Fara sudah dipindahkan diruang ICU.Sekarang keadaannya pun kritis,ditangannya terdapat selang infus dan dihidungnya terdapat selang makanan yang berfungsi untuk menutrisi dirinya agar bisa tetap terjaga serta lehernya yang dipakaikan cervical collar (penyangga leher).
Fara masih memejamkan matanya,Vano yang masih setia menjaga pun sesungguhnya ingin menghubungi pihak keluarga fara,namun ia tidak tahu dimana letak rumah fara.
"Belom siuman dia no?" tanya gani disela makan mereka,sekarang mereka sedang berada di kantin rumah sakit.
"Belom" jawab vano seadanya
"Lo gamau hubungin pihak keluarga dia?" tanya gani lagi
"Gue mao hubungin lewat mana?" tanya vano dengan menatap gani malas
"Iya juga si" ujar gani dengan menganguk nganggukkan kepalanya
"Lah si pea kan si fara satu sekolah sama kita,kenapa gak nanya pihak sekolah aja?" ujar gani yang tumben otaknya jalan
"Tumben pinter" ucap vano seraya meminum es tehnya
Gani yang mendengar ucapan vano menggerlingkan matanya "Siapa dulu gitu Gani" ucap gani serya menaik naikkan alis serta menyugar rambutnya kebelakang
"Sok ganteng" ucap vano yang langsung berlalu pergi
"Vano sialan gua santet beneran ni bocah lama lama" ujar gani yang langsung mengikuti vano
Gani yang baru ingin beranjak mengikuti langkah vano diteriaki oleh penjual kantin rumah sakit "Ehhh kamu mau kemana atuh?Bayar dulu makanannya!Semua totalnya 50.000" ujar sang penjual tersebut
"Belom bayar?" tanya gani yang menautkan alisnya.Seingat gani tadi vano bilang ia ingin memnayarkan makanannya.
"Belom atuh kang"
Gani pun langsung mengeluarkan dompet dan mengeluarkan uang 50.000 "Nih mba,makasih ya" ucap gani dengan senyum terpaksa
"Iya atuh sama sama" ujar penjual tersebut setelahnya berlalu pergi
"Vano sialan,kayanya gua harus nyantet dia beneran" gumam gani yang langsung berlalu pergi meninggalkan kantin
***
Diruang rawat fara,vano masih setia menunggu fara bangun.Sepertinya ia tidak ingin menghubungkan pihak keluarga fara,jika nanti keluarga fara ada yang menghubungi pihak sekolah barulah ia memberi tahu.
Vano berjanji akan menemukan siapa orang dibalik semua ini.Ia sangat yakin ada dalang dibalik kejadian yang menimpa fara.
Vano yang matanya terus terpaku kearah fara melihat pergerakan dari jari jemari fara,dengan spontan ia langsung berdiri menuju kearah fara lalu menekan nurse call bell (pemanggil perawat) dengan cepat dan tak lama dari itu seorang perawat datang.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang perawat
"Tadi saya liat jari jari dia gerak sus" ujar vano tak sabaran
"Ohh seperti itu baik saya panggilkan dokternya dulu" ujar sang perawat yang langsung berlalu pergi
Vano hanya mengangguk,lalu ia melihat lagi wajah fara yang membuat hatinya berdesir hebat tak karuan.
"Anda bisa keluar dulu" ujar dokter tiba tiba yang membuat vano langsung menolehkan kepalanya kearah sang dokter lalu melenggang keluar
Keluarnya vano dari dalam membuat gani yang tadinya hanya memejamkan mata menolehkan kepalanya.
"No" ucap gani memecah keheningan diantara mereka
"Hm"
"Besok sekolah?" tanya gani
"Gua harus jaga fara" ujar vano
"Tapi kan--
Ucapan gani terputus akibat dokter yang keluar dari ruang rawat fara.
"Kalian keluarga pasien?" tanya dokter itu
"Bukan dok saya temennya" ujar vano
"Oh baik,apa kamu bisa ikut saya?" tanya sang dokter kepada vano
Vano menganggukkan kepalanya lalu menepuk pelan bahu gani.Gani yang ditepuk bahunya mengerti apa maksud vano.
Gani melihat vano yang sudah menghilang,lalu ia menuju keruang rawat fara.
Cklek...
Pintu terbuka dan menampilkan fara yang matanya sudah terbuka memandang keatas dengan pandangan kosong.
"Hai" ucap gani canggung ke fara
Fara yang melihat orang asing didepannya,mengkerutkan kening dan bertanya "Kamu siapa?"
"Oh kenalin gue Gani Surendra temen oroknya vano" ujar gani seraya tersenyum,fara pun membalas dengan senyuman tipis
"Lo udh baikan?"tanya gani yang hanya diangguki oleh fara
"Syukurlah jadi vano garepot repot jagain lo terus" ucap gani yang menyentuh sedikit hati fara
"Ma.. maksud kamu?" ujar fara
"Lo gangerti?Gara gara jagain lo doang vano jadi gamasuk sekolah!" ucap gani yang menatap fara sebal
"Jadii yang bawa aku kerumah sakit ini?--
"Ya vano lah masa iya setan" ucap gani memotong ucapan fara
"Makasih" gumam fara pelan
"Makasih sama vano bukan gue" ujar gani
"Emm gani,vano kemana?" tanya fara pelan
"Keruang dokter" ujar gani dan fara hanya membulatkan bibirnya berbentuk "O"
"Ehiya lo ada nomor keluarga lo kan?" tanya gani seraya menatap mata fara lekat
"Aku gahapal nomor ibu" ucap fara menatap balik mata gani dengan wajah polosnya
Gani yang ditatap balik oleh fara jantungnya berdetak tak karuan,ia memalingkan wajahnya dan mengangguk nganggukkan kepalanya sebagai tanda jawaban.
Setelahnya hanya keheningan yang tercipta diantara mereka.Keheningan itu tak lama ketika mendengar suara pintu yang terbuka.
Vano berjalan kearah Fara,ia menatap lekat wajah yang selama ini terngiang ngiang diotaknya.Ia bersyukur akhirnya Fara membuka matanya,dan Fara yang ditatap seperti itu oleh vano memalingkan matanya kearah lain.
"Kejadiannya gimana?" tanya vano yang memecah keheningan diantara mereka ber3
"Ke..kejadian apa?" tanya balik fara
"Gausah pura pura" ujar vano yang tetap menampilkan wajah dinginnya
Fara diam,ia memutar kejadian dimana meta melakukan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.Air mata lolos begitu saja dikedua matanya,vano yang melihat itu memanggil manggil nama fara namun tak dihiraukan.
"Far... Fara!" ucap vano seraya mengguncang pelan tangan fara
"Eh...emm gimana?" tanya fara ling lung
"Vano nanya siapa yang bully lo sampe bikin lo kritis 2 hari" ujar gani yang masih asik dengan handphone yang digenggamnya
"Kritis 2 hari?!" ujar fara yang terlonjak kaget
"Hm" gumam gani
"Terus nanti biaya rumah sakitnya?Aku--
"Gausah mikirin biaya rumah sakit,lo pikirin dulu kesehatan diri lo sendiri" ucap vano yg memotong ucapan fara
"Gak bisa gitu van,aku gamau ngerepotin siapa siapa,jadi tolong biarin aku keluar dari rumah sakit ini secepatnya" ucap fara
"Tapi lo baru selesai kritis fara!" bentak vano yang membuat fara ketakutan
"Maa...maaf" gumam fara yang memalingkan wajahnya kesamping
"Lo jangan gitu van,gosah bentak bentak dia" ujar gani yang menatap sebal kearah vano
"Keluar lo!" ujar vano dingin
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi gani melenggang pergi keluar.
"Far" ujar vano menatap lekat wajah fara.Fara diam tak menggubris ucapan vano,ia masih shock vano membentaknya.Walaupun ia sering dibentak bentak namun rasanya sangat beda jika dibentak oleh vano
"Fara" ujar vano lagi
"Maaf" ujar vano seraya menundukkan kepalanya.Baru kali ini ia tidak bisa melihat seorang wanita yang tidak dekat dengannya merasa takut jika kehilangan.
Fara menolehkan wajahnya,ia melihat vano yang sedang menundukkan kepalanya.
"Van..aku yang minta maaf,aku minta maaf karena kamu bentak gitu aja langsung shock padahal rasanya tiap hari aku dibentak bentak,makasih udah mau repot repot rawat aku,makasih udah buktiin ke aku kalo didunia ini isinya gacuma orang jahat aja" ujar fara seraya tersenyum tulus kearah vano
Vano yang mendengar fara seperti mencurahkan hatinya pun ikut tersentuh tak lama ia pun ikut tersenyum kearah fara.
"Far,gue gatau beban dihidup lo apa aja,gue gatau setiap harinya lo ngalamin apa aja,tapi lo bisa selalu inget kalo dihidup lo gacuma ada sesuatu yang buruk, sesuatu yang indah pasti bakal dateng dimasanya.Tunggu waktu indah itu dateng ya far,lo harus kuat" ujar vano yang menatap mata fara lekat.Ia melihat dimata fara banyak kesedihan didalamnya,ia tau fara perempuan kuat maka dari itu ia sangat menyukai fara
Menyukai?pernyataan macam apa yang ada dibenak dirinya.
"Makasih" ujar fara pelan disertai senyum tulus dan air mata yang jatuh,kali ini bukan air mata kepedihan namun air mata bahagia yang membuat hatinya nyaman.
***