Jefran melangkah dengan sangat mantap menapaki jalannya untuk bertemu dengan gadis yang membuat jiwanya terusik, penasaran.
Tapi maaf saja, Jefran masih memegang kewarasannya dilihat digarda depan perpus ada penjaganya, Miss Indah . Seorang perawan tua yang menyukai daun muda dan hobbi berkaca, tak lupa juga suka dandan.
Jefran langsung berbalik diikuti teman-teman yang lain.
"Bener kan itu tempat paling angker, ada kunti nya," ujar Dion yang tak suka dengan Miss Indah.
"Ya udah kita tunggu di sini aja, bentar lagi juga bell." Mereka memutuskan menunggu dipojokkan lantai 2.
"Tapi kalau yang namanya Aina keluar, loe tunjukin ke gue ya."
"Emang siapa sih tuh anak perawan, gak lebih ting ting kan dari gue," ledek Dion dan mendapat hadiah tloyoran dari Mike.
" Perawan? Loe punya otong yon, sadar-sadar!!"
"Diam kalian semua tuh,....tuh.....tuh....ceweknya." Tunjuk Samuel pada seorang gadis yang baru keluar dari perpus.
Jefran menyipit, matanya seperti laser meniliti dari atas sampai bawah."Itu beneran namanya Aina, loe gak ngibul ma gue kan?"
"Ya enggaklah, makanya kita heran ngapain loe cari tuh cewek." Jefran heran Aina Septa yang ditemuinya kemaren bukan ini. Gadis itu cantik, tapi Aina didepannya itu berkacamata, rambut dikuncir kuda dan gendut...tapi dia semakin penasaran karena dilihat sekilas Aina memang tak menarik tapi kalau di cermati gadis itu istimewa.
Apa Aina itu siluman rubah? Cantik kalau pada malam bulan purnama saja tapi kemarin kan dia ketemunya sore. Jefran berpikir sejenak, mungkin ini yang dinamakan the power of make up. Melihat wajah Aina sekarang yang innocent seperti ini membuatnya gemas.
Ia penasaran dengan seorang Aina Septa, Jefran tersenyum simpul muncul ide gilanya untuk mendekati gadis itu tanpa memaksanya.
****************
Satu hari kemarin Aina lolos entah hari ini atau esok tapi dirinya siswa teladan mau tak mau harus masuk sekolah hanya kemaren saja ia nekat memanjat pagar.
"Ai, loe masih kepikiran Jefran ya?" Aina hanya mengangguk lesu.
"Tahan aja Ai, bentar lagi kita lulus. Gimana pengajuan beasiswa loe sampai tahap mana?" Mata Aina kini berbinar mendengar pembahasan tentang beasiswa yang tengah ia perjuangkan.
"Udah tes tahap pertama, mudah-mudahan gue dapet," jawab Aina sambil memegang tangan Angel .
"Aina Septa, kamu di panggil ke ruangan kepala sekolah, sekarang!" perintah ketua kelas Aina setengah berteriak. Teman-teman sekelasnya saling berbisik, menyimpulkan pikirannya masing-masing. Aina berjalan lesu, kenapa dia dipanggil ke ruang kepsek apa karena membolos kemarin? Tapi kenapa hanya dirinya yang dipanggil.
Tok....tok...tokkk
"Masuk." Suara bu Silvi, kepala sekolah Aina. Ia mempersilahkannya untuk masuk. Aina masuk dengan menundukkan kepala sampai ia tak menyadari di samping Silvi sudah ada seorang wanita cantik yang usianya mungkin sama dengan ibu Aina .
"Kamu pasti bingung, kenapa ibu panggil?" Aina hanya menatap kepseknya, lalu tersenyum." Iya bu, memang apa kesalahan saya?" tanya Aina gugup.
"Memang kalau ibu panggil berarti ada murid yang salah? Saya panggil kamu ke sini karena ibu Amanda, ketua yayasan pingin ketemu kamu," kata bu Silvi sambil melirik ke arah sampingnya.
"Kamu saya tinggalkan dulu bersama ibu Amanda."
Memang apa yang wanita cantik ini mau bicarakan. Kenapa Aina di tinggalkan hanya berdua dengannya.
"Perkenalkan saya Amanda." Aina menjabat tangan ibu Amanda dengan ragu-ragu."Saya pingin ketemu kamu karena saya sudah dengar prestasi- prestasi kamu Aina." Aina menatap wanita anggun di depannya ini dengan tatapan tak percaya.
"Saya sebenarnya mau minta bantuan kamu untuk menjadi guru les anak saya."
'' Tapi saya menolak permintaan anda. "
" Masalah bayarannya kamu tidak usah kawatir, kamu akan dibayar dengan pantas," mohon Amanda sambil memegang tangan Aina. Siapa sih yang tak luluh kalau dibujuk dengan menggunakan uang tapi ia tetap harus membulatkan tekat.
''Bukan begitu tapi saya mau konsentrasi dulu untuk ujian jadi saya menolak tawaran nyonya."
"Karena anak saya juga mau ujian, makanya saya tunjuk kamu sebagai guru lesnya supaya kalian bisa belajar bersama-sama." Mohon Amanda kepada Aina dan iaย masih saja keberatan.
Jurus terakhir Amanda ini pasti Aina tidak sanggup menolak permintaannya lagi ."Saya punya penawaran bagus buat kamu. Kamu mengajukan beasiswa untuk kuliah diluar negeriย kan?" Aina kaget dan terdiam dari mana wanita ini tahu tapi ia lupa Amanda bukankah ketua yayasan yang punya koneksi banyak.
"Kamu akan mendapatkan beasiswa itu kalo kamu mau jadi pembimbing anak saya dan membuat anak saya mendapat nilai bagus." Aina tampak berpikir kembali. Baiknya ia terima tidak ya, Tawaran yang menggiurkan .
"Baiklah kalo nyonya memaksa."
"Kalo gituh, deal ya Ai? Kamu ngajar 3x pertemuan dalam seminggu mau hari apa terserah aja, ini nomer telpon dan alamat rumah saya." Amanda menyerahkan selembar kartu namanya. Aina melihat sebuah kartu bewarna pink muda dan baunya harum.
"Besok saya akan datang kerumah nyonya, jam 4 sore." Amanda mengelus bahu Aina naik turun. Ia tahu gadis ini gadis baik dan tak akan ingkar janji.
"Saya tunggu kedatangan kamu Aina di rumah." Amanda mengecup pipi Aina kanan kiri membuatnya heran karena baru mendapatkan perlakuan hangat. "Bye Aina."
Aina sadar satu hal, berapa ya usia anak yang akan dia bimbing. Kata nyonya Amanda, mereka belajar bersama? Apa mereka seumuran? Kenapa tadi ia tak bertanya, huh bodohnya Aina.
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Kenapa hari ini seperti hari tersialnya, Angel ada urusan sebentar jadi ia yang mengambil mobil Angel di tempat fotokopi sedang Dika rapat OSIS untuk membahas ulang tahun sekolah mereka. Huft rasanya dari gerbang sekolah ke tempat fotokopi jauh banget padahal mobil Angel kelihatan dari jarak Aina berjalan.
Srett
Tangannya ditarik kencang oleh seseorang. "Eh loe siapa?"
"Siapa? Gue? Loe amnesia sampai loe gak kenal sama gue?" Tentu Aina kenal dengan orang yang menyeret tangannya dan mengurung tubuhnya di tembok. Jefran Anthony Smith, laki-laki kurang ajar yang melecehkannya di Club.
"Gue beneran gak kenal siapa loe!! Minggir!! Gue mau pulang." Aina berusaha melawan, ia melepaskan diri dari cengkeraman Jefran namun gagal. Jefran malah menarik kacamatanya hingga lepas .
"Loe cantik kalau nggak pake kacamata." Jefran baru saja sadar kalau warna mata Aina yang coklat terang sangat menakjubkan."Mata loe indah."
"Siniin nggak kacamata gue." Bukannya menurut malah Jefran melepas ikatan rambutnya sehingga rambut yang panjang itu tergerai. Saat angin bertiup sangat kencang, helaian-helaian dari rambut yang panjang dan hitam itu melambai-lambai mengusik penciuman Jefran. Rambut gadis ini beraroma stroberi dan mawar.
Aina ketakutan sendiri saat dengan berani Jefran malah menarik lembut rambutnya yang panjang lalu di cium .
"Wangi."
"Kenapa kamu menyembunyikan kecantikan kamu Aina? Wajah yang begitu cantik dan lembut, mata yang indah." Mata Jefran yang kurang ajar turun melihat tubuh Aina yang masih terbungkus seragam sekolah. "Tubuh seksi." Aina semakin ketakutan saat jemari Jefran menyusuri pipinya yang agak chubby, mengecupnya singkat tapi mampu membuat hatinya berdesir hebat.
Darah muda Jefran bergejolak menginginkan lebih dari sekedar kecupan kecil. Ia ingin mengulum bibir Aina yang kecil mungil itu meski pemiliknya bergetar ketakutan. Tapi saat jarak wajah mereka yang semakin dekat, Jefran merasakan kerah bajunya di tarik ke belakang.
"Eh kutu kampret loe mau mesumin temen gue?"
"Angel!! Ngapain loe ganggu kesenangan gue?" Angel mendelik, menaikkan satu alis matanya. Ia melihat Aina yang sudah ketakutan, kacamatanya entahย kemana dan rambutnya sudah tergerai acak-acakan.
"Gue mau bawa Aina pergi!! Loe minggir sana!!" Sebenernya Angel takut dengan Jefran tapi ia berani-beranikan demi Aina. Gak mungkin Jefran bakal mukul cewek kan?
Angel dengan angkuh menggandeng tangan Aina dan melewati Jefran begitu saja tanpa peduli kalau laki-laki mesum itu menatap Aina penuh hasrat apa lagi rambut Aina yang berterbangan menambah pesona dari gadis itu.
"Suatu saat nanti aku akan dapatin kamu, Aina!!" Gumamnya lirih sambil memunculkan senyum iblis.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ