Chereads / Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku / Chapter 17 - Kamu Punya Teman?!

Chapter 17 - Kamu Punya Teman?!

"Ha...Ha...Ha..."

Di dalam ruangan yang awalnya sejuk, sekarang sudah menjadi panas seperti di dalam sauna. Gabby berdiri dengan tegap dan mengepalkan tangannya dengan serius.

Selama jam pembelajaran, Kakek Hendrik yang awalnya terlihat tua dan lemah, seketika berubah menjadi pria yang memiliki mata tajam, gerakannya sangat cepat dan bersih, apalagi kaki dan tangannya terlihat sangat kuat.

Gabby membenarkan ikatan rambutnya dan mengawasi pergerakan kakek Hendrik. Raut wajah Gabby terlihat sangat serius, wajahnya sudah penuh oleh keringat.

"Berdiri yang tegak!"

"Angkat kakimu! Ya! Seperti itu!"

"Ambil nafas terlebih dahulu lalu buang."

"Ha..."

Gabby memegang pinggul kakek Hendrik dan menjatuhkannya ke atas matras dengan keras. Sebenarnya Gabby takut akan terjadi sesuatu dengan kakek Hendrik tapi dia sudah meyakinkan Gabby kalau dia pasti akan baik-baik saja.

"Bagus, sekali lagi!"

Tidak jauh dari tempat Gabby berlatih, Michael masih duduk dengan tenang, mungkin beberapa kali dia menutup matanya saat melihat seseorang di banting dengan keras di atas matras. Beberapa saat kemudian dia mengeluarkan handphone dari sakunya lalu bermain game.

"Michael! Aku sudah selesai nih. Cari makan yuk!" Gabby berlari kecil ke arah Michael duduk dan meluruskan kakinya.

Karena jarak mereka lumayan dekat saat duduk, Michael baru menyadari kalau wajah Gabby berwarna sedikit merah, mata cokelat besarnya sedang melihat ke arahnya, dan bibir berwarna merahnya sedikit karena terengah-engah.

Michael mengambil sarung tangan yang tadi sengaja dia bawa dan taruh di saku belakang celana jeansnya, mengelap keringat yang ada di wajah Gabby. "Oh, makasih." Mata Gabby terbelalak kaget lalu berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah Michael.

Menyadari kalau mukanya pasti berwarna merah, Michael menyodorkan sapu tangannya ke tangan Gabby lalu bergegas keluar ruangan, "Aku tunggu diluar ya." Dia menepuk-nepuk pantatnya dan berjalan keluar. Michael dapat mendengarkan gelak tawa yang keluar dari bibir Gabby

.

--

"Jadi, kita makan dimana ini, nih?" Itu hal pertama yang diucapkan Gabby saat dia keluar dari tempat les karate. Jangan salahkan dia, karena sejak dia selesai berlatih tadi, perut kecilnya sudah mengerang minta diisi makanan.

"Gimana kalau kita makan di kafe moondust aja?" Usul Michael. Kafe itu merupakan usaha teman kecil Michael, Sandra. Memang, masakan perempuan itu sudah terbukti enaknya.

"Kafe? Nggak mau ah, aku kan lapar." Tolak Gabby sambil mengerucutkan bibirnya, "Aku maunya makan di depot bu Rahma!"

"Lagian pasti harga makanan disana mahal-mahal." Lanjut Gabby.

Michael menghela nafasnya, tidak mau bertengkar lebih lanjut dengan Gabby. Tapi kali ini dia sangat ingin makan sandwich bikinan teman perempuannya itu. Meskipun namanya kafe tapi disana juga menyediakan berbagai makanan berat seperti nasi atau mie.

"Nggak, dengerin aku. Kafe itu milik teman masa kecilku dan bukannya apa-apa, cuman rasa makanan di kafe itu beneran enak!" Bujuk Michael, "Lagian, dia pasti akan memberiku diskon."

"Teman?! Sejak kapan kamu punya teman selain aku?" Gabby mengangkat kedua alisnya dan bergaya seperti menutup mulutnya, seakan-akan tidak percaya kalau Michael memiliki teman. "Kamu yakin itu bukan teman imajinasimu kan?"

Seketika mendengar itu Michael menghentikan langkahnya yang diikuti Gabby lalu menoleh dan mencengkram bahu Gabby dengan sekuat tenaganya, "Dengar ya, meskipun temanku bisa dihitung dengan jari bukan berarti aku nggak punya teman."

Michael berpikir kalau mungkin Gabby akan merasa kesakitan dan akhirnya berhenti mengejeknya. Tapi hal itu kelihatannya sangat mustahil, melihat raut wajah Gabby yang dihiasi oleh senyuman lebar.

"Baiklah tuan muda, ayo kita makan di kafe milik temanmu."

--

"Wah... Gila enak banget makanannya." Seru Gabby sambil menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tangan kanannya menggenggam erat sendok makannya.

"Dibilangin apa." Jawab Michael halus, tangan kanannya menopang dagunya dan mata hitamnya itu melihat Gabby makan dengan lahap.

Baru kali ini Michael melihat perempuan itu makan dengan sangat cepat seperti di kejar hutang. Pipi bulatnya kelihatan mengembang karena terisi penuh oleh makanan membuatnya semakin terlihat menggemaskan.

"Cobain ini deh." Seru Gabby sambil menyodorkan sendoknya ke dalam mulut Michael, "Rasanya enak banget."

Rasa manis dan gurih memenuhi indra perasa Michael yang membuatnya menutup matanya dan menikmati makanan yang didulang oleh Gabby, "Hm. Iya ini enak banget."

Gabby tertawa dengan bahagia, dan Michael berharap dia selalu bisa mendengarkan suara itu keluar dari mulut perempuan yang sekarang sedang duduk di hadapan Michael.