Tanpa terasa air mata mulai menetes di wajahku. Ah, aku menangis lagi. Padahal aku bertekad untuk tidak menangis lagi, tapi perasaan sedih ini benar-benar menghancurkanku. Vika menatapku dengan tatapan, ah entahlah aku tidak dapat mengartikan tatapannya, mungkin kasihan?
"Ternyata, selama ini hanya aku yang mencintaimu…," bisikku sambil tersenyum pahit.
Deg…
Vika tertegun. Gadis itu mengepalkan tangannya dan menggigit bibirnya berusaha menahan air mata yang hampir menetes. Dia kemudian segera masuk kedalam mobil.
"Jalan pak…," kata Vika dengan sedikit terisak.
Pak Sapri memandang majikan kecilnya dengan wajah prihatin dari spion depan.
Selama perjalanan pulang yang terasa panjang dan menyesakkan itu, hanya terdengar isakan kecil dari Vika yang tidak berhenti menangis.
Aku menengadah memandang langit malam, berusaha menghapus sisa-sisa air mataku. Sebenarnya ini hari apa? Kenapa semua hal yang aku miliki hilang dalam satu hari?