"Lo kenapa? Apa yang sudah terjadi?"
"Gue gak papa kok," jawab Peyvitta.
"Gue gak percaya," ucap orang itu jujur.
"Kenapa tidak percaya?" tanya Peyvitta.
Peyvitta bingung sama hal apa yang membuat orang itu tidak percaya sama apa yang sudah dirinya ucapkan.
"Gue udah tahu lo Pey," ucap orang itu.
Peyvitta terdiam. Peyvitta mengetahui hal itu, Peyvitta sudah menduga kalau orang itu pasti tidak akan percaya sama apa yang sudah dirinya ucapkan.
"Gue gak papa Rey," ucap Peyvitta.
Orang yang sedari tadi memperhatikan, bahkan mengikuti Peyvitta sampai ke sini adalah Reynard. Reynard sudah kenal lama dengan Peyvitta.
Jadi, dirinya sudah bisa membedakan kalau Peyvitta sedang ada masalah dengan dirinya yang sedang merasa baik-baik saja.
"Yakin lo mau bohong?" tanya Reynard.
Peyvitta berpikir sejenak. Peyvitta memikirkan pertanyaan yang baru saja Reynard ajukan. Peyvitta tidak ingin berbohong pada Reynard, tapi Peyvitta juga tidak ingin memberitahu Reynard akan hal itu.
Peyvitta mengingat ulang beberapa hal. Peyvitta ingat kalau dirinya belum tahu masalah ini dari Devian secara langsung dan Peyvitta ingat akan hubungannya dengan Reynard.
Lebih tepatnya bukan hubungan, tapi jarak yang dia miliki dengan Reynard. Peyvitta sebenarnya sudah mencoba menjaga jarak dengan Reynard, tapi pada akhirnya tetap tidak bisa.
"Gue gak mau bohong sama lo," ujar Peyvitta. Peyvitta memang tidak ingin membohongi Reynard.
"Jadi, lo kenapa?"
"Gue gak mau bohong sama lo dan gue juga gak mau menceritakan masalah ini sama lo."
Reynard terdiam setelah mendengar jawaban yang baru saja Peyvitta ucapkan. Reynard semula sudah berpikir kalau Peyvitta akan menceritakan hal yang tengah dia alami, tapi ternyata tidak.
"Kenapa?" tanya Reynard.
Reynard sepertinya ingin tahu hal apa yang membuat Peyvitta tidak ingin menceritakan apa yang tengah terjadi sekarang.
Saat Reynard menanyakan kenapa, Peyvitta terdiam sejenak. Peyvitta kebingungan bagaimana dirinya bisa menjawab pertanyaan yang sudah Reynard ucapkan.
"Karena gue merasa kalau sekarang bukan waktu yang tepat untuk gue menceritakan hal ini sama lo."
Ada sebuah masalah yang melibatkan waktu. Peyvitta barusan berucap tidak sepenuhnya kalau ucapan yang baru saja keluar itu adalah sebuah kebohongan.
"Waktu yang tepatnya kapan?" tanya Reynard lagi. Reynard bertanya seperti ini, karena Peyvitta semula berucap seperti itu.
Saat Peyvitta mengatakan kalau sekarang bukan waktu yang tepat, maka akan ada masa di mana waktunya menjadi waktu yang tepat.
"Nanti kalau gue siap," jawab Peyvitta.
Peyvitta melirik ke arah Reynard. Peyvitta berharap Reynard mengerti ke mana maksud dari kalimat yang sudah dirinya ucapkan.
"Setelah lo siap, ceritakan hal itu sama gue. Jangan sampai lo terus memendam masalah yang ada sendirian."
Reynard benar-benar tahu bagaimana karakter Peyvitta. Mulai dari dirinya yang akan merasa kalau dia tidak ingin melakukan hal itu, maka itu bukan waktu yang pas untuk dia melakukannya.
Reynard juga tahu akan kebiasaan lain yang Peyvitta miliki. Di mana Peyvitta akan lebih memilih untuk memendam masalahnya, dibandingkan dengan membaginya ke orang lain.
"Semoga gue gak lupa sama kalimat terakhir yang baru saja lo ucapkan."
Peyvitta tidak sanggup berjanji akan hal itu, bahkan untuk mengatakan iya saja Peyvitta tidak sanggup, karena bagi Peyvitta memendam masalah itu cukup baik untuk dirinya.
Peyvitta tidak menjadi melibatkan orang lain untuk memikirkan masalah yang sedang dia rasakan, apalagi untuk masalah yang kali ini masalahnya berhubungan dengan hati.
"Mau makan?" tanya Reynard.
"Gue lagi gak mood makan Rey," ungkap Peyvitta.
"Tapi lo harus makan."
Reynard terdengar cukup peduli pada Peyvitta, tapi kalau orang lain ada yang melihatnya, maka Reynard akan mendapat julukan orang dingin yang perhatian.
"Nanti kalau gue pengen makan, gue juga bakalan makan. Lagi pula gue bukan mereka yang bisa menahan lapar selama satu hari dengan alasan banyak masalah yang sedang dialami."
Sepanjang Peyvitta merasa kalau hidupnya terus dipenuhi oleh berbagai masalah, tapi Peyvitta tidak pernah menahan dirinya untuk tidak makan.
Peyvitta akan makan kalau dirinya ingin, tapi kalau dirinya tidak ingin, jangan sedang memiliki masalah, sedang baik-baik saja dia tidak akan makan.
Setelah Reynard menemani Peyvitta dalam beberapa menit, Reynard mendengar kalau handphone-nya berbunyi. Reynard langsung menerima sambungan telepon itu.
"...."
"Sekarang?"
"...."
"Gue malas ke sana."
Reynard dengan mudahnya jujur mengatakan kalau dirinya sedang malas untuk pergi ke tempat yang sudah lawan bicaranya katakan.
"...."
"Hm."
"...."
"Ok."
"...."
"Iya, gue ke sana."
Reynard langsung mematikan sambungan telepon ini. Reynard memperhatikan Peyvitta sejenak. Reynard memperhatikan Peyvitta yang sekarang tengah begitu serius dalam melamun.
"Pey."
Peyvitta melirik ke arah orang yang baru saja memanggil namanya. "Ada apa?" tanya Peyvitta.
"Gue tinggal gak papa?"
Peyvitta tersenyum kecil. "Gue sudah terbiasa ditinggal Rey, lagi pula gue sudah terbiasa bersama. Jadi, kalau lo mau pergi yang pergi saja. Gue tidak masalah."
"Ya sudah gue gak jadi pergi."
"Lah? Gak papa kok kalau mau pergi ya pergi saja. Gue tidak ada niatan untuk melarang lo pergi, gue hanya mengungkapkan apa yang sudah gue rasakan."
Peyvitta memang tidak berniat untuk menahan Reynard, tapi Peyvitta mengatakan apa yang biasanya Peyvitta katakan.
Di mana dirinya bersama kemudian ditinggalkan oleh mereka dan pada akhirnya hanya Peyvitta yang tersisa sendirian.
"Gak papa Rey pergi saja. Gue ngerti kok."
Peyvitta kembali berucap setelah dirinya tidak mendengar jawaban yang Reynard ucapkan, bahkan saat melirik ke arah Reynard, Reynard terlihat seperti orang yang bingung.
"Oke gue tinggal."
Peyvitta akhirnya menganggukkan kepalanya dengan anggukkan yang begitu santai. Reynard bangkit dari posisi duduknya dan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari tempat di mana Peyvitta berada.
Peyvitta terus memperhatikan Reynard dari awal dia melangkahkan kakinya sampai sekarang Reynard sudah tidak terlihat oleh penglihatannya.
Melihat lo yang sekarang sedang melangkah meninggalkan gue saja terasa tidak rela, bagaimana nanti gue harus menyaksikan kepergian Devian?
Peyvitta sungguh bertanya-tanya akan hal itu. Peyvitta tidak bisa membayangkan bagaiman perasaannya saat harus melepaskan Devian.
Gue memang merasa tidak rela melihat lo menjauh dari gue, tapi gue tidak bisa menahan lo, karena mungkin urusan lo penting.
Setelah berpikir ke arah sana, Peyvitta mendadak langsung terdiam dan kembali mengingat ulang apa yang sudah pikirkan.
Peyvitta menjadi teringat akan Devian. Peyvitta memikirkan kalimat tadi dan mengganti kata lo yang semula tertuju pada Reynard menjadi tertuju pada Devian.
Gue gak rela kalau gue harus kehilangan lo Kak, tapi gue gak bisa menahan lo untuk tetap di sini, karena mungkin ada alasan yang membuat lo harus ke Australia.
Peyvitta menarik napasnya panjang-panjang dan menghembuskan napasnya kasar. Peyvitta mencoba kembali menetralkan pikirannya.
Peyvitta bangkit dari posisi duduknya dan kemudian melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelasnya.
Belum sempat Peyvitta masuk ke dalam kelasnya, bayangan Devian kembali muncul di pikirannya yang membuat Peyvitta menjadi kebingungan lagi.
Apa yang harus gue lakukan? Menahan atau mengikhlaskan?