Chereads / LOSING YOU / Chapter 17 - LOSING YOU - Suara Lembut

Chapter 17 - LOSING YOU - Suara Lembut

Sesuai kesepakatan kemarin. Kali ini Peyvitta harus kembali menemani Devian, dengan alasan untuk menemani Devian belajar.

Sebenarnya bukan harus menemani, karena kalau harus, berarti ada sebuah paksaan? Di sini Peyvitta tidak dipaksa untuk menemani Devian.

Peyvitta memang berniat untuk menemani Devian bagaimana pun keadaannya dan yang Devian pilih adalah dengan Peyvitta yang menemaninya.

Peyvitta tidak bisa menolak, karena sebelumnya Peyvitta yang sudah mengatakan kalau Devian harus kembali bersemangat mengenai apa yang akan Devian hadapi.

Sebenarnya Devian tidak sepenuhnya belajar, Devian ingin bersama dengan Peyvitta, karena Devian ingin mencoba santai dengan masalah itu dan mencoba fokus pada ujian yang akan dia hadapi.

Peyvitta siap-siap terlebih dahulu. Peyvitta berniat untuk ke rumah Devian di sore hari, karena Devian yang memintanya.

Devian meminta Peyvitta untuk menamani dirinya di sore hari, karena pada pagi hari Devian habis bertemu dengan orang suruhan Ayahnya.

Devian bertemu dengan orang itu untuk membahas apa saja yang Ayahnya inginkan atau apa saja yang sudah Ayahnya rencanakan saat Devian nanti sudah tinggal di Australia.

Ayahnya Devian begitu disiplin dalam berbagai kegiatan. Jadi, sangat tidak heran jika Devian bisa menjadi anak cowok yang disiplin juga.

Devian terbilang ke dalam kategori cowok bad boy, tapi apa Devian mempunyai sisi badboy yang berlebihan?

Tidak. Devian masih menjadi siswa atau orang yang bad dalam batasan yang sudah dia buat. Devian tidak keluar dari batasan yang sudah dia buat.

Jadi, badboy yang melekat di tubuhnya sampai saat ini tidak pernah merugikan orang lain hanya saja memang cukup untuk dipandang dan dicap badboy.

Sebuah panggilan masuk. Peyvitta membuka handphone-nya. Peyvitta melihat siapa yang menghubunginya sekarang.

"Hallo Kak, ada apa?" tanya Peyvitta. Orang yang menghubunginya sekarang adalah Devian.

Peyvitta sedikit tanda tanya saat sekarang Devian menghubunginya, padahal mungkin dalam satu jam yang akan datang mereka sudah bersama, karena rencananya 15 atau 30 menit lagi Peyvitta sudah akan pergi ke rumah Devian.

"Lo jadi gak ke rumah gue?" tanya Devian.

"Awalnya jadi, tapi apa ada suatu hal?" tanya Peyvitta.

Peyvitta takut kalau dengan Devian menghubunginya sekarang itu, karena ada suatu alasan yang nantinya membuat Peyvitta tidak jadi ke rumahnya.

Bukan takut sih, hanya saja Peyvitta tidak mau kalau usahanya untuk datang ke rumah Devian, tapi sampai sana tidak bisa bersama dengan Devian dikarenakan Devian ada cara yang lain.

"Gak ada. Gue cuma tanya," jawab Devian.

"Oh," ucap Peyvitta.

"Iya, mau kapan ke sini? Mau gue jemput gak?" tanya Devian.

"Bentar lagi aku ke sana Kak. Gak perlu, aku ke sana aja. Kak Dev gak perlu jemput aku," ucap Peyvitta.

Peyvitta tidak mau merepotkan Devian. Peyvitta tahu kalau Devian bukan orang asing di hidupnya, tapi Peyvitta tidak mau kalau dirinya harus merepotkan Devian.

"Ya sudah kalau gitu gue tunggu," ucap Devian.

"Iya Kak, aku lagi siap-siap."

Peyvitta mengucapkan apa yang memang sedang terjadi. Sebelum Devian menghubungi Peyvitta tadi, Peyvitta memang sedang bersiap-siap untuk langsung pergi ke rumah Devian.

"Hati-hati di jalan, sayang ...."

Peyvitta terdiam sejenak. Kata yang baru saja Devian ucapkan begitu terngiang di pikirannya. "Iya Kak," balas Peyvitta.

Setelah itu Peyvitta mematikan sambungan teleponnya dengan Devian. Peyvitta kembali melakukan kegiatan yang semula sedang dia lakukan.

Di sisi lain, Devian baru saja turun dari motornya. Devian belum masuk ke rumahnya, karena Devian baru saja pulang dari tempat ketamuannya.

Devian tadi memilih untuk menghubungi Peyvitta, karena sebenarnya Devian sedang merasa emosi. Devian ingin mendengar suara Peyvitta.

Emosi Devian turun saat mendengar suara lembut milik Peyvitta, meski hanya dari balik speaker handphone-nya.

Devian melanjutkan langkah kakinya menuju ke dalam rumahnya. Devian langsung berjalan menuju ke arah kamarnya. Devian menatap cermin terlebih dahulu.

Devian benar-benar emosi sekarang, semula emosinya memang turun karena mendengar suara Peyvitta, tapi pada saat dirinya kembali teringat akan hal itu, maka emosinya menjadi naik kembali.

Emosi Devian sekarang menjadi terus naik turun dalam waktu yang berdekatan. Emosi Devian menjadi lebih mudah terpancing.

Devian bangkit dari posisi duduknya. Devian kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi.

Devian berniat untuk mandi sekarang, tapi sebelum dirinya mandi, dirinya kembali teringat akan seseorang. Devian mencoba melupakan hal itu.

Devian langsung melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar mandi. Devian langsung memulai kegiatan yang biasa disebut dengan kata mandi.

Devian sebenarnya ingin menyegarkan pikirannya, meski mungkin itu tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar pikirannya masih akan tetap teras panas.

*****

Ting tong

"Iya sebentar," jawab perempuan paruh baya yang sekarang langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu.

"Iya Non? Mau ketemu sama Tuan?" tanya orang itu.

"Iya Bi, aku mau ketemu sama Kak Dev." Peyvitta menjawab pertanyaan orang itu dengan jawaban yang jujur.

"Sepertinya tadi Tuan lagi mandi, Non tunggu sebentar ya. Nanti bibi panggilin Tuan untuk ke bawah," ucap Bibi itu.

"Eh sepertinya tidak perlu Bi, aku tunggu Kak Dev di sini saja. Nanti aku kasih tahu Kak Dev kalau aku ada di bawah. Jadi, Bibi tidak perlu naik turun tangga."

Peyvitta tidak mau merepotkan orang itu, karena Peyvitta tahu kalau orang itu sudah tidak muda lagi, mungkin akan bisa dengan mudah merasakan yang namanya cape.

"Bener Non?" tanya Bibi itu tidak percaya.

Peyvitta menganggukkan kepalnya. "Iya Bi, nanti aku hubungi Kak Dev."

"Mau minum apa Non?" tanya Bibi itu.

"Apa saja Bi," jawab Peyvitta.

"Ya sudah tunggu sebentar ya," ucap Bibi itu.

Peyvitta menganggukkan kepalanya santai. "Iya Bi, makasih."

*****

Peyvitta mendengar kalau ada langkah kaki. Peyvitta melirik ke arah tangga, ternyata benar ada orang yang sedang melangkahkan kakinya menuruni anak tangga ini.

Peyvitta terus memperhatikan setiap langkah orang itu. Orang itu sekarang tengah menggunakan atasan kaos hitam polos.

Rambut orang itu masih setengah basah. Orang itu merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Glek

Peyvitta menelan salivanya kasar saat melihat orang itu melirik ke arah Peyvitta yang tak lama dari itu langsung mengacak-ngacak rambutnya dan tak lupa memberikan senyuman cool-nya.

Kak Dev kenapa meresahkan banget sih?

"Udah lama nunggu?" tanya Devian. Devian bertanya dengan nada yang begitu santai.

Pertanyaan Devian berhasil membuyarkan lamunan Peyvitta. "Enggak kok Kak," jawab Peyvitta.

"Ya udah yuk," ajak Devian. Peyvitta langsung melangkahkan kakinya.

Peyvitta terdiam tepat di depan Devian. Peyvitta memperhatikan wajah Devian yang masih ada sedikit air yang belum kering.

Peyvitta benar-benar memperhatikan wajah Devian dengan begitu serius. Peyvitta memperhatikan setiap lekukan yang ada di wajah Devian.

Glek

Peyvitta kembali menelan salivanya kasar saat dirinya menurunkan pandangannya dan hasilnya dirinya melihat sebuah lengkungan indah di bibir Devian.

Peyvitta merasa kalau jantungnya berdetak dua kali lebih kencang. Devian benar-benar meresahkan hati Peyvitta. Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam.

Semula Peyvitta berniat untuk menetralkan perasaannya, tapi ternyata salah. Saat dirinya menghirup napas dalam-dalam, terciumlah wangi maskulin yang berasal dari tubuh Devian.

Wangi ini benar-benar memabukkan dirinya. Peyvitta tahu kalau wangi ini adalah perpaduan dari sabun yang Devian gunakan dan juga shampo yang Devian gunakan.

"Hei, liat apa?" tanya Devian. Devian bertanya sambil mengukirkan sebuah senyumannya.

"Ganteng," singkat Peyvitta. Satu kata yang keluar dari mulut Peyvitta sepertinya cukup mewakili semua yang sedang dia rasakan sekarang.

"Cowok lo." Devian berucap dengan begitu enteng.

"Iya, cowok aku ganteng. Gak kayak cewek Kak Dev," ucap Peyvitta.

"Ya iyalah, cewek gue kan cantik."

Setelah kalimat itu keluar, kedua makhluk ciptaan Tuhan ini sama-sama tengah mengukirkan senyuman indahnya.

Peyvitta dan Devian melangkahkan kakinya. Mereka berniat untuk pergi ke atas. Mereka menaiki anak tangga ini satu persatu.

Saat sedang berjalan, aroma itu kembali tercium dengan begitu jelas di indra penciuman Peyvitta. Peyvitta kali ini benar-benar dibuat mabuk oleh wangi maskulin milik Devian.

Saat Peyvitta sedang menikmati wangi ini, lain hal dengan sang pemiliknya. Di mana pemiliknya sekarang tengah berjalan dengan santai tanpa terpikir kalau dirinya sudah membuat Peyvitta mabuk, karena mencium wangi tubuhnya.