Kedua orang yang semula melangkahkan kaki yang diikuti oleh banyak pasang mata sudah menghentikan langkah kakinya. Peyvitta melirik ke arah laki-laki bertubuh tinggi yang juga tengah memperhatikannya.
"Aku ke kelas duluan ya Kak," ucap Peyvitta saat sekarang dirinya sudah berada di depan kelas XI IPS 1.
Tanpa ada sebuah beban, Devian menganggukkan kepalanya. "Iya," jawab singkat Devian.
"Bye-bye," ucap Peyvitta sambil melambaikan jari tangannya yang lentik ke arah Devian.
Dengan santai Peyvittta melangkahkan kaki menuju ke dalam kelasnya. Sesampainya di kelas, Peyvitta mengedarkan pandangannya. Peyvitta tidak banyak berbasa-basi atau pun menyapa mereka yang sudah lebih dahulu berada di kelasnya.
Peyvitta bukan orang yang terbiasa untuk menyapa orang lain, karena dirinya sudah terbisa untuk tidak lebih dahulu menyapa yang lain. Bukan tanpa alasan Peyvitta seperti itu, dirinya mempunyai alasan yang sampai saat ini masih dia pegang.
Alasannya cukup simple, karena Peyvitta tidak mau kalau nanti sapaan yang sudah dia berikan malah mereka abaikan. Kalau hal itu sampai terjadi, maka Peyvitta akan merasa menyesal sudah menyapa orang yang tidak bisa menghargainya.
"Pagi Vitt," sapa seseorang yang duduk di kursi sebelah kursi yang akan Peyvitta tempati.
Orang itu menyapa Peyvitta yang baru saja duduk di tempatnya dan tanpa sengaja Peyvitta melirik ke arah dirinya yang sedari tadi sudah memperhatikan Peyvitta. Peyvitta merasa sedikit kaget.
"Pagi," jawab singkat Peyvitta.
Alasan yang membuat Peyvitta menjawab dengan jawaban yang singkat, karena Peyvitta bukan termasuk ke dalam kategori orang yang ramah.
Peyvitta terbilang orang yang cuek, tapi dirinya tidak mau mengabaikan orang lain. Peyvitta sudah tahu bagaimana rasanya ketika diabaikan. Jadi, dia tidak mau melakukan hal yang sama pada orang lain.
Orang yang barusan menyapa Peyvitta adalah teman sebangkunya, yaitu Anna Mariska. Mungkin di dalam kelas ini Peyvitta hanya akur dengan Anna.
Bukan akur sih, tapi lebih tepatnya Peyvitta hanya mau menerima Anna, meski sebelumnya alasan menerima dia adalah karena sudah duduk di sampingnya.
Di satu sisi Devian tengah santai melangkahkan kaki yang diikuti oleh banyak pasang mata, tapi dirinya tidak terlalu memepedulikan mereka. Devian bukan tifikal cowok yang akan genit dan juge memanfaatkan ketampanannya untuk menjadi playboy.
Dengan santai Devian melangkahkan kakinya masuk ke kelas XII IPS 1. Devian beda satu tingkat dengan Peyvitta dan hal itu adalah salah satu alasan kenapa Peyvitta memanggil Devian dengan awalan 'Kak'.
*****
Waktu istirahat tiba dengan sendirinya. Seorang siswa dengan tubuh tinggi, hidung yang terlihat mancung indah, bola mata yang terlihat cokelat dengan sorot mata yang nampak seperti mata elang dan rambut yang berwarna kecokelatan tengah melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas XI IPA 1.
Orang itu melangkahkan kakinya dengan santai keluar dari kelasnya untuk menuju ke tempat yang dia inginkan. Kali ini dia sendirian, karena teman-temannya masih sibuk mencatat pelajaran yang belum selesai mereka catat.
Alasan yang membuat dia bisa keluar lebih dahulu bukan karena dia selesai mencatat, melainkan apa yang dia catat berbeda dengan apa yang teman-temannya catat.
Di saat mereka mencatat semua yang ada di papan tulis, lain hal dengan dirinya. Dirinya mencatat apa yang ingin dia catat.
Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang sudah Guru berikan agar mencatat materi yang sudah dia tulis, kalau tidak ada tugas seperti itu dia tidak akan mencatat hal ini, karena sudah paham apa yang semula sudah dijelaskan.
Saat dia sedang berjalan dengan santai melewati koridor, banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya dengan tatapan tertarik dan juga terpesona. Tubuhnya yang tertutup seragam terlihat sedikit atletis, sebab dia salah satu anggota tim basket SMA Permata, lebih tepatnya tim inti.
Mereka memperhatikan dirinya dengan penuh ketelitian. Saat mereka memperhatikan orang itu dengan begitu antusias, lain hal dengan orang yang mereka perhatikan.
Ekspresi yang dia tunjukkan nampak biasa saja, bahkan saat mereka menatap dirinya dengan tatapan yang penuh dengan kekaguman, dirinya hanya melirik mereka sebentar kemudian kembali berjalan dengan santainya.
Mereka yang memperhatikan dirinya tidak peduli akan ekspresi datar yang tengah orang itu tunjukkan, karena dengan ekspresi yang seperti itu saja, vibes yang muncul dari dirinya begitu positif dan sangat menarik.
Peyvitta sekarang tengah melangkahkan kakinya dengan santai sampai akhirnya Peyvitta tidak sengaja bertemu dengan orang itu. Beberapa saat Peyvitta memperhatikan wajah cowok yang sudah dia kenal sebelumnya.
Memang dia sudah kenal dengan cowok yang menjadi titik pusat para siswi yang melihat, tapi dirinya tidak merasa bosen untuk hanya sekedar memperhatikan wajahnya cowok itu sambil menikmati keindahan dari karya Tuhan yang tertuang di wajahnya.
"Rey?"
"Pey?"
"Lo mau ke mana?" tanya Peyvitta basa-basi.
"Kantin." Orang yang semula Peyvitta panggil dengan sebutan 'Rey' menjawab dengan menggunakan jawaban yang singkat dan juga ekspresi yang terlihat begitu tenang.
Hal ini bukan sebuah hal yang aneh bagi Peyvitta. Dirinya sudah terbiasa dengan sikap dingin dari seorang laki-laki yang bernama Rey itu, bahkan di awal mereka berkenalan, sikapnya jauh lebih dingin dari pada ini.
"Oh."
"Lo sendiri?"
"Gue mau ketemu sama Kak Dev," jawab Peyvitta dengan nada yang begitu enteng.
Mengetahui ke mana tujuan Peyvitta, membuat ekspresinya menjadi jauh lebih datar lagi. "Oh."
Dengan santai Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Ya, gue duluan ya."
Peyvitta tidak mau berlama-lama dengannya, karena Peyvitta tidak mau berbagai masalah muncul saat dirinya bersama dengan Rey dalam waktu yang lama. Rey memperhatikan Peyvitta yang sekarang tengah melangkahkan kakinya menjauh.
Semenjak kejadian itu, Peyvitta terlihat jaga jarak pada dirinya. Peyvitta bersama dengannya hanya kalau ada sesuatu yang cukup serius untuk dibicarakan, kalau tidak ada yang mereka tidak akan berlama-lama.
Rey kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah yang berlawanan dengan arah yang Peyvitta pilih, dia berjalan dengan santai dan aura yang tidak terlihat berubah. Dirinya tetap dipandang oleh orang lain dengan pandangan yang kagum dan terpesona.
Perasaan mengganjal dalam hatinya tidak membuat aura dari seorang Reynard Dirgantara berubah. Tampangnya yang datar dengan aura yang dingin membuat dirinya mendapatkan julukan sebagai The Pollar Prince dari banyak siswi yang menyukainya.
"Tunggu gue!" seru seseorang.
Peyvitta yang mendengar suara itu akhirnya menghentikan langkah kakinya. "Ada apa?" tanya Peyvitta saat dirinya sudah berbalik badan dan melihat siapa orang yang sudah menyuruh dirinya untuk menunggu.
"Lo tadi habis ngapain sama Reynard?" tanya orang yang semula berteriak sambil menyuruh Peyvitta untuk menunggu.
"Gue gak habis ngapa-ngapain sama dia, gue cuma nyapa dia." Peyvitta menjawab pertanyaan orang itu dengan jawaban yang apa adanya.
"Bener? Lo gak lagi bohong sama gue kan?" tanya orang itu yang memastikan apakah benar kalau Peyvitta hanya sekedar menyapa Reynard tanpa melakukan hal yang lainnya.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak, lagian gue sudah punya Kak Dev. Lo bebas sama dia, gue sama dia hanya sebatas teman tidak lebih."
Saat mengucapkan kalimat ini, ada sebuah perasaan yang terasa mengganjal di hati Peyvitta. Peyvitta menarik napasnya dan mencoba untuk menetralkan perasaan itu. Peyvitta tidak mau kalau perasaan yang mengusik hatinya itu bisa tumbuh dan berkembang biak.
"Ya sudah kalau kayak gitu." Orang itu merasa lega setelah mendengar penjelasan yang sudah Peyvitta ucapkan.
"Ya. Ada yang mau lo bicarakan lagi?" tanya Peyvitta menggunakan nada yang terdengar kalau dirinya malas membicarakan hal yang tidak penting dalam hal ini.
Orang tersebut menggelengkan kepalanya. "Gak ada."
"Ya sudah, gue mau ketemu sama Kak Dev."
"Ya, gue mau menyamperin Reynard."
"Silakan."
Setelah itu Peyvitta langsung melangkahkan kakinya ke arah yang berlawanan dengan arah yang orang itu pilih. Mereka sama-sama tidak ingin berlama-lama bersama, karena mereka tidak ingin identitas mereka terbongkar.
Peyvitta menarik napasnya panjang saat sekarang dia bertemu dengan seseorang yang tidak ingin ia temui sekarang.
"Habis ngapain sama Kak Deva?" tanya siswi yang sekarang tengah melangkahkan kaki mendekat ke arah Peyvitta.
"Dia tanya Reynard." Peyvitta menjawab dengan nada yang terlihat seperti orang yang merasa begitu malas untuk menjawab.
"Oh," singkat orang itu.
"Ada yang ingin lo tanyakan lagi?" tanya Peyvitta.
Dengan santai orang itu menggelengkan kepalanya. "Gak ada, gue cuma pengen tahu masalah Kak Deva tidak dengan masalah lo."
"Gue duluan." Peyvitta dengan santainya langsung melangkahkan kaki tanpa menunggu jawaban dari orang itu terlebih dahulu.
Siapa mereka, kenapa Peyvitta tidak ingin berlama-lama dengan mereka?
Orang yang tadi menanyakan Reynard adalah Pelvetta, lebih lengkapnya Pelvetta Aquenne Nadeva. Namanya mirip? Ya iyalah mirip, dia adalah kembarannya Peyvitta.
Kalau orang yang baru saja Peyvitta temui adalah Della, lebih lengkapnya adalah Adelia Maharani Nadella. Della adalah adik dari Peyvitta dan juga Pelvetta.
Kenapa mereka berdua terlihat tidak akrab saat bertemu dengan Peyvitta?