Pertengahan musim gugur. Daun-daun maple berwarna merah jatuh berguguran. Antony dan Aron berada di dalam mobil sedan hitam keluarga Merlin. Antony duduk di balik kemudi melihat dengan teropong ke arah Redita dan Radit dari kejauhan sedang duduk berdekatan di bangku panjang pinggir danau Plitvices. Memadu kasih di sana. Terlihat Redita menyandarkan kepalanya di bahu Radit.
Antony mengambil teropongnya dan mengintai ke segala arah. Merlin sudah berpesan kepadanya agar jangan mengawasi Redita terlalu dekat jika ia sedang bersama Radit. Dengan terpaksa Antony dan Aron mengamati dari kejauhan. Bahkan terlalu jauh sampai-sampai tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Padahal seperti yang sudah-sudah, Antony selalu berada di dekat Redita dan mengetahui berbagai macam informasi yang melibatkan pembicaraan di antara Redita dan siapa pun itu. Setidaknya, sebuah alat kecil penjejak yang dapat merekam suara Redita selalu menempel pada tas atau pun pakaian wanita itu tanpa ia ketahui dan Antony tinggal menghubungkan dengan earphone-nya agar bisa mendengar pembicaraan mereka. Namun khusus hanya dengan Radit, Merlin juga berpesan jangan mendengarkan pembicaraan antar sepasang kekasih yang sedang kasmaran dan menjadikan benda canggih itu tidak berguna sama sekali sore itu.
Aron meraih snack yang ia bawa dari mansion. Sebungkus makanan ringan yang terbuat dari tepung beras dengan rasa gurih menggoda seleranya. Dia membuka bungkusan itu dan mulai memakannya. Pria itu menoleh ke arah sahabatnya.
"An, mau tidak?" Aron menawarkan snack-nya. Mengulurkan snack itu menepel pada lengan Antony.
Antony menurunkan teropongnya, segera menoleh kepada Aron. "Tidak!"
Aron menarik tangannya kembali dan mengunyah satu demi satu snack berpotongan kotak itu ke dalam mulutnya. Sedangkan Antony kembali memantau situasi.
"Kau tau Ron, sepertinya pengawasan seperti ini kepada Nona Redita terlalu berlebihan. Sudah berbulan-bulan aku mengikuti Nona Redita dan tidak ada situasi yang lebih berarti dibanding cerita Martin mengenai bisnis Tuan Merlin yang sedang tidak bagus pada pabrik senjatanya. Banyak buruh yang mendemo Tuan Merlin karena situasi global yang sedang tidak baik. Belum lagi mengenai penjualan minuman beralkoholnya yang kemarin sempat ada masalah saat akan menjual benda-benda itu keluar negeri. Pemerintah sempat menunda aktivitas ekspornya karena minuman-minuman itu dijual dengan harga termurah dan tidak sesuai dengan ketetapan dari Legiland," tutur Antony dengan nada datar. Aron hanya mengangguk-angguk saat mendengar penuturan Antony. TIdak segera mendapat respon dari Aron membuat Antony menoleh ke arah sahabatnya itu. "Hei, apa kau tidak mendengarkanku, Ron?"
"Aku mendengarmu, An. Penuturanmu lebih terdengar seperti seseorang yang sedang berkeluh kesah. Bukankah kemarin sempat ada sekelompok orang yang ingin membunuh Nona di acara reuninya? Dan kau sukses mencegah orang-orang itu untuk melancarkan aksi mereka," timpal Aron memutar kepalanya sembilan puluh derajat menatap Antony tajam.
"Iya sih, Ron," sahut Antony dengan suara merendah.
"Apa kau sudah bosan memantau Nona Redita?" tebak Aron balik bertanya kepada Antony. Pria itu lalu meraih beberapa potong snack dari dalam bungkusan dan memasukkannya kembali ke dalam mulut yang tidak berhenti mengunyah itu.
"Sedikit. Aktivitas seperti ini sangat menjenuhkan. Nona Redita pun sudah mulai protes dan meminta kepada Tuan Merlin untuk segera menggantikanku. Aku pikir kemarin adalah hari terakhirku mengawasi wanita itu tapi nyatanya Tuan Merlin masih mempercayakanku mengawasi putrinya."
"Tuan Merlin sangat mempercayaimu, An. Dibanding harus terlibat dengan kesulitan bisnisnya, dia malah memintamu menjaga salah satu anggota keluarganya yang tidak akan ternilai dengan asset sebanyak apa pun. Aku suka gaya Tuan merlin. Suatu saat ingin berkeluarga dan merasakan perasaan seperti itu," ucap Aron berandai-andai. Kehidupan sebagai mafia membatasinya bergaul dengan dunia luar karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan yang berkaitan dengan bisnis ilegal dan profesinya sebagai intel keluarga Merlin.
"Kau sudah mulai bosan rupanya …," timpal Antony dengan senyum menyeringai.
"Tidak, An. Aku sangat enjoy bekerja di keluarga Merlin. Terlebih Tuan Merlin yang sangat baik padaku. Tidak bisa kubayangkan dua puluh sembilan tahun yang lalu orang tuaku membuangku di depan mansion Merlin. Mungkin jika Tuan Merlin tidak memungutku saat itu, aku pasti sudah mati," jelas Aron yang mulai tenggelam dalam ingatan masa lalunya yang sedikit kelam. "Kau tahu An, kadang-kadang aku ingin mencari tahu siapa kedua orang tuaku. Aku sudah menelusurinya dan tidak juga mendapat petunjuk. Apa mereka masih ada? Apa mereka mencariku?"
Antony menghela napas perlahan kemudian berkata, "Bersyukur sajalah kau, Ron. Tuan Merlin sudah sangat baik mengurus kita sejak kecil. Pelan-pelan nanti kau juga akan mendapatkan petunjuk siapa sebenarnya kedua orang tuamu."
"Mudah-mudahan, An. Haish! mengapa juga aku mengikutimu memantau orang yang sedang kasmaran?!" keluhnya.
"Aku butuh teman saat ini. Mengawasi Nona Redita yang sedang berpacaran akan memerlukan kesabaran luar biasa jika aku sendirian saja. Setidaknya jika ada teman, rasa jenuhku akan menghilang sedikit, Ron," jawab Antony seraya mengangkat kedua sudut bibirnya tersenyum.
"Ehm … bilang saja kau iri! Untung saja aku sedang tidak banyak pekerjaan sekarang. Aku tahu menjalani hubungan asmara jarak jauh dengan kekasih hati sangat tidak enak. Kapan terakhir kau libur?" tanya Aron.
"Dua bulan lalu," jawab Antony singkat.
Terakhir rehat dari pekerjaannya, dia datang ke kediaman Rachel untuk mengobati rasa rindu yang menggebu. Bukan mendapat sambutan hangat, Antony justru mendapatkan surat dari orang tua Rachel. Surat putus yang membuatnya patah hati di kala itu juga. Rachel mengatakan akan segera menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu dia sengaja tidak mengambil jatah liburnya dan malah tenggelam akan kesibukannya mengawal Redita.
"Oh ayolah, An. Sebaiknya kau segera meminta rehat sekitar satu minggu kepada Tuan Merlin. Waktu selama itu bisa kau gunakan untuk berlibur bersama Rachel ke beberapa tempat. Kalian bisa memadu kasih bersama saat itu juga. Tentunya itu baik untuk kesehatan mental dan hatimu daripada harus memantau Nona Redita bermesraan dengan pria itu," saran Aron membuat Antony menarik napas dalam-dalam dan membuangnya sangat berat.
"Aku sudah putus dengan Rachel," ucap Antony mengaku kepada Aron tiba-tiba.
Kedua mata Aron membola mendengar pengakuan Antony. Dia tidak menyangka sahabatnya telah menjomlo dan ia tidak tahu sama sekali hal itu. Aron ikut menghela napasnya lalu menepuk bahu Antony pelan.
"Aku yakin, kau akan cepat mendapat gantinya, An. Walau kau terkesan dingin, aku tahu kau adalah pecinta wanita sejati," timpal Aron terkekeh.
Antony hanya memasang setengah senyumnya. Ia lalu meraih teropongnya kembali ke arah bangku panjang di tepi danau. Namun Redita dan Radit tidak ada di sana.
"Shit! Ke mana mereka?!" umpat Antony saat menyadari mereka telah menghilang.
"Kenapa, An?" Aron sontak kaget mendengar umpatan Antony.
"Mereka menghilang, Ron!"