Mama memasuki kamarku dengan wajah khawatir. Saat ini orang yang paling tidak aku ingin temui adalah mama. Mama-lah penyebab semua ini terjadi. Kalau saja mama tidak mengatakan hal omong kosong itu pada Vika, mungkin segalanya berbeda sekarang. Aku benar-benar sangat kecewa pada mama sekarang meski aku masih menghormatinya. Mama mempertanyakan kebenaran dari kata-kata cinta yang aku ucapkan pada Vika tadi. Mama tidak percaya kalau aku akan jatuh cinta pada gadis SMA itu. Apalagi mama tahu kalau aku punya kekasih yang sangat cantik yaitu Winna.
Diantara semua pacar-pacarku terdahulu, Winna adalah salah satu menantu idaman mama. Menurut mama, Winna begitu sempurna dan tanpa cela. Selain itu, aku akui kalau Winna memang pandai mengambil hati mama sejak pertama kali aku ajak menemui keluargaku. Aku rasa mama kecewa jika mengetahui kalau aku sudah putus dengan Winna.
"Kenapa mama melakukan hal tidak berguna seperti itu?" Tanyaku pelan. Aku tidak bisa menutupi rasa kecewa dalam nada suaraku.