Di satu sisi, ada seseorang yang tengah berdiri sambil memperhatikan bagian belakang tubuh Devian. Merasa ada orang lain di sekitarnya, Devian akhirnya memutuskan untuk berbalik dan melihat ada seseorang yang sekarang berdiri di pintu.
Devian kaget saat melihat Peyvitta yang sekarang sedang berdiri di pintu. Alasan yang membuat Devian kaget, karena Devian tidak mendengar suara langkah kaki dan juga suara motor.
Semula Devian terus melangkahkan kakinya untuk menuju ke luar sambil melakukan panggilan dengan sang Ayah sampai akhirnya Devian menghentikan langkahnya di pintu saat Ayahnya menanyakan tentang hal yang tidak ingin dia bahas.
"Lo sudah lama di sini?" Devian langsung bertanya seperti itu, karena Devian takut kalau Peyvitta mendengar pembicaraannya dengan Ayahnya tadi.
Peyvitta merasa sedikit kaget saat mendengar pertanyaan yang baru sana Devian ajukan, tapi dengan nada yang seperti itu. "Aku baru menghentikan langkah kaki aku Kak," jawab Peyvitta.
Devian merasa sedikit lega mendengarnya, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Devian masih penasaran akan satu hal. "Lo denger apa yang sudah gue bicarakan lewat telepon tadi?" tanya Devian.
Devian tidak peduli kapan Peyvitta datang, karena yang Devian takutkan adalah Peyvitta mengetahui kalau dirinya disuruh pindah oleh Ayahnya. Di waktu sekarang Devian belum ingin kalau Peyvitta tahu akan apa yang dirinya dan juga Ayahnya bahas.
"Kak Dev abis telponan?" Peyvitta bertanya dengan nada yang terdengar begitu polos. Devian memperhatikan ekspresi yang tengah Peyvitta pasang sekarang.
Sebenarnya Devian tidak percaya sama apa yang sudah Peyvitta ucapkan barusan, tapi melihat ekspresi Peyvitta yang begitu polos saat menjawab pertanyaan Devian membuat Devian terpaksa percaya kalau Peyvitta tidak mendengar apa yang sudah dia bicarakan bersama dengan Ayahnya.
"Oh," singkat Devian.
"Kak Dev abis telponan sama siapa hayoh?" tanya Peyvitta. Peyvitta terus menatap Devian sambil memasang ekspresi yang terlihat seperti orang yang sedang menggoda Devian.
Devian menggelengkan kepalanya dan kemudian menjawab santai, "Gak ada."
"Bohong?" tanya Peyvitta lagi. Peyvitta bertanya dengan nada yang terdengar setengah menggoda Devian.
"Gak, gue gak bohong."
"Kalau Kak Dev gak abis telponan, kenapa Kak Dev tadi tanya sama aku kalau aku denger enggak percakapan Kak Dev lewat telepon?" tanya Peyvitta.
Pertanyaan polos Peyvitta membuat Devian terjebak lewat omongannya sendiri.
"Habis teleponan sama cewek lain ya?"
Peyvitta bertanya bukan dengan memasang ekspresi yang cemburu atau marah, tapi malah memasang ekspresi yang terlihat sedang menggoda. Di sini Peyvitta ingin tahu kejujuran yang akan Devian ungkapkan nantinya.
"Gak, kenapa lo tanya kayak gitu?" tanya Devian.
Peyvitta terdiam sejenak, kenapa dirinya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sikap pacarnya ini. "Terserah aku lah, kenapa Kak Dev yang sibuk?" tanya balik Peyvitta.
Devian terdiam sejenak memikirkan pertanyaan yang sudah Peyvitta ucapkan barusan. "Lo cemburu ya?" tanya Devian.
Dengan seketika Peyvitta cemberut. "Ih gak ada ya, gak ada aku cemburu huh!"
Devian memperhatikan wajah pacarnya dengan begitu serius.
Saat sedang diperhatikan oleh Devian, pipi Peyvitta memerah. "Ngapain Kak Dev liatin aku kayak gitu?" tanya Peyvitta.
"Lo cemburu," ucap Devian menggunakan nada yang cukup datar. Kalimat Devian bukan sebuah kalimat tanya.
"Mana ada aku cemburu." Peyvitta tidak mau mengakui kalau dirinya cemburu.
"Bohong?" Devian bertanya sambil terus memperhatikan ekspresi yang tengah Peyvitta pasang sekarang. Melihat pipi Peyvitta yang memerah, Devian malah begitu asyik, bahkan tanpa disadari sebuah senyuman kecil terukir di bibir Devian.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak, aku gak bohong. Aku gak cemburu kalau Kak Dev telponan sama cewek lain juga," jawab Peyvitta menggunakan nada yang mulai kesal.
"Kalau gak bohong kenapa pipi lo merah?" Devian tertawa kecil di ujung kalimatnya.
"Ih!" kesal Peyvitta.
Devian terus memperhatikan wajah pacarnya yang sekarang terlihat seperti anak kecil yang sedang marah, yaitu menggemaskan.
Plak
Dengan seketika Devian langsung melirik ke arah Peyvitta. Saat Devian melirik ke arah Peyvitta dengan tatapan yang seperti itu, maka Peyvitta dengan seketika langsung menundukkan kepalanya.
"Kenapa lo pukul gue?" tanya Devian saat baru saja Peyvitta menggeplak tangan Devian dengan telapak tangannya.
"Jangan diliatin terus ih!" rengek Peyvitta.
"Kenapa?" tanya santai Devian. Sampai saat ini Devian masih terus memperhatikan Peyvitta.
"Malu," jawab Peyvitta pelan. Peyvitta menjawab sambil memonyongkan bibirnya.
Dengan Peyvitta yang seperti ini, semakin membuat Devian merasa kalau Peyvitta itu begitu menggemaskan di matanya.
Sebenarnya saat Devian sedang memperhatikan Peyvitta dengan begitu serius tadi, bukan karena Devian gemas sama ekspresi yang Peyvitta tunjukkan, tapi apa dirinya yakin bisa meninggalkan orang yang sudah sangat dia sayang?
Saat melihat Peyvitta yang terlihat begitu menggemaskan, semakin membuat Devian tidak yakin untuk ikut bersama dengan Ayahnya ke Australia.
Lebih tepatnya ikut tinggal bersama dengan Ayahnya di Australia, karena sekarang Ayah dan Bundanya memang sudah tinggal di sana.
"Ihhh malah dilihatin terus!" teriak Peyvitta kesal. "Mau lihatin aku atau mau belajar buat Ujian?" tanya Peyvitta.
Setelah mendengar pertanyaan itu, akhirnya Devian tersadar. "Ya udah yu," ajak Devian.
Peyvitta menganggukkan kepalanya. Peyvitta berjalan mengikuti ke mana Devian melangkahkan kakinya.
*****
"Gue ke bawah bentar," ucap Devian.
Peyvitta dengan santainya menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Devian untuk berjalan ke bawah meninggalkannya di sini. Peyvitta memperhatikan ke sekeliling, Peyvitta melihat kalau kamar Devian begitu berantakan sekarang.
Mungkin alasan kenapa kamar ini berantakan, karena kamar ini milik cowok.
Sangat tidak aneh jika kamar cowok berantakan. Bukan, bukan karena Devian adalah cowok. Jadi, kamarnya bisa berantakan.
Peyvitta sudah pernah masuk ke kamar Devian dan sebelumnya tidak seberantakan ini.
Dengan melihat kondisi kamar Devian yang seperti ini membuat Peyvitta yakin kalau ada sesuatu hal yang membuat Devian merasa begitu pusing atau ada suatu masalah yang membuat Devian menjadi seperti ini.
Biasanya kondisi kamar seseorang itu akan mencerminkan sikap pemilik kamar itu. Bukan hanya sikap, tapi bisa juga mencerminkan suasana hati dari pemilik kamar itu.
Peyvitta tidak percaya jika masalah yang sedang Devian hadapi sekarang adalah masalah yang kecil. Peyvitta mempunyai pikiran kalau Devian memang sedang mempunyai masalah yang benar-benar membuat dirinya berantakan.
Kalau benar Devian mempunyai masalah sehingga dirinya menjadi berantakan, lalu masalah apa yang sedang Devian hadapi?
*****
Saat Devian kembali ke kamarnya, lebih tepatnya saat membuka kamarnya, Devian terdiam sambil memperhatikan seseorang yang sekarang sedang merapikan tempat tidurnya. Orang itu tidak hanya merapikan tempat tidurnya, tapi juga merapikan kamarnya.
Devian ingat kalau kamarnya tadi tidak serapi ini. "Lo ngapain?" Devian sudah melihat kalau sekarang Peyvitta sedang merapikan kamarnya, tapi Devian masih ingin menanyakan hal itu.
"Beresin kamar pacar," jawab polos Peyvitta.
Tidak ada ekspresi atau nada yang mengartikan kalau Peyvitta terpaksa melakukan ini semua, karena kalau dipikir ulang, ngapain terpaksa?
Tidak ada orang yang memaksa Peyvitta untuk merapikan kamar Devian bukan? Apa yang Peyvitta lakukan itu murni dari keinginannya.
"Gue gak nyuruh lo buat beresin kamar gue," ucap Devian.
"Yang bilang aku ngeberesin kamar Kak Dev karena disuruh sama Kak Dev siapa?" tanya Peyvitta.