"Belum baikan ma Ronald, Dik?" Tanya Aina pada Dika yang tengah konsentrasi menyetir membelah kemacetan ibu kota di pagi hari. Sedikit terganggu dengan apa yang Aina tanyakan. Masalah dia dan Ronald, bukan masalah tentang Mitha lagi tapi ini lebih seperti mengkhianati sumpah persahabatan mereka.
" Apaan sih loe Ai, kita gak berantem kok." Aina mendengus lirih sambil memutar lagu kesukaannya. Lagu milik Rihanna, Umbrella sambil bersenandung ia memikirkan bagaimana cara mendamaikan Ronald dan Dika. Masak dua mahluk berotot itu cuma ribut gara-gara Paramitha, gak etis ketika persahabatan bertahun-tahun harus hancur gara-gara perempuan cantik.
"Damai don, Mitha juga dah milih Ronald. Lapang dada, terima kenyataan. Emang bagaimanapun juga Ronald salah.Tapi sesama temen harus saling memaafkan, bukannya gue mau ikut campur tapi gue canggung kalau mau jalan sama kalian berdua." Dika hanya diam, jelas ia sudah tak suka sama Mitha. Kalau soal Ronald lain lagi, kapan sih Aina bisa peka kalau seorang Mahardika menyukai Aina, bukan sebagai sahabat melainkan sebagai lelaki .
"Pagi-pagi jangan bahas Ronald bisa nggak sih?Jangan bikin mood gue jelek. Lagi pula gue udah nggak masalah. Mitha mau jadian sama siapa?"
"Beneran? Bukan karena loe gengsi kan?" tanya Aina yang penuh selidik, sampai-sampai ia memperpendek jarak wajahnya dengan Dika. Membuat pemuda yang baru berusia 17 tahun itu sampai grogi sendiri, jantungnya bertalu-talu dengan kencang.
"Ai, loe agak sanaan!!" Karena tak mau terlihat kegugupan, Dika sampai mendorong jidat lebar Aina untuk mundur.
"Auw... loe jahat. Jidat gue sakit."
"Makanya diam aja loe, Jangan ganggu gue yang lagi nyetir."
Tanpa setahu Aina, Dika memegang dadanya. Jantungnya mau copot melihat bibir Aina dengan jarak sedekat itu. Sampai kapan ya Tuhan, Dika bisa kuat memendam perasaannya.
🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼🎼
Sedang Angel yang datang duluan, harus berhadapan dengan Jefran yang gigih menanyakan Maya, gadis yang ia temui di Club malam sabtu malam kemarin.
"Udah deh Jef, balik sana aja ke kelas bentar lagi beli." Angel terlihat kesal, Jefran tak bosan-bosannya menanyakan tentang Maya. Padahal apa dia lupa bagaimana Jefran memperlakukan Maya maksudnya Aina. Angel tak rela bila Jefran tahu kalau Aina yang sering dia katakan cupu adalah Maya. Apalagi Aina menangis saat Jefran melecehkannya, Angel masih waras ya untuk tak membongkar siapa sebenarnya Maya.
Dengan kasar ia mendorong-dorong tubuh Jefran yang keras untuk pergi. "Pergi sana loe!!"
"Gue cuma mau minta maaf Njel sama temen loe yang kemaren." Tiada maaf bagi pria brengsek seperti Jefran, kalau dengan kata maaf masalah bisa diselesaikan penjara nggak akan penuh dong.
"Jef, loe kemaren bener-bener keterlaluan. Temen gue itu dari kampung gak bisa digituin." Angel emosi, mengingat bagaimana Aina dilecehkan. Pantatnya di remas, bibirnya dilumat dan. "Loe juga sodok pantatnya pake 'itu' loe kan?" Jefran kaget, tapi dengan mudahnya ia mengubah ekspresi.
"Eh... dia cerita?? Sorry... gue gak maksud gituh. Gue kemarin minum sedikit." Jefran pandai beralasan, sedikit minum tak akan membuatnya hilang kendali. Kemarin memang ia sengaja melakukan itu, menunggu reaksi perempuan yang bernama Maya tapi reaksinya diluar dugaan. Jefran kena tampar.
"Dia cerita sambil nangis, dia pertama kali kesana eh loe gituin. Dia trauma gak mau lihat muka loe lagi." Jefran sedikit terperangah. Ia takjub, masih ada gadis cantik yang belum pernah menginjak Club malam. Dia semakin tertarik dengan Maya.
"Lah maka dari itu, gue pingin minta maaf secara langsung. Loe punya kontaknya kan? Facebook?." Angel menggeleng keras, sambil mencoba mendorong dada bidang Jefran lagi untuk pergi.
"Modus loe,,, gak bakal gue kasih!! Pergi loe sana yang jauh!! Cari cewek lain." Usirnya kasar. Angel sudah tak tahan dengan tingkah laku Jefran.
Jefran terpaksa mengalah pergi, karena bunyi bel masuk sudah nyaring terdengar.
"Okey, gue pergi!! Gue pasti temuin cewek itu."
Kali ini Angel boleh saja menang, tapi Jefran yakin suatu hari nanti ia akan bertemu dengan Maya. Saat pikirannya dipenuhi Maya sampai ia tak sadar menubruk seorang gadis.
"Loe ngapain sih cupu? Mata loe ada empat tapi tetep aja buat." Aina yang tak bertemu Jefran tiba-tiba terkejut sampai mundur beberapa langkah. "Eh loe kira gue penyakitan, loe kok jauhin gue kayak gitu?" Jefran memang mahluk mesum yang harus dijauhi. Aina ingat bagaimana dirinya dilecehkan, ia sampai mengusap-usap lengan sendiri. "Eh harusnya gue yang jijik sama loe, kok loe tepuk tepuk lengan sama tangan?"
Aina tak peduli, ia berjalan begitu saja meninggalkan Jefran yang masih berdiri di dekat pintu kelas. "Hey cupu, loe kira loe cantik?? Gue belum selesai buat perhitungan ya sama loe."
Masak bodoh,laki-laki mesum, menyebalkan dan menjijikkan tak sesuai dengan wajahnya yang tampan.
"Ai, tadi Jefran nyariin Maya." Aina tentu terkejut dengan apa yang Angel sampaikan. Perasaan takut menjalar di hatinya apa lagi ia tadi memandang sengit ke arah Jefran
" Loe kasih tahu Maya itu gue."
"Ya gak lah,gue gila kali sampe ngasih tahu."
Aina bernapas lega tapi sampai kapan kelagaan ini akan berlangsung? Sebab cepat atau lambat Jefran akan tahu kalau Aina adalah Maya dan saat semua terungkap maka tamatlah riwayatnya.
🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼
Aina makan camilan sambil menatap layar laptop, sesekali wajahnya terlihat serius berkutat dengan tugas sekolah. Sebenarnya pikiran Aina masih dipenuhi tentang Jefran tapi sudahlah memang dia cenayang yang bisa tahu dengan cepat siapa itu Maya? .
"Ai, kapan ya kamu punya pacar?masak masa SMA kamu dah mau kelar gak ada satupun cowok yang ngapelin kamu ke rumah." Aina yang sedang mencoba berkonsentrasi terganggu dengan ucapan sang mamah. Memang pacar itu penting, demi tuhan dia baru kelas 12. "Kan mamah juga mau pamer kayak tante Lala ujung jalan sana! Anak ceweknya yang paling cantik se komlpek kita". Aina sebal bila harus dibandingkan dengan kecantikan gadis lain. Memang Aina tak secantik anak tante Lala tapi dia kan juga punya hati. Bukan karena gak laku terus gak ada yang mau jadi pacarnya.
"Pamer apaan mah?"
"Ya pamer anaknya baru diapelin cowok, cowoknya bawa motor sport." Aina cuma geleng-geleng kepala.
"Lah cuma motor sport, di sekolah banyak yang bawa. Kalau mobil sport itu baru bisa dibanggain!!" jawabnya ketus, di sekolah Aina yang bawa mobil mewah banyak.
"Terus ada yang jadi pacar kamu?" pertanyaan yang sensitif, dan dijawab Aina dengan sebuah gelengan. Dengan sebal ia mengambil laptop lalu menutupnya.
"Kamu cantik kalo dandan Ai, kamu kan tinggi pake apa aja pantes," puji Ambar agar Aina percaya diri. Selama ini putrinya itu selalu berdandan ketinggalan jaman padahal kalau dibandingkan dengan anak Lala, Aina tak kalah cantik.
"Aina mau fokus ma ujian dan beasiswa." Ia mendekap laptopnya lalu beranjak pergi ke lantai atas. Ambar mendesah mengamati punggung putrinya yang perlahan-lahan pergi. Maunya dia itu, Aina tahu kalau dirinya juga cantik. Gak jadi minderan karena bentuk dada dan pantatnya yang di luar ukuran gadis biasa.
Setelah sampai di kamar, Aina mengambil ponsel dan membukanya. Ada chat dari teman SMPnya, Pricilla.
pricil cicil : minggu ngemall yuk 😉
Ai cep : okey, tapi loe ajak ronald ya
Pricil cicil : kenapa mesti ajak ronald 😭😭
Ai cep : gue ajak dika,😂😂
Buat nge damaiin
Mereka
Pricil cicil : okey deh,gue ngajakin donald bebek😉😉
Aina menatap layar ponsel ,dia tersenyum. Misi mendamaikan Ronald dan Dika akan dimulai.
Aina, Pricil, Ronald dan Dika bersahabat sejak SD karena seorang Paramitha persahabatan mereka retak.
Aina ingin persahabatan mereka kembali seperti dulu walau sekolah mereka berbeda-beda. Aina dan Dika sekolah di SMA Rajawali dan Ronald dan Pricil sekolah di SMA N 70. Bukankah memalukan harus bertengkar dengan sahabat hanya karena seorang perempuan.
☔☔☔☔☔☔☔☔☔☔☔
Jangan lupa ninggalin bintang kalau udah baca. Cerita lengkap ada di google play book. Kalau berminat tinggal tulis rhea Sadewa di kolom pencarian.