Langit sudah mulai gelap. Elish dan ketiga temannya sampai di rumah Elish. Tanpa basa-basi lagi ketiga teman Elish itu menerobos masuk ke rumah Elish. Sebelumnya Eva sudah merebut kunci dari tangan Elish dan langsung membuka pintu yang ada di hadapan mereka.
Dasar tidak sopan. – Gerutu Elish datar dalam hati.
***
"Hahaha.. haha.." Gelak tawa terdengar, mengganggu waktu tidur Jovan yang nyaman.
"Siapa lagi kali ini?" Jovan bertanya-tanya sembari bangkit dari tidurnya dan menembus dinding kamar Elish, langsung menuju ruang tamu.
Pria itu mengucek matanya sebentar lalu menatap ke sekililing ruang tamu dan mendapati Elish dan tiga gadis yang tak asing sedang tertawa ria di sana.
"Ah.. mereka ternyata." Gumamnya kemudian menembus dinding dan kembali ke kamar Elish.
***
"Aku ke kamar dulu." Ucap Elish sambil bangkit berdiri. Gadis itu melangkah pergi dari hadapan Eva, Lyora dan Liony setelah ketiganya mengangguk.
Ceklek!
Elish menutup pintu kamar dan melangkah menuju kasur tidurnya. Ia menatap datar wajah Jovan yang sedang terlelap di atas kasur tidur itu.
"Ekhm!" Elish berdehem, "Apa kau akan tidur selamanya?" bisik Elish tanpa ada niat mendekat pada pria transparan di hadapannya.
Mendengar suara Elish, Jovan langsung membuka kedua matanya lebar-lebar. Ia segera bangkit dan duduk sambil tersenyum pada Elish.
"Apa kau mau menjawabnya sekarang?" Tanya Jovan dengan semangat.
"Tidak." Jawab Elish singkat, dan hal itu berhasil menghilangkan senyuman di wajah Jovan.
"Lalu?"Tanya Jovan lagi.
"Kita tidak bisa bicara di sini. Ayo ke kamar mandi." Ujar Elish.
APA?!!
Jovan berkedip berkali-kali. Berusaha memahami perkataan Elish. Jujur, saat ini ia tidak bisa berpikir positif. Yang ada di bayangannya saat mendengar kata 'kamar mandi' adalah..
"Jangan berpikir yang tidak-tidak! Cepat ikut aku!" Ketus Elish dengan suara yang masih berbisik.
Sial, aku ketahuan. – Rutuk Jovan dalam hati.
"Baiklah." Ucap Jovan.
***
"Sekarang apa?" Tanya Jovan begitu sampai di kamar mandi.
"Malam ini kau tidur di kamar Peter. Okey?" Ujar Elish.
Jovan mengernyitkan dahi, ia bingung.
"Kamar Peter? Kau serius?" Tanya pria transparan itu dan dibalas anggukan oleh Elish, "Bukankah kau yang mengatakan kemarin kalau aku tidak boleh menyentuh kamar Peter?" sambungnya lagi, membuat Elish berpikir keras. Benar juga, dia memang pernah mengatakan itu.
~ Flasback on ~
Malam itu, Jovan terbangun dari tidurnya dan mendapati Elish masih terjaga dengan tangan yang sibuk mengetik di atas laptop. Jovan meracau, "Kau belum tidur?"
Elish yang mendengar racauan Jovan menoleh, "Yeah." ucapnya kemudian melanjutkan kegiatannya.
Jovan menghela napas panjang, "Elish.."
"Hm?"
Jovan menatap ke langit-langit dan terdiam sesaat, "Kau memiliki dua kamar di rumah ini." Jovan kembali terdiam.
"Lalu?" Tanya sembari Elish menoleh lagi pada Jovan.
Jovan beralih pada Elish, ia berkedip dua kali, "Kenapa kau membiarkanku tidur di sini? Di kamarmu."
"Itu kamar adikku. Dia tidak suka kamarnya disentuh orang lain, kecuali aku. Bahkan Ayah dan Ibuku tidak dibiarkannya menyentuh kamar itu jika tidak di bawah pengawasannya. Cukup brengsek memang. Dia orang yang sangat peka, ia akan langsung mengetahui jika ada yang menyentuh kamarnya. Aku tak ingin memancing amarahnya, jadi lebih baik kau tidur di sini." Jelas Elish kemudian kembali melanjutkan kegiatannya mengerjakan tugas.
"Ah.. okay.."
Sebenarnya Jovan tidak mencerna dengan baik penjelasan Elish, ia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.
"Aku.. akan kembali tidur." Ucap Jovan.
Elish mengangguk, "Hm. Tidurlah." ucapnya.
~ Flashback off ~
"Apa kau ingin melihat aku dihajar oleh Peter untuk kedua kalinya?" Jovan semakin bingung, "Lagipula, kenapa? Kenapa kau memintaku untuk tidur di kamar psikopat itu?"
Elish menatap Jovan datar, "Apa kau barusan menyebut adikku psikopat?"
"Oh? Apa aku berkata seperti itu? Haha, tidak. Maksudku, kenapa kau memintaku untuk tidur di kamar Peter?" Ucap Jovan.
Elish menghembus napas kasar, "Terserah. Aku tidak bisa berlama-lama. Intinya, kau harus tidur di kamar Peter karena teman-temanku akan menginap di sini untuk beberapa hari."
"Tunggu, kau bilang apa tadi? Teman-temanmu akan apa?" Tanya Jovan yang entah mengapa mulai panik.
Elish menatap Jovan datar, "Menginap. Mereka akan menginap untuk beberapa hari."
"Beberapa hari?!" Pekik Jovan.
Wajah Elish semakin datar, "Jangan terlalu dramatis seoperti itu. Untuk apa kau mengulang kata-kataku?"
"Eh? Aku hanya.." Kalimat pria itu terhenti.
Elish menaikkan kedua alisnya, memberi isyarat agar Jovan melanjutkan kalimatnya.
Jovan sedikit cemberut, "Ugh, lupakan saja."
"Baiklah. Tampaknya kau sudah mengerti. Jangan membuat masalah dan tetaplah tenang." Ujar Elish kemudian melangkah keluar dari kamar mandi.
***
Kriuukk..!!
Eva yang sibuk mengunyah di atas kasur tidur membuat suara renyah keripik memenuhi ruang kamar Elish malam ini. Gadis itu tak peduli dengan Lyora dan Liony yang saat ini sibuk mempersiapkan alat make-up untuk pemotretan Elish besok.
Eva menatap Elish yang duduk di atas kasur di sisi kirinya. Tampak Elish sangat fokus dengan ponselnya. Eva mengernyitkan dahi dan bergumam, "Aneh.."
Eva segera mendekati Elish dan mengintip ke layar ponsel Elish dan mendapati sesuatu yang tak asing sedang dibuka oleh Elish. Matanya membelalak begitu sadar apa yang Elish buka.
"Instagram??!" Pekik Eva, membuat ketiga temannya -termasuk Elish- menoleh padanya.
Elish dalam sekejap langsung mengunci ponselnya. Gadis itu langsung melompat turun dari kasur tidur, "Uhm.. aku pergi keluar sebentar. Aku harus-"
"Tutup mulutmu." Ketus Eva memotong kalimat Elish.
"Teman-teman, aku bisa jelaskan. Ini hanya.." Kalimat Elish terhenti saat melihat ketiga temannya yang serempak menaikkan alis dengan tangan bersila pula.
"Aku.." Elish berpikir sejenak, "..harus ke kamar mandi."
Klek! - Lyora mengunci pintu.
Elish menghela napas dan tersenyum pasrah, "Tentu saja.. tentu saja aku akan menjelaskannya.. sekarang."
***