Aku kembali ke bar tempatku dulu mabuk untuk melepas penat malam itu. Tapi kali ini aku hanya meminta segelas soda tanpa alkohol. Aku tidak mau teler lagi dan terbangun dirumah Vika keesokkan harinya. Meski hingga sekarang aku tidak tahu kenapa aku bisa ada dirumahnya waktu itu.
Aku sedang bermain sudoku dengan serius saat seseorang mencolek pundakku membuatku menoleh. Kulihat Daniel, sepupu Vika tersenyum lebar padaku. Ha? Kok anak ingusan macam dia bisa ada di bar malam-malam begini?
Dia mengambil tempat duduk di sebelahku tanpa ijin dan bertanya kenapa aku ada disini. Hei, itu bukanlah pertanyaan yang harus di lontarkan cowok 18 tahun pada pria 25 tahun. Justru akulah yang harus bertanya padanya. Lalu dia bilang ini adalah bar milik kakak temannya.