Petang mulai datang , Aku dan Rama masih berada dibalkon rumah . "Sepertinya ,Dito memberi petunjuk !" . Ucap Rama setelah kami selesai membaca surat dalam pot .
Aku mengerutkan kedua alis sembari menatap Rama . "Maksudnya ?" . Banyak tanda tanya yang bermunculan di dalam pikiranku . Aku kembali membaca surat itu sekali lagi dengan penuh harap menemukan petunjuk yang Rama katakan . "Bagaimana bisa ini jadi sebuah petunjuk ?" . Kataku keheranan .
"Coba pertahatikan kalimat awal dari surat itu !" . Ucap Rama
"Ini ?" . Aku menunjuk satu kalimat yang tertera di kertas tersebut .
"Yap , disitu tertuli SEPARUH JIWAKU BERHARAP KAU TAK MENEMUKAN SURAT INI DAN SEPARUH JIWAKU YANG LAIN BERHARAP KAU MENEMUKANNYA. "
"Iya , tapi aku masih belum paham , Ram !"
"Kalau kita cerna kalimat itu , berarti Dito ingin menyampaikan sesuatu tetapi dia masih ragu "
"Ahh ... begitu rupanya "
"Kemungkinan semua pot ini berisikan surat dari Dito !". Ucap Rama
"Bisa jadi , coba kita gali tanah di pot selanjutnya !" . Aku mengambil pot berisikan tanaman hias kedua yang Dito berikan . Terdapat sebuah sekop kecil yang berada di samping gembor , aku mengambilnya dan ku gunakan untuk menggali tanah didalam pot . Perlahan aku menggali tanah tersebut hingga sebuah kotak kaca muncul . "Ada !" . aku berseru
"Sudah ku duga " . Rama tersenyum melihat aku mengangkat kotak kaca itu dari dasar pot .
Aku segera membuka kotak kaca tersebut dan mulai membaca isi surat disana . Tak lupa Rama juga ikut membaca surat tersebut .
***
Dear Gia ,
Jika kamu menemukan surat ini pasti surat pertama sudah kamu temukan . Lewat surat ini aku mau memberi tau sesuatu . Sayang , kamu sudah tau masa lalu ku yang sangat berat , aku harap kamu tak pernah mundur karena itu . Gia , kamu gadis baik , aku takut Arlin akan menyakitimu .
Dua minggu lalu , Arlin mengirimiku pesan singkat yang berisi akan menghancurkan hubungan percintaan Rey dan mengancamku agar segera kembali padanya . aku bingung harus bagaimana tetapi tak hiraukan ancamannya.
Satu bulan sudah kita bersama tapi sampai sekarang belum pernah ku tunjukan fotomu pada kedua sahabatku . Aku takut Arlin akan mencarimu jika dia sampai mendapatkan fotomu dari kedua sahabatku . Aku berusaha menyembunyikanmu hingga waktu yang tepat . Sebelumnya aku pernah bercerita padamu tentang kedua sahabatku yang berfrofesi sebagai abdi negara itu.
Gia , sepertinya Arlin akan membuat masalah . Gadis itu akan membuat Rey naik darah jika ancamannya benar. Aku berusaha untuk tetap diam bukan berarti aku setuju dengan tindakannya hanya saja aku ingin melindungimu .
Arlin tak akan pernah berhenti untuk kembali padaku sepertinya . Aku harus mengambil tindakan agar tak ada yang merasa dirugikan karena tindakannya .
Lima bulan lagi adalah hari ujian kelulusanku, tak ada hari libur yang bisa ku gunakan untuk bertemu denganmu diSemarang saat itu . Aku harap kau dapat mengerti walaupun aku tak yakin kau menemukan surat ini , setidaknya aku mencoba memberi tahu meskipun dalam sebuah teka-teki .
Gia , aku berencana menemukan Arlin dengan Adi tapi aku masih harus menyelidiki keberadaan lelaki itu dimana . Aku harap Adi mau menikahi Arlin agar kita dapat mengakhiri semua kegaduhan yang ditimbulkan Arlin .
Aku belum memberi tahu Rey maupun Rama tentang rencanaku . Aku tak ingin rencana ini bocor hingga Arlin merusak semuanya . Aku yakin pasti bisa menyelesaikannya dan terima kasih masih bersamaku hingga saat ini .
Love you ,
Dito Nasution .
***
Rama menunjuk paragraf terakhir pada surat kedua dan berkata . "Benar , Dito memang misterius tapi ini bisa jadi cahaya dalam kegelapan bagi kita semua !". Rama memasang wajah yang serius . Ia membaca surat itu kembali sembari aku masih mencerna kalimatnya . "Cahaya dalam kegelapan ? maksudnya jika kita melanjutkan rencana Dito maka kita bisa menghentikan Arlin ?" .
"Betul sekali !". Sahut Rama sembari mencubit kedua pipiku .
Ku jatuhkan surat kedua tersebut dan dengan cepat tanganku beralih memegangi kedua pipiku yang sudah berwarna seperti tomat ."Awww... sakit tau !" .
Rama berlutut lalu mengambil surat tersebut . "haha... kamu pinter makanya aku gemas tau !" . Lelaki itu menyerahkan surat itu kembali padaku dan tangan kanannya mengacak lembut rambutku.
"Hmm..." . aku mendengus . "Balik ke topik awal !"
Rama menghentikan tawanya , membuang nafasnya kuat . Kedua tangan lelaki itu diletakkannya pada kedua lenganku dan mencengkramnya kuat . "Aku sayang sama kamu , aku gak mau Arlin berbuat lebih jauh jadi biar aku yang selesaikan ini ya !" . Rama mengambil surat Dito dari tanganku dan mengelus pipi kananku .
"Tapi aku yakin kita berdua bisa lakukan ini sama-sama ta...! .Rama mengarahkan jari telunjuknya . "Sssttt ... biar aku aja adi itu teman SMAku jadi biar lebih mudah aku saja yang mencarinya!"
"Tap...." . Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku , Lelaki itu justru memelukku erat . "Kamu tenang di rumah besok saat aku kembali ke bataliyon akan kuselesaikan semua tentang pengunduran pernikahan kita dan aku cari Adi !"
"Tapi ... Ram ! . Sekali lagi Rama tak membiarkanku menyelesaikan kalimatku. Ia membungkam dengan satu kecupan dikeningku lalu berlalu pergi ."Ayo bersiap untuk makan malam !" .
Rama meninggalkanku sendiri dibalkon dengan beberapa pot yang pecah . Aku menatap ke arah rak tanaman hias didepanku sembari berkata . "Apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan ,Dit !" .
Angin berhembus cukup kuat . Aku memejamkan mataku sebentar dan terdengar suara riuh yang tak jelas . Aku mencoba berkonsentrasi penuh lalu terdengar . "Ini untuk kebahagianmu!" . Seketika kubuka mataku lebar , menyelusur setiap sudut mencari arah suara tersebut berasal. Namun sekali lagi aku tak mendapati satu orangpun bersamaku di lantai dua ini .
Aku menggelengkan kepalaku cepat , berusaha melupakan kejadian yang baru saja aku alami beberapa saat lalu . "Kak , ayo kita makan malam !" . Terdengar suara Helma memanggil dari lantai satu rumah .
***
Makanan sudah tersedia di meja makan , Mama , Nety dan Helma juga berada disana ,serta tak lupa Rama dan beberapa keluarga yang masih tinggal juga sudah bersiap untuk makan malam .
Aku menuruni anak tangga terakhir , melihat seluruh keluarga dan mama hatiku terasa sangat hancur . Seharusnya hari ini pernikahan itu berlangsung , namun gara-gara kehebohan yang diciptakan Arlin semua jadi gagal . Aku benci menyebutnya gagal , mungkin bukan gagal hanya tertunda .
Rama duduk di kursi paling ujung . Ia menyambutku yang melangkah mendekat dengan senyuman lebar . Aku tak tau bagaimana bisa lelaki itu tetap tersenyum padaku saat aku meminta menunda pernikahanku dengannya . Disitu aku berfikir dan bersyukur saat aku duduk bersama mereka semua di meja makan . Aku bersyukur Tuhan memberiku sebuah berkah dimana aku dikelilingi oleh teman , keluarga bahkan calon suami yang luar biasa. Mereka mau menerimaku disaat hal terburuk sekalipun seperti saat ini . Aku melihat semua orang dimeja makan , mereka nampak kuat dan tegar terutama mama . Hal ini membuatku semakin yakin aku bisa menyelesaikan ini semua dan segera melangsungkan pernikahanku dengan Rama .