Pelatih Hendrik mengedipkan matanya berkali-kali saat melihat ke arah Michael, dia menghembuskan nafasnya lalu menganggukan kepalanya dengan pelan, "Hmm baiklah."
"Horee! Pelatih harus benar-benar mempercayai Michael, dia benar-benar ingin belajar karate!" Seru Gabby dengan semangat, karena terlalu bersemangat tanpa disadari kedua tangannya terkepal dengan erat.
"Iya, aku tahu." Pelatih Hendrik memalingkan pandangannya ke arah Michael lalu melanjutkan, "Minggu depan datanglah kesini untuk memulai pembelajaran pertama mu."
Gabby menoleh lalu melihat ke arah Michael dengan mata yang berbinar-binar. Michael menundukkan kepalanya merasa malu karena ada empat pasang mata yang melihat ke arahnya, dia lalu menengadahkan wajahnya dan menjawab pelatih Hendrik, "Baiklah. Terima kasih telah menerima saya."
--
Setelah Gabby berhasil mengalahkan Richard dan geng Ular Hitam dia menjadi semakin terkenal di sekolahnya. Semua orang, entah itu laki-laki atau perempuan ingin menjadi temannya.
Awalnya saat Ibu Gabby mendengar anaknya berhasil melawan sekelompok remaja yang jahat itu dengan cara kekerasan, dia memarahinya dengan habis-habisan tapi saat dia tahu kalau banyak teman anaknya merasa tertolong Ibu Gabby merasa bangga.
Pagi itu Gabby bergegas memakan sarapan yang disediakan oleh ibunya dan langsung berlari ke arah pintu keluar, "Ayah! Ibu! Aku berangkat dulu ya!"
"Hati-hati ya!" Seru Ibunya sembari mengikutinya berjalan di belakang Gabby.
Ibunya melihat Gabby berlari dengan membawa tas sekolahnya ke arah rumah Michael, anaknya itu hampir terjatuh karena tersandung oleh kakinya sendiri. Sejak kejadian di restoran itu Agnes menyerahkan tugas mengantar Gabby sekolah ke tangan calon menantunya itu.
Meskipun setiap pagi Daniel selalu menggerutu tidak terima kalau Michael menjadi menantunya, Agnes tidak pernah menghiraukannya.
Sesampainya di dalam mobil, Gabby membuka tasnya dan mengeluarkan tepak makannya, "Kamu sudah sarapan belum? Ini aku bawain roti selai." seru Gabby sambil menyodorkan tepak makannya.
Sebelum Michael memakai sarung tangan pemberian Gabby, dia membuka tepak makannya dan langsung memasukkan roti selai itu ke dalam mulutnya, "Makasih ya."
Meskipun sebenarnya Michael sudah sarapan salad sayur buatan Adam dia tetap memakan roti buatan Gabby dengan lahap, dan berusaha dengan keras untuk menelan roti itu.
Setelah Michael berhasil menelan roti buatan Gabby itu, dia mengerutkan keningnya saat melihat hanya tersisa satu roti di tepak makan perempuan itu. Michael melihat wajah Gabby lalu bertanya, "Itu bekalmu untuk nanti siang?"
"Hmm iya." Gabby menganggukan kepalanya, lalu cepat-cepat melanjutkan saat melihat kerutan di kening Michael, "Nanti aku juga beli makan siang di kantin kok! Tenang aja."
Michael melihat mata Gabby lalu menghembuskan nafasnya, "Nanti kamu makan siang makan bekalku aja."
Saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Michael, tanpa disadari mulut perempuan itu langsung terbuka kecil. Gabby berpikir kenapa dia menjadi baik sama aku? Bukannya biasanya dia laki-laki terpelit yang pernah aku temui? Apa tadi pagi kepalanya habis terbentur sama pintu?
Michael menundukkan kepalanya lalu membuka tas sekolahnya, dia merogoh-rogoh isi dalam tasnya sebentar lalu mengeluarkan dua tepak makan siang. Satu berwarna biru muda dan satunya berwarna kuning, Michael melihat perempuan itu lalu menyodorkan tepak berwarna kuning yang ada di tangan kanannya.
Mata Gabby berbinar-binar saat melihat tepak makan yang ada di hadapannya, dia mengambilnya lalu melihat Michael dengan tatapan tidak percaya, "Kok kamu bawa dua bekal?"
"Cuman jaga-jaga saja." Jawab Michael dengan singkat, dia lalu memasukkan tepak makannya dan melanjutkan memakai sarung tangannya.
Kejadian sebenarnya adalah, kemarin malam Michael sengaja meminta Adam agar besok dia membawakannya dua bekal makan siang karena dia takut besok Gabby akan meminta jatah makan siangnya.
"Ya ampun! Kamu baik banget sih!" Seru Gabby mencubit pipi kiri Michael dengan keras yang membuat laki-laki itu meringis kesakitan.
"Aduh! Apa sih, sakit tahu." Laki-laki itu mengelus pipinya dan kemudian pura-pura membenarkan sarung tangannya, dia berharap Gabby tidak menyadari kalau telinganya sekarang berwarna merah seperti jus tomat.
Di luar mobil, Adam yang sedari tadi menyaksikan keduanya bergaya seperti remaja yang sedang di mabuk cinta hanya bisa berusaha memasang wajah yang datar. Dia masih belum menyangka kalau Tuan Muda yang terkenal dingin dan hampir tidak pernah tersenyum itu sekarang akan menjadi calon suami Gabby.
Adam menggelengkan kepalanya dengan pelan agar tidak kelihatan berusaha membuang pikirannya, lalu menundukkan kepalanya memberi hormat saat melihat mobil yang dikendarai Michael melaju pergi meninggalkan halaman depan rumah.