Chapter 5 - Tukeran Bekal Yuk!

Selama pelajaran berlangsung, Gabby melihat Michael menerima beberapa surat yang dilipat menjadi pesawat dari teman kelas mereka. Setiap kali menerima surat-surat itu, Michael hanya membaca sekilas lalu melipatnya kembali.

Bukan bermaksud jadi orang yang nggak sopan, hanya saja Gabby merasa sangat penasaran dengan isi surat yang diterima Michael, jadi setiap kali Michael membaca suratnya Gabby ikut membacanya.

Isinya hanya seperti, "nanti makan siang bareng, yuk." atau "setiap kali melihatmu jantungku selalu berdebar-debar." Tak kuasa melihat isi surat itu, Gabby tertawa kecil.

"Ciee, ternyata kamu populer ya disini." Goda Gabby sambil menaik-turunkan alisnya beberapa kali.

Michael kaget mendengar suara Gabby lalu melipat kembali surat itu dengan cepat dan menaruhnya di loker mejanya.

"Diam. Itu bukan urusanmu." Jawab Michael dengan nada dingin.

Gabby memutar bola matanya lalu menjawab, "Siap Mr. Popular." sambil membuat gestur mengunci mulutnya dan membuang kuncinya.

--

Saat jam istirahat, Gabby berjalan menuju lapangan belakang sekolah dan berusaha untuk selalu menyapa setiap murid yang dilewatinya agar dia dianggap sebagai anak baru yang ramah.

Sesampainya di lapangan, dia langsung duduk di kursi kayu panjang. Dia memperhatikan sekelilingnya dan menyadari kalau lapangan belakang sekolah itu masih sepi, hanya ada dirinya.

Gabby sudah dapat mencium bau masakan ibunya sebelum dia membuka tepak makannya, dari baunya saja dia sudah tahu kalau ibunya membawakannya nasi goreng, menu kesukaannya. Dia menghirup dalam-dalam masakan ibunya dan menghembuskan nafas yang besar.

Saat Gabby mau membuka tepak makannya, dia membau masakan yang lebih enak daripada masakan ibunya, baunya berasal tepat di samping dimana dia duduk. Gabby menoleh dan melihat tepak makan yang ada di pangkuan Michael.

Sejak kapan dia ada disini, pikir Gabby.

Kelihatannya Michael tidak menyadari keberadaan Gabby, dia tetap makan dengan tenang. Setiap sehabis memasukkan sendok ke dalam mulutnya dia akan mengelap mulutnya dengan sapu tangannya. Proses selama dia makan terlihat sangat elegan seperti sedang makan di restoran mahal.

Bau masakannya sangat menggoda sampai-sampai Gabby tidak tersadar kalau mulutnya terbuka membentuk seperti huruf O.

Tidak tahan dengan baunya Gabby mengajaknya bicara, "Hey, makan apa kamu?" Saat itu di halaman belakang sekolah hanya ada mereka berdua, Michael melihat ke arah Gabby dan menunjuk dirinya seakan-akan bertanya aku?

Gabby memutar matanya dan menjawab, "Nggak! Aku lagi ngajak ngomong sama mbak-mbak yang lagi berdiri dibelakangmu."

Dengan bodohnya, Michael menoleh melihat ke belakang berusaha melihat mbak-mbak yang dimaksud Gabby tadi.

"Kamu ini bodoh atau apa sih?! Ya jelas aku ngajak ngomong kamu! Disini hanya ada kita berdua." Ketus Gabby.

Michael menyelesaikan mengunyah makanannya, melihat tepak makannya lalu menjawab, "Nasi."

"Maksudku, lauknya bodoh! Aku tahu kalau kamu makan nasi." sahut Gabby dengan kesal.

Michael terdiam beberapa saat, melihat Gabby dan menjawab dengan nada dingin, "Fried chicken in butter sauce."

Gabby tidak tahan lalu tertawa dengan keras, "Gak usah sok! tinggal aja bilang ayam goreng saus mentega." Michael hanya menunjukkan jari tengahnya ke arah Gabby lalu melanjutkan makannya.

"Aku boleh minta gak?" setelah bertanya itu ke Michael, Gabby merasa sangat bodoh lalu memukul jidatnya sendiri, "Ok, abaikan saja aku."

Michael hanya melihat Gabby sebentar lalu melanjutkan makan bekalnya. Gabby mengedipkan matanya lalu memiliki ide yang jahat.

Dia berjalan ke tempat Michael duduk dan menyodorkan bekalnya, "Gimana kalau kita tukeran bekal?"

Tanpa berpikir panjang Michael menggelengkan kepalanya.

Dih, sombong amat. Pantes dia nggak punya teman pikir Gabby.

Dengan tidak sabar Gabby mengambil tepak makan Michael dan menyodorkan tepak makannya dihadapan remaja laki itu. "Kelamaan! Aku makan ini, kamu makan bekalku!"

Michael hanya bisa membuka mulutnya dan melihat Gabby memakan bekalnya. "Heh! Jangan makan bekalku!" ujar Michael sambil berusaha mengambil tepak makannya kembali, suaranya bergetar.

Dia tidak tahu harus berbuat apa karena dia tidak pernah ketemu perempuan segila ini.

"Kamu kelamaan mikir sih, habis gini sudah mau bel masuk. Sudah sana makan bekalku." sahut Gabby dengan mulutnya yang penuh dengan nasi.

Michael menyerah dan hanya bisa melihat perempuan itu menghabiskan bekalnya dengan perasaan benci. Benci karena kenapa seorang remaja laki seperti Michael tidak bisa melawan perempuan yang badannya dua kali lebih kecil dari dirinya, dan benci karena dia lupa untuk membawa uang jajan.

"Ya sudah, habiskan saja bekalku. Aku masuk." ujar Michael dengan kesal.

Kalau saja dia bukan perempuan pasti aku akan mengajaknya berkelahi, pikir Michael sambil berjalan kembali ke arah kelas. Meskipun dia tahu misalnya yang melakukan hal itu adalah laki-laki, dia pasti juga tidak akan berani mengajaknya berkelahi.

Tidak lama kemudian bel berbunyi dan Gabby kembali ke kelas membawa dua tepak makan. Satu milik Gabby dan satu milik Michael. Dengan santai Gabby berjalan ke arah Michael dan mengembalikan tepak makannya.

"Makasih ya, fried chicken in butter sauce nya enak banget." kata Gabby dengan nada mengejek. Michael memutar bola matanya lalu mengambil tepak makan dari tangan Gabby tanpa melihat mukanya.