Tepat jam 3 sore, Adam sudah berdiri manis di depan mobil yang dia kendarai untuk menjemput Michael. Saat dia melihat Michael mendekat, dia langsung membenarkan dasi yang dipakainya, lalu menyapa Michael sambil membukakan pintu belakang mobil.
"Tuan muda." Sapa Adam dengan sopan.
Michael hanya menganggukan kepalanya sekali.
Memang, setiap hari Michael selalu pulang sekolah dengan raut wajah yang lelah seperti ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan segera tidur di kasur empuknya. Tapi, hari ini seperti ada yang berbeda pikir Adam.
Setiap dua menit sekali Adam selalu melihat ke arah spion belakang mobil dan memperhatikan kalau Michael hanya melihat ke arah jalanan dengan tatapan yang kosong sambil memegang perutnya.
"Tuan muda, apa kita perlu mampir ke rumah sakit dahulu sebelum kembali ke rumah?" Tanya Adam dengan hati-hati.
"Nggak usah. Aku pingin cepat pulang." jawab Michael dengan lemas.
Mendengar suara lemas Michael membuat Adam menjalankan mobilnya dengan cepat.
--
"Gabby! Kenapa bekalmu belum dimakan sama sekali?" tanya ibu Gabby dengan kesal, "Apa kamu sudah nggak mau makan masakan ibu lagi?"
Aduh! Bekalku lupa aku kasih ke pak Rahmat pikir Gabby dalam hati.
Awalnya, Gabby berencana untuk memberi bekalnya ke satpam sekolah, pak Rahmat. Tapi karena dia sudah capek, dia ingin segera pulang ke rumah sehingga dia lupa untuk memberi bekalnya ke pak Rahmat.
"Bukan begitu bu. Aku tadi dibelikan teman sekelasku makan siang." jawab Gabby, dia berharap ibunya tidak tahu kalau anaknya sedang berbohong.
Mendengar anaknya sudah memiliki teman di hari pertama sekolah membuat emosi ibunya hilang seketika, "Oh? Kamu sudah punya teman disana?"
"Iya bu. Michael yang membelikanku makan siang." Cengir Gabby sambil mengelus leher belakangnya.
Ibunya tersenyum lebar, memegang bahu Gabby lalu menjawab, "Bagus! Semua berjalan sesuai rencana!" Ibu Gabby melepas pegangannya, dan menaruh sehelai rambut di belakang telinga Gabby, "Baik-baik ya sama Michael. Ibu mendukungmu."
Gabby mengerutkan dahinya, sesuai rencana?
Saat Gabby ingin bertanya mengenai rencana apa yang dimaksud oleh ibunya tadi, ibunya sudah berjalan menjauh sambil membawa laptop kerjanya ke ruang keluarga.
--
Adam mengetuk pintu ruangan musik Michael dengan pelan, "Tuan muda, sudah saatnya makan malam."
Biasanya, Adam perlu mengetuk pintu kamar Michael lebih dari tiga kali atau bahkan sampai masuk ke ruangannya baru Michael akan berhenti bermain piano dan mengikutinya keluar.
Tapi sekarang, Adam hanya perlu mengetuk sekali lalu bunyi piano berhenti dan mendengarkan langkah kaki yang mendekati pintu. Saat pintunya dibuka, Adam disambut oleh muka lemas Michael. Dengan berlari kecil Michael menuruni tangga dan berjalan ke arah ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, tanpa basa-basi atau mengucapkan doa, Michael langsung mengambil sendok dan makan dengan lahap. Hal itu membuat Adam sedikit khawatir, karena biasanya Michael tidak pernah makan selahap sekarang ini atau kadang Michael tidak menghabiskan makanannya.
Perasaan bangga muncul di dalam diri Adam, dia berpikir ah, keahlian masakanku sudah tinggi sekarang.
Setelah selesai makan, Michael menaruh sendoknya lalu mengelap mulutnya dan berkata, "Enak sekali masakanmu, Adam. Tapi aku punya satu permintaan."
"Apa itu tuan muda?" tanya Adam penasaran, pikiran Adam mulai dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan permintaan aneh dari Michael. Seperti, menyuruhnya untuk mengadopsi naga untuk dipelihara atau memasak sup kalajengking.
Michael berdiri dari kursinya dan berkata, "Mulai besok nggak usah bawain aku bekal makan siang. Aku beli aja di kantin sekolah."
"Oh... Iya Tuan muda?" Adam menganggukan kepalanya, dan melihat Michael berjalan keluar dari ruang makan.