Pertengkaran mereka memecah sepinya malam . Rey maupun Rama silih berganti melayangkan tinju . Kegaduhan tak dapat terelakan didalam rumah . Semua orang panik , berlarian menuju tempat kedua lelaki tersebut bertengkar . Namun satu-persatu langkah mereka terhenti diambang pintu . Tak ada satu orang pun berani mendekat kedalam pertengkaran kedua singa itu . Mereka saling meraung , mencakar maupun menggigit seperti sedang mempertahankan wilayah teritorialnya . Sungguh sengit ! .Darah mulai terlihat mengalir dari kedua singa jantan itu. Mama terlihat menangis disana sembari berteriak meminta kedua lelaki itu menyudahi pertengkaran mereka . Namun tak ada satu orang pun yang mengindahkannya . Sementara itu Ita segera menyusul adikku yang sejak tadi memanggil namaku dari balik pintu kamar . Kedua orang itu terus memintaku untuk keluar dari kamar .
"BERHENTI" . Ku teriakkan kata itu lantang dari jendela kamar . Dua wajah lelaki itu menatapku . Tangan kiri mereka saling mencengkram kerah baju satu sama lain . Tangan kanannya sudah pasti posisi akan saling memukul . "GIA ..." . Mereka berucap bersamaan .
Seketika pertengkaran kedua singa jantan itu berhenti . Rey mulai menurunkan cengkraman tangannya diikuti oleh Rama setelahnya. Aku melemparkan tatapan masam pada mereka berdua . "BERHENTI ATAU KU PANGGILKAN POLISI !!" . Mereka merenggangkan jarak . Meski mataku masih sembab tak henti kulayangkan pandangan ke arah mereka , sembari melanjutkan kata-kataku . "JANGAN ADA YANG BERGERAK , AKU TURUN SEKARANG ".
Malam semakin larut dan banyak pasang mata dibalik korden menerka-nerka adanya . Kebanyakan dari pasang mata itu hanya diam tak ingin ikut andil . Mungkin mereka takut akan pertengkaran kedua singa tadi . Beruntung mereka belum sempat menelepon polisi . Aku tak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika banyak polisi berdatangan saat ini . Coba bayangkan rumah calon pengantin tiba-tiba didatangi satu mobil polisi , pasti berita itu akan di goreng masyarakat setempat dengan beberapa isu . Tuhan , selamatkan kami semua ku mohon.
Kini langkahku sampai di depan pintu . Kedua singa jantan itu malah menjelma menjadi seekor anak kucing , memberi tatapan memelas dan berdiri memaku menatapku . Masih ku beri mereka tatapan masam . Ku gelengkan kepalaku saat ku tatap darah yang mengalir dari kedua tubuh pria itu . Wajah mereka babak belur , bahkan seragam Rama penuh bersimbah darah . Ku lanjutkan langkahku menuju mereka berdua . "Berhenti , jangan bergerak " . Ku lemparkan ancaman sekali lagi pada kedua lelaki itu .
"Aku bisa jelasin , sayang " . Rama memulai percakapan .Namun hanya ku lempar tatapan tajam. begitu juga Rey mencoba menjelaskan . "Gia , aku jelasin dulu ya" . Sama seperti sebelumnya hanya ku lempar tatapan tajam padanya .
Aku berdiri diantara kedua lelaki itu . Diantara jarak mereka aku menatap lurus ke arah pintu gerbang . "Dengar , aku bakal bicara satu kali dan jangan dibantah !" . Ku lanjut dengan menatap ke arah mereka berdua . "Tapi ..." . Rey mencoba menyela . Kembali kuberi tatapan masam dan sedikit melotot ke arahnya . " Baiklah" . Ia mencoba menurut . Aku menghela nafas panjang . "Kalian tau apa yang kalian lakukan ?". Mereka menunduk lesu . " aku kecewa sama kalian ! ini bukan medan perang tak sepantasnya tetesan darah itu menetes disini , kamu lagi kak Rey... kamu polisi apa pantas seorang aparat mencontohkan tindakan tercela seperti ini ? " . Rey menggeleng pelan . "Terus kamu Rama , kamu masih pakai seragam enggak malu sama seragam itu ?" . Rama hanya terdiam . "Aku cuma butuh waktu buat menenangkan diri , kenapa kalian kayak gini ?" . Rama menarik tanganku dan memelukku . "Maaf , aku takut kehilangan kamu , Gia " . Aku menahan agar tidak membalas pelukkannya . " Ram , lepas aku belum selesai ngomong " . Rama menatapku . "Maaf " . "Kalian sekarang ikut aku , obati dulu semua lukanya baru kita bicara sama keluarga di ruang tengah ". Tegasku .
Semua orang mulai kembali masuk ke dalam rumah . Diikuti para lelaki itu masuk . Tak lupa beberapa mata dibalik korden juga ikut menghilang .
***
*Kereta api Jakarta –Semarang
"Aku harus sampai disana tepat waktu " . Gumam Arlindita diatas bangku kereta api. Sebuah koper besar nampak menemani perjalan Arlindita . Perempuan gila itu sepertinya merencanakan sesuatu. Mulutnya terus bergumam yang tak jelas . Sesekali tangannya memainkan kuku jemarinya . Duduknya tak tenang . Ia senderkan kepalanya di bangku dan sesekali juga Ia tundukan kepalanya .
GILA ! itu sebutan yang tepat untuk Arlindita Prameswari . Semenjak kelihangan Dito hidupnya semakin hancur . Sebenarnya hanya Dito Nasution tujuan akhirnya . Namun kini pria itu telah tiada . Ia semakin hilang arah ketika harus menerima fakta bahwa sahabatnya harus menikah dan sahabat lainnya tak memperdulikan dirinya lagi . Mungkin perempuan itu takut tak ada orang yang dapat menemani hidupnya kelak .
Dahulu saat kabar kehamilan Arlindita terdengar , keluarga Arlin seolah acuh tak acuh dengan kondisinya . Bahkan lebih parahnya orang tuanya sama sekali ingin tau langkah selanjutnya yang akan putrinya ambil . Orang tua Arlin merupakan budak pekerjaan . Mereka gila bekerja sejak Arlin masih kecil . Arlin merupakan anak tunggal dari keluarga kaya raya itu . Perempuan itu haus kasih sayang hingga Dito Nasution hadir dalam hidupnya .
Semenjak SMA Dito menjadi obat bagi Arlin . Dito seperti ksatria yang melindungi perempuan itu dimanapun. Kasih sayang Dito mampu menutupi apa yang selama ini Arlin rindukan dari orang tuanya . Dito memberikan apa yang Arlin mau , apa yang Arlin butuhkan tanpa Dito merusak apa yang Arlin miliki . Namun Arlin melakukan hal yang cukup fatal . Arlin berselingkuh . Sejak dulu Dito tau bahwa Arlin memang berkali-kali berselingkuh tetapi pada akhirnya Dito yang menjadi pilihannya . Arlin selalu berdalih bahwa dia butuh kasih sayang yang selama ini tidak ia dapatkan dari orang tuanya sehingga melakukan hal tersebut . Seiring berjalannya waktu Dito selalu memaafkan tindakan bodoh Arlin yang selalu saja mengkhianati dirinya . Hingga kabar kehamilan Arlin diketahui oleh Dito .
Pengkhianatan Arlin sudah mencapai level tertinggi . Dito menangis sejadinya saat itu . Laki-laki yang selalu menjaga kehormatan wanitanya bahkan kehormatan dirinya sendiri justru mendapat pengkhianatan terbesar . Mulai saat itu , Dito memutuskan menutup tiap lembaran bersama Arlin . Dito memilih menjadi seorang pilot agar dapat terbang menjauh atau mungkin menghilang dari Arlin dan masa lalu mereka.
Semenjak Dito memutuskan memilih meninggalkan Arlin . Perempuan itu depresi . Kedua sahabat Dito yang merasa iba terhadapnya mencoba untuk menghibur Arlin . Rama dan Rey , mereka mencoba sekuat tenaga agar Arlin dapat kembali menjalani hidup normal . Namun Rama dan Rey tak dapat menemani Arlin lebih lama karen Rama masuk akademi angkatan laut di Surabaya , sedangkan Rey masuk akademi kepolisian di Semarang . Arlin menjadi pribadi yang tak menyenangkan setelah semua kejadian yang ia alami . Arlin sedikit egois dan manja pada kedua pria tersebut . Arlin menganggap bahwa kedua pria itu miliknya dan tak ada orang lain yang boleh memilikinya .
Arlin banyak mencari kabar tentang siapa saja wanita yang dekat dengan Rama maupun Rey . Setelah itu ia tak segan untuk mengadu domba agar hubungan perempuan yang dituju dengan Rama maupun Rey renggang . Bahkan ia tak ragu mengirimkan teror . Hal tersebut yang menjadikan baik Rama maupun Rey merasa jera , lalu memilih jalan yang sama dengan Dito untuk menjauh dari Arlin .
Arlindita Prameswari sepertinya tidak berhenti disana , ia masih terus memantau keadaan ketiga laki-laki tersebut hingga kabar duka datang yaitu kematian Dito Nasution akibat kecelakaan pesawat . Pada akhirnya ia bertindak seperti sekarang ini terhadap aku perempuan yang dianggapnya perebut Dito maupun sahabatnya Rama dan Rey .
*Rumah Gia Vanessa , Semarang
Semua orang berkumpul diruang tengah . Diatas sofa panjang mama , adik-adikku berserta Ita duduk disana . Rama dan Rey juga nampak duduk disana . Aku berdiri dihadapan mereka , dengan mata sembab dan pakaian tidur yang aku kenakan . Aku menatap satu persatu mata keheranan mereka . Segenap tenaga ku narik nafas dan memulai pembicaran . "aku ingin pernikahan ini ditunda sampai aku dapat menyelesaikan semua ini !" . Semua mata keheranan tadi berubah . Mereka terkejud bahkan tak mampu mengeluarkan kata-kata . " apa maksudmu, aku tak mungkin mengajukan pembatan pernikahan di kantor , Gia !" . ucap Rama . "Pasti ada caranya , aku tak ingin ini menjadi masalah panjang dikemudian hari ! tolong hargai keputusanku Rama" . Ucapku meminta .
Semua orang tak mampu berkata-kata . Mereka hanya melemparkan tatapan kecewa dan meninggalkan ruang tengah dengan lemas . Mama terlihat sedih . Ita bahkan tak mau menatapku saat ia beranjak pergi dari sofa panjang . Namun harus ku ambil langkah ini agar tak ada orang lain yang tersakiti di kemudian hari nantinya .