"Vi, apa kamu yakin dengan hal ini?" tanyaku dengan menahan perasaan kesal yang tiba-tiba saja datang. Vika menatapku sejenak lalu membuang muka. Melihatnya seperti itu benar-benar membuat amarahku meledak.
"Tatap aku, Vi. Kamu tidak bisa memutuskan seenaknya saja. Kamu tidak bisa mengabaikan perasaanku begitu saja!" teriakku marah.
Vika tersentak. Papa dan mama berusaha meredakan amarahku yang keluar begitu saja, aku sendiri merasa bersalah telah berteriak pada Vika, tapi perasaan kesal yang menumpuk seharian ini membuatku merasa sangat frustasi. Ditambah hal ini akhirnya terjadi, disaat aku ingin memulai hubunganku dengan Vika dari awal, kenapa hal ini harus terjadi?