Chapter 22 - Geng Ular Hitam

Sejak Gabby berhasil mengalahkan Richard di halaman belakang sekolah, Gabby jadi memiliki banyak teman baru di sekolah. Setiap hari dia menjadi semangat untuk bersekolah karena sudah tahu kalau disana sudah ada temannya, selain Michael, yang menunggunya.

Tapi berbeda dengan Michael, selama di sekolah dia tetap selalu diam dan hanya berbicara kepada Gabby. Hal itu tentu saja membuat Elizabeth iri.

Setelah keluar dari toilet, Gabby berjalan ke arah kelas sambil bersenandung lagu yang tadi pagi dia dengar di radio saat berangkat sekolah bersama Michael. Langkahnya terhenti saat dia mendengar suara isak tangis di lapangan belakang sekolah.

Mendengar suara itu membuat Gabby ragu untuk mencari tahu siapa yang sedang menangis, apa itu teman sekelasnya atau mungkin hantu? Pikir Gabby. Membuang pikirannya jauh-jauh dia akhirnya mengikuti suara isak tangis itu, dan untung saja ketika dia sudah sampai di halaman belakang sekolah yang menangis adalah seorang manusia.

Ada dua orang perempuan yang wajahnya tidak Gabby kenali, keduanya sedang duduk di kursi kayu panjang tempat biasanya Michael dan Gabby bertukar makan siang. Begitu Gabby mendekati mereka, ada satu perempuan yang sedang menangis, dia mengusap matanya dengan tisu, dan disebelahnya terdapat satu perempuan lain yang sedang berusaha menenangkannya.

"Sudahlah, jangan nangis lagi."

"Uangku hilang Deb! Gimana aku gak nangis."

"Kamu kan bisa minta lagi ke orangtuamu."

"Lagi?! Nggak semua orang tua punya uang sebanyak orang tuamu Debora!"

Teman perempuan yang sedang menangis itu terdiam sejenak lalu kembali mengelus-elus punggungnya dan menghapus air mata temannya.

"Ada apa ini?" Tanya Gabby sambil berjalan mendekat ke arah mereka.

Dua perempuan itu memutar kepalanya, melihat Gabby, lalu melihat satu sama lain.

"Siapa kamu?"

"Aku nggak pernah melihatmu sebelumnya." Ujar perempuan itu yang tadi sedang menangis.

Gabby tidak menghiraukan pertanyaan mereka, berjalan mendekat lalu melihat mata merah anak itu dengan penasaran, "Kenapa kamu menangis?"

Perempuan itu melihat Gabby dengan takut-takut lalu mengusap air matanya yang tidak bisa berhenti, "Uang sekolah ku diambil secara paksa."

"Siapa yang berani mengambilnya?! Aku akan menghabisi mereka!" Gabby mengerutkan dahinya. Dari dulu Gabby paling benci terhadap tipe-tipe pembullyan seperti ini, itu sebabnya dia bertanya kepada perempuan itu agar dia bisa menghabisi orang yang mengambil uang milik perempuan itu.

"Orangnya ada banyak sekali. Aku nggak tahu dia kelas berapa." Jawab perempuan itu sambil menggeleng kan kepalanya.

Teman perempuan itu yang dari tadi diam saja akhirnya membuka mulutnya, "Sepertinya mereka adalah geng Ular Hitam. Mereka selalu mengambil uang dari kami katanya sih untuk uang patroli keamanan sekolah."

Gabby mengerutkan dahinya seketika menyadari kalau dia sedang berbicara dengan orang-orang bodoh, mana ada patroli keamanan di sekolah ini? Bukannya itu tugas pak Rahmat?

"Iya, setiap mereka mengambil uang kami mereka selalu beralasan seperti itu." Timpal perempuan tadi yang sedang menangis.

Ular Hitam? Uang untuk patroli keamanan?

Gabby merasa tanpa sadar kedua tangannya terkepal dengan erat, dan wajahnya memanas karena menahan luapan emosi, "Dimana mereka?! Aku akan menghabisi mereka!"

Kedua perempuan itu ketakutan saat melihat kepalan tangan Gabby lalu menggelengkan kepala mereka bersamaan, "Nggak tahu."

"Geng Ular Hitam itu sangat misterius. Kami nggak tahu mereka dari kelas berapa."

"Ya," perempuan itu menganggukan kepalanya, "Setiap mereka mengambil uang kita mereka selalu memakai masker dengan corak sisik ular berwarna hitam. Jadi kami tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas."

"Dasar pecundang, mereka seharusnya berdoa agar aku tidak menemukan mereka. Kalau aku berhasil menemukan mereka, aku akan menghabisi muka mereka sampai-sampai gigi mereka hilang semua." Ancam Gabby dengan menggebu-gebu.

"Aku pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik." Ujar Gabby dengan suara dingin lalu membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari kedua perempuan itu.

Salah satu dari mereka akhirnya berbicara saat melihat punggung Gabby yang lama kelamaan terlihat samar-samar, "Dia lagi bercanda kan?"

"Aku tahu! Badan sekecil itu mana bisa mengalahkan geng Ular Hitam?"

--

Gabby berjalan ke arah kelas sambil tetap mengepalkan kedua tangannya dengan erat, kobaran api di dalam dirinya belum bisa reda. Dia berjalan ke arah kursinya lalu duduk menghadap Michael dengan pandangan yang menggebu-gebu.

"Ada apa denganmu?" Tanya Michael setelah melihat kepalan tangan Gabby.

Gabby membenarkan duduknya dan menjawab dengan nada emosi, "Katanya ada geng Ular Hitam di sekolah ini! Mereka suka mengambili uang anak-anak disini!"

Michael terdiam, berusaha mengingat-ingat dari mana dia pernah mendengar nama geng itu. Dia melepaskan kepalan tangan Gabby dengan halus, "Jadi sekarang apa rencanamu?"