Gabby berjalan ke arah Michael dan memutar bola matanya saat melihat laki-laki itu tersenyum lebar, membantunya berdiri dan menepuk-nepuk tanah yang menempel di baju Michael.
"Mana lagi yang sakit?" Tanya Gabby, dia menyentuh kening Michael dan merasa lega saat melihat tidak ada darah yang keluar.
Michael menutup matanya, menahan rasa sakit saat Gabby menyentuh keningnya lagi, "Cuman keningku aja." Jawab Michael tersenyum sambil menurunkan tangan Gabby.
Gabby mengerutkan dahinya dan berpikir kalau mungkin Michael masih merasa syok makanya dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Perempuan itu lalu menaruh lengan Michael di bahu Gabby dan membantunya berjalan, "Jangan takut, aku akan selalu melindungimu."
Laki-laki itu tidak menjawabnya, hanya terdiam dan melihat wajah Gabby sambil tersenyum lalu menutupnya kembali. Gabby berpikir laki-laki ini beneran lagi tidak bisa berpikir dengan jernih, "Ayo kita ke UKS."
Saat Gabby melewati Billy dia berhenti sejenak dan kembali menendang kakinya yang sakit dengan keras, "Jangan macem-macem lagi sama Michael!"
"Aduh! Iya iya!" Ujar Billy sambil melindungi kakinya dari tendangan perempuan itu.
Saat Gabby berjalan menjauh dengan lengan Michael yang bertumpu di bahunya, Billy mengangkat kepalanya dan dapat mendengar gerutu anak buahnya, Jeremy, "Dibilangin apa, dia itu perempuan gila."
Billy melihat ke arah suara itu berhasil dan belum sempat dia ingin memakinya terdengar suara melengking dari kejauhan, "Kalian semua yang ada disana berhenti!"
--
Di dalam ruangan UKS, guru penjaga di sana langsung membantu Gabby membawa Michael ke tempat tidur yang tersedia. Guru itu langsung bergegas mengambil kotak P3K dan mengoleskan minyak ke kening Michael dengan pelan.
Melihat situasi di hadapannya, guru itu tidak dapat menahan tertawanya dan berkata, "Biasanya perempuan dibantu oleh laki-laki, kalau ini sebaliknya."
Tapi guru itu langsung menghentikan gelak tawanya saat dia melihat Gabby sedang memberinya tatapan yang sadis, "Jangan berkata seperti itu." Geram Gabby.
"Ah, iya maaf." Seru guru itu dengan cepat, setelah dia selesai mengoleskan minyak di kening Michael guru itu langsung bergegas keluar dengan alasan ingin membuatkan Michael teh hangat.
Setelah melihat guru itu pergi, Gabby memalingkan wajahnya dan memasang wajah serius, "Hey, apa masih ada yang sakit? Selain keningmu?"
Michael yang semula matanya tertutup langsung membuka matanya dan membalas tatapan Gabby, dia menggelengkan kepalanya, "Nggak. Jangan ajak aku bicara lagi, aku masih terpukau dengan aksimu tadi disana."
Mendengar hal itu warna merah langsung terlihat, awalnya mulai dari pipinya, tapi saat laki-laki itu menatapnya dengan tatapan kagum, muka dan lehernya menjadi ikut berubah warna, "Hentikan omong kosongmu itu!" Sahut Gabby sambil meninju pelan bahu Michael.
"Sampai mereka berani meminta uang darimu lagi, aku akan pastikan mereka akan dilarikan ke rumah sakit!" Ucap Gabby tiba-tiba, perasaan emosinya kembali lagi saat melihat kening laki-laki itu yang sedang terbaring di atas tempat tidur UKS.
Michael melihat Gabby, membuka mulutnya namun tidak ada kata-kata yang keluar lalu menutupnya lagi. Beberapa detik kemudian dia berkata dengan pelan, "Aku mau belajar karate."
"Kamu seriusan?!" Ucap Gabby sambil menggoyang-goyangkan bahu Michael, tidak mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki itu. Gabby lalu berhenti melakukan itu saat dia melihat dahi Michael berkerut kesakitan.
"Iya aku serius. Aku nggak mau menjadi laki-laki yang lemah." Lirih Michael, matanya yang hitam itu terlihat sendu. Selain itu aku juga mau menjagamu pikir Michael dalam hati.
Merasa senang karena akhirnya dia bisa berlatih dengan Michael, dia pun menganggukan kepalanya dengan semangat, "Baiklah! Nanti kita ke tempat lesku, dan aku akan berbicara dengan pelatih Hendrik!"
Seketika mendengar nama pelatih Hendrik yang tendangannya terlihat kuat langsung membuat Michael ingin mundur dan tidak jadi berlatih.
--
Saat Gabby memberitahu pelatih Hendrik kalau Michael ingin ikut berlatih karate, wajah pelatih Hendrik terlihat susah untuk dijelaskan. Mungkin seperi melihat hantu merupakan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan raut wajahnya.
Pelatih Hendrik melihat ke arah Michael berdiri dengan wajah yang serius, lalu menghembuskan nafasnya dan berpikir kenapa tiba-tiba anak itu ingin berlatih karate? Badannya terlihat lemah untuk belajar seni bela diri.
"Kamu, apa benar-benar ingin berlatih karate?" Tanya Pelatih Hendrik dengan dingin.
Michael hanya menganggukan kepalanya.
"Ha... Karate itu nggak mudah anak muda, badanmu..." Pelatih Hendrik melihat dari ujung kepala sampai kakinya Michael lalu kembali ke matanya, "...terlihat sangat lemah, bukannya mengejek! Hanya saja kamu lebih cocok untuk bermain alat musik!"
"Pelatih, apa kamu sedang merendahkan teman saya?" Tanya Gabby sambil memiringkan kepalanya.
"Bukan seperti itu! Aku cuman khawatir dia tidak bisa mengikuti pembelajaran kita." Ujar pelatih Hendrik dengan suara rendah, bermaksud untuk menenangkan Gabby.
"Maksudku, aku mau belajar dengan serius." Sela Michael, raut wajahnya terlihat serius.