Hari ini ada beberapa kelas yang harus aku ambil . Seharian aku hanya menghabiskan waktu belajar di kampus seperti layaknya mahasiswa lainnya . Aku duduk diujung kelas dengan bersangga tangan, mencoba mengindahkan setiap kata-kata yang dosen berusaha sampaikan . Ragaku berusaha keras menerapkan secuil tata krama namun otakku tak dapat mengikutinya. Ia melayang entah kemana perginya. Seberapa keras ku coba tetap saja otakku tak bersama ragaku kali ini.
Bodoh! dimana kau saat ini? .Seperti itulah kira-kira jiwaku yang mencoba menyadarkan otakku . Aku yakin tak ada satupun materi yang dapat ku pahami kali ini karena kebodohannya. Ku coba menesilik ke setiap sudut ruangan mencoba mengalihkan pikiranku , setidaknya aku mencoba untuk memfokuskan otakku.
Sekali lagi otakku tak bisa ku dapatkan, sial!. Pada akhirnya aku hanya dapat menerapkan secuil tata krama untuk mendengarkan orang yang sedang berbicara dengan ragaku bukan dengan otakku. Hingga di penghujung hari otakku masih berpikir entah kemana dan Ita menyadari itu. "Hai nona manis apa yang mengganggu pikiranmu kali ini ? Pernikahan atau Rama?" .
Aku mengerutkan kedua alisku. "Bukan keduanya" . Diiringi dengan kedua pundakku yang ku angkat bersamaan . "LALU?" . Ita mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi keheranan.
"Panjang ceritanya " . Ku jawab singkat , namun jawabanku sepertinya tidak memuaskan rasa penasaran Ita . Ita menarik nafas dalam, menutup matanya rapat lalu menghujaniku dengan berbagai pertanyaan . "PANJANG ?" . Ia menggeleng cepat . "Apanya yang panjang ? come on ... just tell me !" . "kalo bukan soal pernikahan soal apa lagi ?", "Jangan bilang soal perempuan gila itu ?" , "Sudahlah anggak usah mikirin itu perempuan aneh !"
Aku menatap mata Ita dan menjawab setiap pertanyaan perempuan menyebalkan itu . "Bukan!" . Ita terlihat mulai kesal . Ia bangkit dari kursinya yang berada di sampingku lalu menggebrak meja yang ada di hadapanku . "Hey , nona !" . Ita menatapku tajam , tangan kanannya mencengkram daguku mengarahkannya kedepan wajahnya . "Katakan ada apa sebenarnya ?" . Ita mencoba memaksaku tegas.
"Bukan apa-apan!" . aku berdalih karena tak ingin melibatkan sahabatku . "Astaga , gya cerita aja !" . Ita masih berusaha untuk membuatku menceritakan apa yang ada dipikiranku kali ini . "Okay , aku ceritain" . Aku melepaskan cengkraman tangan Ita lalu menegapkan tubuh untuk mulai bercerita. Sedangkan Ita menarik kursi mendekat ke arah kursiku . "Jadi semua ini berawal dari pagi ini !"
***
"Apa maksudmu ?" , " Dia pindah ke makasar ?" . Terdengar suara Rama memekikkan telinga . Tak seperti biasanya Rama menelepon dengan nada yang sedikit meninggi seperti ini . Rama menelefon di balkon rumah , sembari mondar-mandir melangkah menyelusuri setiap ubin keramik yang terpasang .
Aku yang baru saja membuka mata terasa terusik dengan percakapan Rama itu. Tak berpikir panjang , aku segera bangkit dari kasur menuju tempat percakapan itu berasal .
Terlihat Rama sangat kesal , terdengar juga beberapa makian kasar keluar dari mulutnya . "Ini gak bisa ! aku gak mau tau cari sampai ketemu !". Rama menutup telfonnya lalu terduduk lesu di sebelah rak tanaman hias yang ada di balkon . Pemandangan ini membuat hatiku sedikit hancur . Dalam setiap langkahku menuju Rama sempat ku tanyakan pada diriku sendiri pertanyan yang sama . "apakah keputusanku ini tepat ?" . Hingga langkahku membawaku kehadapan Rama. Lelaki itu menutup wajahnya dengan satu tangan, ia juga memejamkan matanya .Aku segera menyusulnya duduk sembari memeluknya. Tak sanggup kutanyakan apapun pada lelaki itu . Rama terlihat sangat sedih hingga peluhnya terasa menetes dipundakku.
Rama mendorongku menjauh dari pundaknya . "Aku tak punya banyak waktu dalam 2 hari aku harus kembali berdinas dan ....". Nampak matanya masih berkaca-kaca sepertinya tak sanggup melanjutkan kalimatnya itu. Aku memegang kedua tangannya dan menyungingkan sedikit senyum . "Tenang kita pasti akan menikah". Rama kembali memelukku . "Terima kasih , Gya !" .
Rama melepaskan pelukkanya dan segera bangkit . "Pertama-tama kita hancurkan semua tanaman hias ini !" . Aku tercengang mendengar pernyataannya . "Tunggu , aku cari pot lain untuk memindahkan tanaman hias itu !" .
"Gak ada waktu kita harus cari petunjuk , Gya !"
"Apa maksudmu , didekat kolam renang banyak pot kosong akan ku ambilkan !"
"Tidak , tak ada waktu !" . Rama mulai mengancurkan pot tanaman hias itu . Satu persatu dia lempar kearah lantai . Ia seperti kehilangan arah . Aku yang tak dapat menghentikannya . "Ahhh ... Ram , tunggu !" . Rama segera mengambil setiap surat yang terlihat setelah pot itu hancur .
Aku tak tau harus berbuat apa . Aku mengambil satu pot yang terakhir kali Dito berikan padaku dan menyembunyikan di balik punggungku. Aku berjalan perlahan meninggalkan balkon sembari memastikan Rama tak melihat pot tersebut. "Aku harus menyelesaikan semua ini , Rama mungkin akan kesusahan karena dia harus kembali berdinas ke Jayapura jadi aku harus menyelesaikannya seorang diri!" . Gumamku sembari berjalan masuk ke dalam kamar.
***
(Kembali ke Kampus )
Ita mengangguk , sepertinya kurang lebih sudah paham dengan apa yang aku pikirkan . "lalu langkah apa yang akan kau lakukan , Gya ? " .
Aku mengerutkan keningku dan memegang dagu . "Sepertinya langkah pertama yang harus aku lakukan adalah menggali isi pot tersebut , Ta " .
"Apakah kamu yakin di dalamnya pasti ada surat dari almarhum Dito ?"
"Tidak terlalu yakin , tetapi dari lima pot yang sudah di hancurkan Rama semua terdapat surat disana "
"Terus kamu simpan dimana pot tersebut ? "
"Didalam lemariku , kusembunyikan dibalik tumpukan kardus sepatu " .
"Jika memang benar di dalam pot tersebut ada surat , apa yang dapat kamu berbuat sedangkan almarhum Dito saja tidak dapat menyelesaikannya ? "
"Ta... aku yakin aku bisa menyelesaikannya dan menikah , kau tenang saja !"
"Apa kamu yakin , Gya ?"
"Aku yakin , minggu depan aku bakal berangkat ke Jakarta "
"Ngapain ?"
"Ya menyelesaikan semuanya , menyelusuri apa yang sebenarnya terjadi dengan Dito dan Arlin baru nanti aku bisa menyelesaikan dengan mudah dan yang pasti mencari Adi sebagai kunci utama dari semuanya ".
"Aku ikut dengan mu , Gya "
"Enggak usah aku bisa nyelesaiin ini sendiri kok !"
"Gak usah ngenyel , kita ini sahabat pasti aku akan membantumu disaat seperti ini!"
"haha gak usah pake melotot , iya kamu boleh ikut " .
Pada akhirnya aku memutuskan untuk menyelusuri kisah masa lalu mantan pacarku itu dengan perempuan gila yang bernama Arlindita Prameswari . Bukan tanpa sebab aku melakukan hal ini . Ya... hidupku cukup dibuat berantakan karena tingkahnya. Meskipun aku sudah tak bersama Dito , tetapi teror perempuan itu selalu menghantuiku hingga saat ini bahkan pernikahanku harus diundur akibat ulahnya.
Dengan satu pot terakhir pemberian dari Dito aku rasa cukup untukku mencari titik terang dan jalan keluar untuk semua masalah yang mengikat antara aku , Rama dan Rey saat ini . Aku rasa aku juga dapat memberi kedamaian dan keadilan untuk semua rasa kecewa Arlindita dengan satu pot terakhir ini . Kemudian yang paling utama dari itu semua aku dapat mewujudkan imipian mama dengan melangsungkan pernikahan pedang pora dengan Rama nantinya.