Meski Daniel adalah sepupunya, tapi melihat Vika begitu bahagia bersama Daniel membuat hatiku sakit. Jelas sudah. Memang tidak ada tempat untukku di hatinya. Mungkin ini saatnya untuk menyerah. Selama sebulan ini aku sudah membuntutinya dan memperhatikannya untuk mengetahui perasaanku dan aku yakin kalau perasaanku tidaklah salah. Aku memang mencintainya, tapi kalau Vika tidaklah ada perasaan padaku, tidak ada yang dapat aku lakukan. Kalau dulu kami masih terikat pertunangan, tapi sekarang? Hubungan kami bukan apa-apa lagi. Kalau ketemu ditengah jalanpun baik aku dan Vika tidak wajib untuk menyapa. Karena memang sudah tidak ada apa-apa lagi diantara kami.
Aku menyenderkan kepalaku di kursi pengemudi. Mengangkat tangan kiriku dimana sebuah benda berkilau melingkar manis di jari manisku. Itu adalah cincin pertunanganku. Memakainya sekarang disaat aku sudah bukan tunangan Vika lagi benar-benar membuatku terlihat menyedihkan. Apa mungkin sebaiknya aku mencari pacar lagi dan segera menikah? Atau aku lebih baik pergi merantau keluar negri dan tidak usah kembali lagi kesini? Sepertinya pilihan kedua yang terdengar lebih baik. Ah, aku menarik napas panjang, perlahan kuinjak gas dan pergi dari sekolah Vika. Ini adalah yang terakhir kalinya aku kesana.