Papa kembali membuka pembicaraan diantara kami berempat, dia ingin agar Vika kembali mengatakan maksud dan tujuannya datang kerumah kami malam ini. Dan bagai disambar petir disiang bolong saat aku mendengar Vika mengatakan kalau dia ingin membatalkan pertunangan antara aku dengannya. Vika mengatakan itu dengan tegas dan lugas, tidak tampak ragu sedikitpun dari cara bicaranya. Aku merasa duniaku runtuh seketika saat itu juga.
Papa tampak menghela napas, dan mama diam-diam menarik seulas senyum mendengar Vika kembali mengulang apa yang ingin disampaikannya. Mama memang yang paling menentang pertunangan ini sejak dulu. Mama menerima pertunangan ini hanya karena menghormati almarhum kakek Vika, kakek Thomas yang sudah banyak berjasa pada keluarga kami dan membantu kami lepas dari kebangkrutan. Namun sekarang, kakek Thomas sudah tidak ada, kesempatan mama untuk membatalkan pertunangan ini terbuka lebar.