucap Devian tiba-tiba.
"Kak Dev mau mandi malam-malam?" tanya Peyvitta.
Devian berpikir sejenak. "Gak, gue mau cuci muka saja." Devian tidak jadi mandi, bukan karena dia yang malas dingin, tapi karena dia tidak mau membuat Peyvitta menunggu.
Peyvitta sudah menunggu dirinya kembali ke Rumah, masa iya dirinya harus kembali membuat Peyvitta menunggu dirinya yang sedang mandi?
"Oh ya udah sana," ucap Peyvitta dengan nada yang terdengar begitu enteng.
Peyvitta tidak mempermasalahkan hal ini, bahkan Peyvitta juga tidak keberatan kalau dirinya harus menunggu Devian mandi.
"Mau ikut gak?" tanya Devian.
"Gak ah, Kak Dev lama cuci mukanya." Peyvitta langsung menolak ajakan yang sudah Devian berikan.
"Kalau lama emangnya kenapa?" tanya Devian lagi.
Peyvitta berpikir sejenak. "Ya gak papa sih, tapi males aja nunggu Kak Dev di kamar mandi lama."
"Bukannya di sini juga nunggu?" tanya enteng Devian.
Apa yang sudah Devian tanyakan memang benar, karena kalau Peyvitta tidak ikut ke kamar mandi juga dirinya tetap terdiam sambil menunggu Devian.
"Ya beda aja. Udah sana kalau mau cuci muka," ujar Peyvitta.
"Ngusir?" tanya Devian.
"Gak, tapi nyuruh."
"Ya udah."
Peyvitta dengan santainya tersenyum. Devian bangkit dari posisi duduknya dan kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari arah kamar mandi.
*****
"Jadi, apa yang ingin lo bicarakan?" tanya Devian.
Devian merasa sudah cukup waktu berbasa-basinya dan sekarang Devian ingin pembahasan mereka langsung menuju ke topik yang semula ingin Peyvitta bicarakan.
Mendengar Devian menanyakan hal itu, Peyvitta memperhatikan Devian sejenak. Peyvitta masih melihat kalau ekspresi Devian masih berbeda dari biasanya.
Peyvitta mencoba untuk memaklumi hal itu, Peyvitta mencoba untuk mengerti, kalau bukan hal yang untuk bisa melupakan suatu masalah.
Peyvitta mencoba mengerti kalau alasan kenapa Devian seperti ini pasti karena Devian masih belum menemukan jawaban dari masalah itu.
"Sekarang aku mau menceritakan apa yang ingin aku bicarakan, tapi Kak Dev jangan marah."
Mendengar Peyvitta yang berucap seperti ini, membuat Devian tanda tanya akan apa yang Peyvitta maksud atau apa yang akan Peyvitta bicarakan sekarang.
"Memangnya apa yang akan lo bicarakan?" tanya Devian.
"Iya dulu sama apa yang sudah aku ucapkan tadi. Kak Dev gak boleh marah sama apa yang nanti akan aku bicarakan," ucap Peyvitta.
Peyvitta takut kalau Devian akan marah pada dirinya, karena dirinya sudah membicarakan atau dirinya sudah membahasa hal ini.
Devian tidak tahu apa yang akan Peyvitta bicarakan sekarang. Jadi, dirinya tidak bisa yakin kalau dirinya tidak akan marah.
Kalau Devian terus lama memikirkan hal ini, maka sampai kapan pun juga Peyvitta tidak akan memulai pembicaraannya, sedangkan dirinya sudah merasa penasaran dengan apa yang akan Peyvitta bahas sekarang.
"Iya, tapi apa yang ingin lo bahas sekarang?" tanya Devian.
"Masalah Kak Dev," ucap Peyvitta. Peyvitta berucap ambil menurunkan nada bicaranya.
"Hmm," gumam Devian.
Devian merasa bosan kalau dirinya harus membahas masalah itu lagi, karena sampai saat ini Devian masih belum mendapatkan keputusan yang akan dia ambil.
"Jangan marah kan tadi Kak Dev udah bilang kalau Kak Dev gak bakalan marah," ucap Peyvitta.
Peyvitta sudah menduga kalau Devian pasti akan merasa kesal saat Peyvitta kembali membahas ini, makanya Peyvitta bilang dari awal kalau Devian jangan marah pada dirinya.
Devian menarik napasnya dalam-dalam. Devian mencoba menetralkan apa yang semula sudah dia rasakan. Devian ingin sama apa yang sudah dia ucapkan tadi makanya sekarang Devian mencoba untuk menetralkan perasaannya.
"Terus apa?" Devian ingin Peyvitta melanjutkan pembahasannya.
Devian tidak suka menunggu, meski pembahasannya mengenai sesuatu yang tidak dia sukai, tapi tetap saja menunggu adalah hal yang jauh lebih tidak disukai oleh Devian.
Jadi, Devian tidak mau terdiam sambil menunggu Peyvitta untuk melanjutkan ceritanya tanpa dia tanya kelanjutannya seperti apa.
"Senin nanti Kak Dev udah ujian kan?" tanya Peyvitta.
Peyvitta ingin menceritakan semuanya, tapi Peyvitta ingin menceritakan hal itu secara perlahan, mungkin karena Peyvitta tidak suka terburu-buru.
Devian menganggukkan kepalanya. "Iya," jawab singkat Devian.
"Hmmm, gimana ya?" tanya Peyvitta. Peyvitta bingung, bagaimana memulai semua itu.
Peyvitta bingung bagaimana memulai pembahasan yang sudah Peyvitta pikirkan sejak dirinya masih di apartemennya.
Sebenarnya Peyvitta bukan bingung begitu saja, tapi Peyvitta bingung bagaimana agar apa yag akan dia bahas nanti bisa diterima dengan baik oleh Devian.
Hal itulah yang membuat Peyvitta bingung. Untuk apa Peyvitta bisa menceritakan hal itu, kalau apa yang menjadi tujuannya menceritakan hal itu tidak bisa tercapai.
Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam. Peyvitta harus berani mencoba, karena kalau dirinya tidak mencoba, maka dirinya tidak akan tahu apakah Devian akan setuju sama apa yang sudah dia ucapkan atau tidak.
"Aku mau bicara, tapi jangan potong pembicaraan aku dulu ya."
Peyvitta tidak mau kalau tujuan dari dirinya berbicara tentang hal ini menjadi belok, karena Devian menjawab kalimatnya sebelum kalimatnya selesai.
"Ya."
Dengan singkat Devian menyetujui apa yang sudah Peyvitta ucapkan sebelumnya, meski Devian masih belum tahu apa yang akan Peyvitta bicarakan.
"Aku udah tahu masalah yang tengah Kak Dev hadapi, aku juga tahu kalau Kak Dev tengah memikirkan keputusan yang harus Kak Dev ambil, tapi aku mau minta sesuatu sama Kak Dev."
"Aku mau Kak Dev lupain dulu masalah ini, Kak Dev fokus dulu sama ujian yang akan Kak Dev hadapi. Aku ingin Kak Dev bisa fokus sama ujian itu, tanpa memikirkan hal yang lain terlebih dahulu."
"Gini Kak, apa pun keputusan yang nantinya akan Kak Dev ambil, pasti semuanya juga ada hubungannya sama ujian itu."
"Aku tahu nilai ujian itu memang tidak mempunyai pengaruh yang begitu besar untuk masa depan seseorang, tapi setidaknya apa yang sudah Kak Dev rencanakan sebelumnya bia tercapai."
Peyvitta mengungkapkan inti dari beberapa hal yang sudah sejak beberapa hari ini terus terpikir di pikirannya.
Peyvitta tidak mau kalau Devian terlalu fokus pada masalah itu sampai akhirnya dirinya melupakan apa yang harus dia lakukan untuk mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional itu.
Devian memikirkan apa yang sudah Peyvitta ucapkan sebelumnya. Menurut Devian, apa yang sudah Peyvitta ucapkan ada benarnya, tapi Devian sendiri tidak tahu alasan kenapa dirinya menjadi terfokus memikirkan hal itu.