"Gue gak nyuruh lo buat beresin kamar gue," ucap Devian.
"Yang bilang aku ngeberesin kamar Kak Dev karena disuruh sama Kak Dev siapa?" tanya Peyvitta. Peyvitta menjawab kalimat yang sudah Devian berikan dengan jawaban yang begitu enteng.
Devian juga sadar kalau dirinya tidak menyuruh Peyvitta untuk membereskan kamarnya, tapi Devian masih tetap bingung kenapa Peyvitta melakukan hal ini.
"Gak ada, tapi kenapa lo beresin kamar gue?" tanya Devian.
Sebelumnya Devian sudah sering mengajak pacarnya ke rumah atau bahkan ke kamarnya, tapi sampai saat ini belum ada cewek yang bersikap seperti Peyvitta.
Devian itu dulunya cowok yang bisa dikatakan playboy. Devian sering mempermainkan banyak hati perempuan. Devian selalu bersama dengan cewek yang mungkin bisa dibilang sebagai most wanted girl di Sekolah.
Meski dirinya sudah bersama dengan most wanted girl, bukan berarti Devian bisa setia dengan cewek itu. Devian belum bisa stuck sama satu cewek, karena Devian tidak bisa pacaran lebih dari 1 bulan, tidak seperti dengan Peyvitta.
Peyvitta sepertinya perempuan yang berhasil membuat Devian stuck pada satu hati, yaitu pada dirinya. Sebelum dirinya jatuh hati pada Peyvitta, ada banyak hati perempuan yang sudah Devian mainkan dan pada akhirnya Devian tinggalkan begitu saja.
"Aku kan pacar yang baik." Peyvitta menjawab dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat begitu ceria. Peyvitta tersenyum dengan senyuman yang begitu lebar.
"Gak sekalian cuciin baju gue?" tanya Devian.
"Mana baju yang mau aku cuciin? Jangan bilang kalau semua yang ada di lemari belum Kak Dev cuci?" Melihat kondisi kamar Devian membuat Peyvitta curiga kalau Devian belum mencuci baju-bajunya.
Mendengar hal itu Devian tersenyum dengan begitu lebar dan kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Gak kok."
"Beneran mau aku cuciin bajunya?" Peyvitta bertanya dengan nada yang sangat terlihat enteng dan tidak merasa keberatan akan apa yang nantinya harus dia lakukan.
"Gak perlu," jawab Devian santai.
"Kenapa?" tanya Peyvitta lagi.
"Gue ngajak lo ke sini bukan buat cuciin baju gue, tapi buat nemenin gue belajar." Devian mengungkapkan kalimat yang tidak bisa dielakkan lagi oleh Peyvitta.
Peyvitta ingat kalau dirinya ke sini memang untuk menemani Devian belajar buat persiapan Ujian Nasional itu.
"Ya udah kalau gitu Kak Dev sana ambil bukunya aku mau lanjutin beresin kamar Kak Dev dulu bentar," ucap Peyvitta.
Devian menganggukkan kepalanya. Devian berjalan memasuki kamarnya dan berjalan menuju ke arah meja belajarnya.
Setelah selesai membereskan kamar Devian, Peyvitta menghampiri Devian. Peyvitta benar-benar menemani Devian yang sekarang tengah mempelajari materi yang ada di buku paket itu.
Devian sekarang tengah mempelajari pelajaran geografi. Devian mengambil pelajaran geografi untuk mata pelajaran yang akan Devian ikuti.
Sebenarnya kalau menurut pengalaman, Geografi itu lebih sulit lho jika dibandingkan dengan pelajaran IPS lainnya.
Mungkin kalau pilih ekonomi, sosiologi akan sedikit lebih mudah, jika dibandingkan dengan pelajaran geografi, tapi ya sudahlah.
Biarkan Devian berpusing-pusing sendiri dengan soal-soal geografi yang akan dia dapatkan pada saat ujian nanti.
"Cewek gue pinter juga ya?" tanya Devian saat melihat kalau jawaban yang sudah Peyvitta berikan ternyata benar.
"Lah aku kan lagi mempelajari ini," jawab Peyvitta.
"Serius?"
Dengan santai Peyvitta menganggukkan kepalanya, karena memang seperti itu. "Iya, aku sekarang materinya tentang ini. Jadi, gak aneh kalau aku tahu isi dari soal ini."
"Gue pikir lo pinter," ujar polos Devian.
"Hmm," gumam Peyvitta sambil memperhatikan pacarnya dengan tatapan yang penuh dengan sebuah keseriusan.
Devian melirik ke arah Peyvitta dan kemudian memperhatikan Peyvitta sejenak. "Kenapa?"
"Emang aku gak pinter ya?" Peyvitta bertanya dengan nada dan ekspresi muka yang terlihat seperti anak kecil yang ingin dipuji kalau sebenarnya dirinya itu pintar.
"Gue gak bilang seperti itu," ucap Devian.
"Tadi Kak Dev bilang kalau Kak Dev pikir aku pintar itu artinya ke mana?"
"Kan gue bilang gue pikir, bukan sepenuhnya gue bilang."
Peyvitta menatap Devian dengan tatapan yang kesal. Peyvitta kesal sama jawaban yang sudah Devian berikan barusan.
Plak
Lagi-lagi Peyvitta memukul Devian.
"Lo kenapa si?" Devian bingung kenapa hari ini Peyvitta begitu sering memukulnya.
Peyvitta tertawa kecil. Peyvitta juga tidak tahu apa alasan yang membuat dirinya menjadi begitu geregetan pada Devian. "Aku juga gak tahu, tapi yang jelas aku suka mukul Kak Dev."
Plak
Di ujung kalimatnya Peyvitta lagi-lagi memukul Devian. Devian melirik ke arah Peyvitta yang sekarang tengah tersenyum polos.
"Ihhh sakit," rengek Peyvitta saat Devian baru saja mencubit pipi chubby Peyvitta. Kali ini posisi berbalik.
Devian yang tengah tersenyum dengan begitu polos saat melihat ekspresi Peyvitta yang kesal karena barusan dirinya sudah mencubit pipi Peyvitta.
*****
Waktu terus berlalu dengan sendirinya, sekarang Peyvitta dan juga Devian sudah tidak sedang berada di kamar lagi. Devian dan juga Peyvitta sekarang tengah menikmati makan sore.
Sebenarnya Peyvitta tadi sudah meminta izin untuk pulang, tapi sayangnya Devian tidak memberikan izin sebelum Peyvitta makan terlebih dahulu.
Saat sedang memperhatikan Peyvitta yang bersama dengannya atau lebih tepatnya menemaninya seharian ini, Devian semakin tidak yakin akan keputusan yang akan dia ambil.
"Aku pulang ya Kak," izin Peyvitta.
"Gak bisa gue larang," jawab Devian.
"Hehe, janji itu harus ditepati."
Peyvitta sekarang bisa dengan mudah pulang, karena tadi Devian bilang kalau setelah Peyvitta makan, maka Peyvitta boleh pulang.
"Ya udah kalau gitu aku pulang sekarang," ucap Peyvitta.
"Iya, gue antar sampai ke depan."
"Yuk," jawab Peyvitta.
Peyvitta dan juga Devian beranjak dari posisi duduknya dan kemudian melangkahkan kakinya untuk menuju ke depan rumah.
"Mau apa?" tanya Devian saat melihat tangan Peyvitta yang menamprak di depan dirinya.
"Salamanlah. Kak Dev pikir aku mau minta uang jajan?"
"Oh," jawab Devian singkat.
Peyvitta akhirnya menyalami tangan Devian dengan begitu santai. Devian memperhatikan wajah pacarnya dengan tatapan yang berbeda.
"Kak Dev kenapa?" tanya Peyvitta saat Devian memperhatikan dirinya dengan tatapan yang seperti itu.
Dengan enteng Devian menggelengkan kepalanya dan kemudian menjawab, "Gak papa."
"Ya udah kalau gitu aku pulang," ujar Peyvitta.
Devian menganggukkan kepalanya.
Setelah itu Peyvitta berjalan ke arah di mana motornya berada. Peyvitta melambaikan tangannya ke arah Devian sebelum akhirnya Peyvitta melajukan motornya dan membunyikan klakson motornya.
Devian masih berdiri di sini. Devian masih memandangi gerbang Rumahnya sambil membayangkan Peyvitta. Tidak lama berdiri di sini, Devian kemudian masuk dengan langkah yang cukup berat.
Gue gak yakin kalau gue bisa meninggalkan lo.