Gabby mengambil batu itu, kaki kanannya diletakan di belakang, menghitung aba-aba lalu,
PRANG!!
Gabby melihat kaca jendela rumah Michael pecah, tidak berpikir panjang Gabby langsung menarik tali Nara dan berlari ke arah pulang tanpa melihat ke arah belakang.
"Aku harap tidak ada yang melihat aksi kita ya!" Seru Gabby sambil melihat Nara
--
Jika Agnes tidak mengingat kalau Gabby adalah anaknya, mungkin dia sudah mencincang habis tubuh remaja perempuan itu.
Tidak lama setelah Gabby kembali dari mengajak jalan sore Nara, Adam datang bertamu membawakan berita yang membuat Agnes naik darah. Adam membawakan rekaman CCTV yang menampilkan detik-detik anaknya melempar batu ke arah jendela rumah Michael.
"Gabby!" Teriak Ibu dari lantai bawah.
Agnes mendengar suara langkah kecil berhenti di belakangnya,dia memutar badannya dan melihat Gabby sambil memijat-mijat kepalanya.
Jika tatapan dapat membunuh, mungkin Gabby sudah mati sekarang.
"Bikin ulah apalagi kamu?!" Bentak ibu dengan nada tinggi. Muka ibunya memerah karena menahan emosi.
"Anu... Itu bu," Jawab Gabby dengan terbata-bata. Dia menundukkan kepalanya, tidak berani melihat muka ibunya.
"Sudah! Ibu gak mau dengar alasanmu!", Tukas Ibu kesal, dia menunjuk tangga dan berkata, "Masuk kamarmu sekarang juga! Mulai hari ini dan sampai satu bulan ke depan kamu tidak boleh keluar rumah selain untuk pergi ke sekolah atau ke tempat les!"
Mulut Gabby terbuka lebar, tidak menyangka ibunya menyuruhnya untuk berdiam membusuk di dalam rumah. "Bu! Apa itu gak terlalu berlebihan? Aku cuman memecahkan jendela Michael karena dia membuatku kesal!"
"Cuman? Kamu bilang cuman?! Itu masalah yang besar Gabby!" ucap Ibunya dengan nada tinggi. "Kalau kamu meminta maaf ke Michael dan Adam, mungkin ibu akan mengurangi hukuman buatmu."
Agnes sudah tahu kalau anaknya itu tidak pernah bisa untuk meminta maaf, seakan-akan ego nya tersakiti setiap kali dia harus meminta maaf. Pernah, waktu Gabby berusia 12 tahun dia memecahkan vas di ruang tamu. Bukannya meminta maaf, dia malah menyalahkan lantainya yang licin.
Gabby tidak bisa berbuat apa-apa, menghela nafasnya dengan pelan dan berkata, "Baiklah." memutar badannya dan berjalan naik ke kamarnya.
--
Sebenarnya waktu Gabby memecahkan jendela rumahnya, Michael sedang berada di sofa membaca buku. Untung saja batu itu tidak mengenai kepalanya.
Saat mendengar suara kaca pecah, Adam langsung datang terburu-buru sambil membawa sapu di tangannya. Setelah mengetahui kalau ada seseorang yang melempar batu ke arah kaca jendela rumah yang menyebabkannya sampai pecah, Adam hampir saja menghubungi pihak kepolisian dan meminta mereka untuk segera kesini.
Michael hanya memutar bola matanya dan meminta Adam untuk tenang dan melihat hasil rekaman CCTV yang terpasang di depan rumah Michael.
Michael melihat ke arah jendela yang dipecahkan Gabby dan berpikir, dia itu sebenarnya perempuan atau laki-laki sih?
"Tuan muda, apa tuan muda baik-baik saja?" tanya Adam dengan sopan. Dia berdiri di belakang Michael, tangannya dilipat di belakang punggungnya.
Michael membalik badannya lalu menganggukan kepalanya, "Ah, ya aku baik-baik saja." dia tersenyum lalu melanjutkan, "Aku naik dulu, terima kasih sudah menggantikan ku datang ke rumah Gabby."
Adam membungkuk dan berkata, "Dengan senang hati, tuan muda."
--
Besoknya, seperti dugaan Michael, Gabby tidak masuk sekolah. Padahal tadi pagi Michael sudah latihan di depan kaca untuk memilih ekspresi seperti apa yang harus ditunjukkannya saat Gabby meminta maaf.
Ada sedikit perasaan kecewa saat Michael tidak melihat batang hidung Gabby di sekolah.
--
Saat pulang sekolah Michael melewati depan rumah Gabby dan berniat untuk membunyikan bel, bermaksud untuk mendengar permintaan maaf dari Gabby. Tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat Gabby sedang menyapu halaman depan rumahnya.
Gabby tidak menyadari kehadiran Michael dan tetap menyapu rumahnya sambil cemberut. Michael dapat melihat mulut Gabby bergerak sendiri tanpa mengeluarkan suara, seolah-olah dia sedang menggerutu sendiri.
Tanpa disadari, Michael tersenyum melihat kelakuan Gabby.