Michael menyodorkan buket bunga yang ada di tangan kirinya ke hadapan Gabby, sambil menunjukkan senyuman manisnya dia berkata, "Maaf aku terlambat, tadi aku mampir ke toko bunga sebelum ke sini."
"Hm, baunya enak sekali. Makasih ya." Ucap Gabby sembari menghirup bau buket bunga yang ada di hadapannya. Bunganya terlihat cantik sekali, perpaduan warna mawar merah dan putih membuat segar mata Gabby.
Ini baru pertama kalinya Gabby menerima bunga dari seorang laki-laki, karena ayahnya tidak termasuk dalam hitungan. Di dalam pikirannya Gabby sedang membayangkan akan menaruh bunga itu ke dalam vas bunga dan akan menaruhnya di meja sebelah tempat tidurnya.
"Gabby! Michael!" Terdengar suara teriakan dari belakang Gabby yang membuatnya membalik badannya.
Dan benar saja saat Gabby menoleh dia bisa melihat Ibunya sedang melambaikan tangannya dengan semangat, seolah-olah memanggil mereka untuk mendekat, "Kemarilah! Kita ambil foto keluarga bersama!"
Michael membuka mulutnya dengan lebar dan mukanya terlihat memerah, dia lalu menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya, "Tidak apa, saya disini saja tante."
"Omong kosong macam apa itu?Ayo sini calon menantuku, kita foto bersama." Ibu Gabby berjalan lalu menarik lengan Michael untuk berdiri di sebelah ayah Gabby.
"Kenapa kita harus mengambil foto bersama Michael?" Tanya Ayah Gabby sambil menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah langit-langit gedung.
Ibu Gabby menyipitkan matanya ke arah suaminya lalu berdecak kesal ke arahnya, "Kamu diamlah! Kalau kamu protes kamu bisa keluar dan menunggu kami selesai mengambil foto..." Ibu Gabby mengalihkan pandangannya ke arah Michael lalu melanjutkan, "...kita hiraukan saja dia Michael, ayo sini foto bareng tante dan Gabby."
Melihat perbedaan sikap Ibunya memperlakukan ayahnya dan Michael membuat Gabby tertawa kecil, seakan-akan sikap ibunya berubah dari Singa yang siap memakan mangsanya lalu berubah menjadi kucing yang manja saat berbicara dengan Michael.
Wajah ayahnya berubah dari terlihat dingin menjadi merah karena menahan malu, dia lalu memegang belakang lehernya dan membasahi tenggorokannya yang kering.
Akhirnya karena perasaan takut akan istrinya, dia meminta tolong orang asing yang kebetulan lewat di hadapannya untuk mengambil foto 'keluarga' mereka. Setelah berhasil mengambil foto yang semi canggung ayah Gabby mengambil kameranya dari tangan orang itu dan berterima kasih.
Saat Gabby melihat pelatih Hendrik keluar dari belakang panggung, dia melambaikan tangannya, "Pelatih Hendrik! Ayo kita ambil foto bersama!"
Pelatih Hendrik berjalan dengan senyumannya yang lebar ke arah Gabby sedang menunggunya. Dia lalu menjabat kedua tangan orang tua Gabby dan mengucapkan selamat atas kemenangan anak satu-satunya itu.
Akhirnya, foto keluarga yang awalnya hanya ada empat orang berubah menjadi lima orang. Gabby dan Michael berdiri berdampingan, tangan kanan Gabby membawa buket bunganya untuk ikut berfoto, wajahnya terlihat sangat cerah sampai-sampai Michael tidak bisa membedakan antara Gabby dan bunganya. Michael membuat gerakan peace dan tersenyum lebar.
"Say chesse!" Seru orang asing yang tadi diberhentikan oleh ayahnya, tangannya menekan tombol shutter dan cahaya flash membutakan mata mereka sesaat. Ibu Gabby mengucapkan terima kasih dan mengambil kameranya dari orang asing itu.
Setelah Ibunya melihat hasil fotonya dia menepuk tangannya dua kali dengan keras dan berkata, "Ok! Saatnya kita untuk makan malam bersama di luar!"
--
Di dalam restoran yang terlihat mahal, Gabby duduk disebelah Michael dan ayah dan ibu Gabby duduk di seberang mereka. Melihat interaksi kedua remaja yang duduk di seberangnya membuat Ibu Gabby memikirkan kembali ide perjodohan anak perempuannya.
"Michael." Mulai Ibu Gabby dengan pelan, dia menaruh gelas minumannya di atas meja lalu melipat kedua tangannya dan menaruhnya di bawah dagunya.
Mendengar namanya dipanggil membuat Michael menyelesaikan mengunyah makanannya lalu mengelap mulutnya dengan lap yang tersedia, "Kenapa tante?"
"Michael, apakah kamu menyukai Gabby?" Tanya Ibu Gabby sambil tersenyum dengan ramah.
Mata Michael terbelalak kaget dan dia dapat mendengar Gabby tersedak dengan keras, Michael lalu dengan cepat mengambilkan segelas air untuk teman perempuannya itu. Setelah perempuan itu mengambil gelas dari tangannya, dia langsung mengelus-elus punggung Gabby, berusaha menenangkannya.
Senyuman di wajah Ibu Gabby membesar lalu bertepuk tangan dengan kecil, "Oke! Wajahmu sudah menjawab pertanyaan tante." Dia lalu mengambil sendok makannya dan mengambil daging steak di piringnya, sebelum memasukkannya di dalam mulut dia melanjutkan, "Kalau begitu, kamu sudah pasti menjadi menantu tante suatu saat nanti!"
Gabby mengelap mulutnya dengan belakang telapak tangan kanannya dan memperotes, "Bu!"
"Sudah diamlah! Ibu ini sudah yakin dengan Michael.." Ibu Gabby menoleh ke arah suaminya dan menunjuknya dengan sendok makan, "Dan kau juga diamlah, jangan banyak protes."
Ketika Ibu Gabby kembali menatap wajah Michael, dia langsung menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan warna merah yang ada di pipinya.