Hingga menjelang siang, aku masih belum juga bertemu dengan Vika. Tadi pagi memang aku melihatnya sedang menyiram kebun, namun setelah aku selesai sarapan, gadis itu menghilang dan tidak dapat ditemui dimanapun. Hingga akhirnya bi Sumi datang menyampaikan pesan padaku kalau Vika tidak ingin menemuiku sama sekali dan memintaku untuk segera pulang. Meski kecewa tapi aku memakluminya, aku-pun rasanya tidak punya muka sama sekali didepannya setelah kejadian semalam, tapi apakah kalau sudah tidak bertunangan artinya kami tidak bisa berteman sama sekali bahkan untuk menyapa saja dia tidak mau?
Bi Sumi memandangku dengan wajah sedikit memohon, aku tahu, akupun tidak ingin mempersulit posisinya disini karena dia hanya menyampaikan apa yang majikannya ingin katakan. Akhirnya dengan berat hati aku pergi dari rumah itu selepas makan siang. Dengan mengendarai taksi aku kembali ke bar tempatku mabuk semalam untuk mengambil mobil.
Kejadian hari ini membuatku berpikir, kalau memang sudah tidak ada harapan ya sudah. Aku akan belajar menerimanya. Sebenarnya dari semenjak Vika secara gamblang mengatakan kalau dia tidak ada perasaan padaku, aku sudah menerimanya dengan lapang dada, tapi memang dasarnya manusia, aku masih ingin tahu apa aku masih ada kesempatan, tapi ternyata nihil. Daripada Vika semakin membenciku, memang sebaiknya aku menghilang.