Chereads / Aina / Chapter 7 - Bab 7

Chapter 7 - Bab 7

Jefran hanya melakukan apa yang ia inginkan. Bermain biliar salah satu hobi yang ia suka lakukan. Kalau di pikir-pikir kapan anak itu belajarnya? Malam hari Jefran suka nongkrong dengan teman-temannya, sepulang sekolah ia latihan basket dan tiap weekend ia habiskan di Club dan bermain biliar di sebuah Mall di Jakarta. Anggap saja ini caranya menikmati masa muda karena masa kuliah nanti Jefran akan susah untuk bersenang-senang.

Cetaaak

Bola billiard bewarna merah bertuliskan angka 2 masuk ke lubang meja biliar pojok kanan, disusul bola-bola lainnya. Tak ada yang meragukan kemampuan Jefran dalam hal bermain biliar sampai-sampai beberapa temannya mulai ketar-ketir, takut kalah taruhan.

"Temen yang dibawa Angel cantik ya? Namanya kalau gak salah Maya." Samuel memang sengaja memecah konsentrasi Jefran dengan membahas Maya.

"Kenapa loe? Naksir?" Samuel hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Yah siapa yang nggak naksir sama cewek cantik." Mata Jefran yang melihat sasaran yang ingin ia sodok mendadak melirik Samuel yang sudah tersenyum-senyum sendiri. "Maya cantik, seksi, dia.. hot."

Mendengar Samuel menyabut kata 'hot', stik biliar yang dipegang Jefran meleset saat akan menyodok bola bewarna hijau.

"Sialan," teriaknya marah, tapi semarah-marahnya Jefran. Ia tak akan memukul Samuel. Jefran hanya kesal kenapa membahas Maya, konsentrasinya langsung ambyar.

Sedang Samuel tersenyum menang, ia berhasil menghambat jalan Jefran untuk menang. Jefran yang hatinya agak panas mengambil airย dingin, meneguknya sekali tandas sambil menyenderkan tubuhnya ke tiang penyangga tempat biliar karena bosan menunggu Samuel yang tak kunjung kalah ia mengalihkan pandangannya ke arah luar melalui kaca transparan.

Matanya menangkap sesuatu, dua orang muda mudi yang sedang bertengkar mungkin merekaย  pacaran. Tapi pandangannya semakin menyipit ketika mengenali sosok perempuan yang memakai dress denim bewarna biru muda. "MAYA?"

Dengan kasar dan terburu-buru ia meletakkan setik biliar dan segera keluar.

"Loe mau kemana Jef? Taruhan kita gimana?" teriak Samuel ketika melihat Jefran pergi dengan setengah berlari.

"Ambil aja semua duit taruhannya, gue ada urusan penting buat gue urus!"

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Aina tunggu!!" teriakย Ronald sambil mencoba meraih lengan Aina untuk direngkuh, agar tak berjalan semakin cepat.

"Apaan sih loe!! Mau bela temen loe?" jawabnya ketus tapi ia kasihan melihat Ronald yang ngos-ngosan mengikuti langkahnya, Aina berhenti.

"Jangan ngambek loh Ai, Dika gak maksud jelek-jelekin Angel. Dia cemburu loe lebih deket sama Angel daripada Dika." Aina mengerutkan dahinya tajam.

"Cemburu?? Jelas gue lebih deket sama cewek, kalau Dika mau pake rok gue juga bakal lebih deket sama dia juga." Hampir saja Ronald tertawa tapi di tahannya mati-matian. "Dika sekarang gak se asik dulu, suka ngatur- ngatur. Gak boleh inilah-itulah."

"RONALD SURAGANDHI!!" teriak seorang laki-laki memanggil Ronald, seketika mereka yang sedang mengobrol menoleh.

"Hey... Jefran!! Apa kabar?" Ronald yang senang bertemu teman lamanya, ketua tim gasket SMA Rajawali. Mengingat Ronald sendiri juga ketua tim basket SMA N 70."Ngapain loe disini?"

"Biasa main biliar sama anak-anak." Aina yang menyadari siapa manusia yang menyapa Ronald memilih menyembunyikan diri di belakang tubuh Ronald yang jangkung tapi terlambat Jefran meliriknya sambil menyeringai.

"Loe lagi jalan sama cewek loe ya? Sorry, kalau gue ganggu!!" Padahal dalam hati Jefran berharap kalau Maya tak punya hubungan apapun dengan Ronald. Kalaupun iya, Jefran akan merebutnya, bukankah Mitha saja bisa jatuh ke pelukan Mike.

"Oh gak, aku jalan sama temen SDku." Jefran tersenyum lega, semoga saja Maya ini masih jomblo."Eh bukankah kalian saling kenal?" Mampus, tamat riwayat Aina karena Jefran tak mengenalnya sebagai Aina tapi Maya. Sedang Jefran yang mendengar apa yang diungkapkan Ronald, mengerutkan dahi. "Kalian satu sekolahan kan?". Mata Jefran yang semula menyipit kini membulat, satu sekolahan? Di sekolahnya tidak ada gadis yang seperti Maya. Apa dia kurang teliti?

"Hmm, dia gak kenal gue kok. Dia kan terkenal mana mungkin kenal cewek kayak gue," ucap Aina takut- takut sambil tersenyum, tepatnya senyum berat antara terpaksa serta ketakutan. Jefran sekarang bagai iblis bersayap malaikat karena pertemuan terakhir mereka yang meninggalkan kesan buruk.

"Iya dong, waktu tanding ke sekolah gue aja banyak cewek pada jejeritan, ngefans ama dia," ujar Ronald menambahi. Kali ini padangan Jefran jadi tajam,dan seram di mata Aina.

" Ya udah deh, kalo gitu boleh kenalan?" tanya Jefran ramah, tapi Aina ngeri mendengar suaranya.

"Tuh Ai,diajak kenalan." Aina hanya diam saja enggan mengulurkan tangan. Bersentuhan secara fisik, membuatnya waspada. Bagaimana Aina bisa lupa, pria ini yang meremas pantat dan menciumnya paksa.

"Sorry teman gue malu-malu, Namanya Aina Septa." Aina melotot horor saat namanya disebut ,mampus tamat riwayatnya ingin rasanya memukul kepala Ronald dengan sepatu.

Tiba- tiba Aina dapat ide untuk kabur. "Nal, gue mau beli buku di gramed," pintanya sambil menunjuk ke sebuah toko buku

"Oh... ya udah gue samperin Dika ama Pricil, nanti kalau loe mau pulang kabarin gue ya?" Aina mengangguk paham.

Bukan Jefran namanya kalau menyerah, baginya ini adalah kesempatan emas ."Gue ikut loe ya, ada buku yang mesti gue beli juga." Aina menatapnya bingung, memang buku apa yang bakalan pria cabul ini mau beli? Majalah dewasa tak dijual di sana. Aina tahu pria ini hendak mengikutinya, ia mengambil langkah seribu untuk berlari.

Sampai di toko buku, Aina memilih untukย  segera masuk bersembunyi di balik rak-rak bulu yang tinggi. Ia berharap Jefran tak menemukannya tapi harapan tinggal harapan saat ia merasakan lengannya di tarik oleh seseorang.

"Sebenarnya loe itu siapa? Maya atau Aina?" Jefran heran, kenapa gadis ini mengenalkan diri sebagai Maya di Club tapi Ronald tadi memanggilnya Aina dan satu sekolah dengannya. Jefran yang penasaran mendekati wajah Aina, meneliti bentuknya. Sekilas wajah itu nampak familiar, tapi siapa. Aina yang merasa tak nyaman dengan kedekatan mereka, mengambil buku asal-asalan untuk menutupi wajahnya.

"Loe minggir sana!! Gue siapa bukan urusan loe." Dengan seedikit kasar, ia mendorong bahu Jefran untuk menjauh.

"Gue gak peduli siapa loe, gue cuma mau minta maaf atas kelakuan gue kemaren di Club." Aina menatap tidak percaya, Jefran sang idola minta maaf tapi kenapa ia malah mencengkeram bahunya dengan sangat kencang.

"Iya, gue udah maafin loe bisa lepas gak tangan loe."

" Kalo gituh bisa kan sekarang kita jadi temen? Nama aku Jefran nama asli kamu siapa?" Aina masih enggan menjawab, ia malah berjalan pergi begitu saja tapi Jefranย  menarik tas selempang yang Aina bawa, mengambil ponsel gadis itu.

"Eh,,, balikin hape gue enggak??" Aina mencoba menjangkau tangan Jefran yang menggenggam ponselnya tinggi-tinggi tapi terlambat Jefran sudah mengetikkan nomernya dan melakukan panggilan melalui ponsel milik Aina .

"Maaf ya gue maksa, besok kita bakal ketemu lagi di sekolah sampai jumpa besok Aina Septa." Aina memandang kepergiannya dengan sebal, tapi baru beberapa langkah Jefran pergi. Ia berbalik menghampirinya.

"Ngapain loe balik lagi?"

"Nomor gue jangan lupa di save ya!! Cantik...." Dengan kurang ajarnya Jefran malah mencium pipi Aina meninggalkannya terpaku di tempat karena terlalu syok.

"Jefran brengsek... uh nyebelin!!". Bagi Aina ciuman pipi itu begitu menjijikan. Ia sampai menggosok-gosoknya dengan kasar. Aina tak rela laki-laki cabul itu mengambil kesempatan darinya namun dirinya tak sadar kalau besok harinya akan lebih berat ketika Jefran tahu wujud aslinya.

๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡๐Ÿ‡