Chereads / Love from a letter / Chapter 5 - 5•Kehangatan

Chapter 5 - 5•Kehangatan

Happy reading

____________________

Sebuah kehangatan itu datangnya dari keluarga kita. Dan dia yang ada di hati.

_____________________

Pagi hari itu untuk pertama kalinya Mia bangun jam 05.30 dan sudah bersiap siap untuk pergi kesekolah.

Mia turun kebawah dan menghampiri ibuknya yang sedang berada di dapur menggunakan celemek berwarna putih polos.

"Ibuk"rengek Mia.

Astrid pun berbalik dan melihat Mia dari atas kebawah yang sudah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi.

"Tumben nak udah bangun"kata Astrid mengambil bahan bahan dapur yang ada di kulkas.

"Ih ibuk Mia tuh lagi sedih tau nggak"kata Mia lesu.

Ya dari tadi malam Mia memikirkan gadis yang tadi malam di cafe bersama Arfka.

Aish... kenapa sih gue nih mikirin itu Mulu dah

"Kamu sedih kenapa nak"tanya Astrid.

"Hiks hiks buk Mia tuh hiks"ucap Mia sesegukan pura pura menangis.

Astrid yang melihat itu ingin sekali melemparnya dengan benda tajam yang sekarang berada ditangannya.

Astaghfirullah

Yang sabar ya buk Astrid.

Astrid mengusap ngusap dadanya agar sabar menghadapi anaknya ini yang tak kunjung kelar berbicara dan hanya pura pura menangis.

"Cepat nak kalau ngomong tuh ibuk mau masak"jengkel Astrid.

"Ibuk"rengek Mia mendekati Astrid dan memeluknya.

Astrid mengelus rambut Mia dengan sayang dan sesekali melihat mata Mia yang sembab.

"Mata kamu kenapa udah sembab gini"tanya Astrid menjauhkan pundak anaknya dari pelukannya agar bisa melihat mata Mia.

"Ibuk emang kita salah ya kalau cinta sama seseorang"tanya Mia menatap ibuknya sendu.

"Nggak tuh. Emang kamu lagi jatuh cinta?"jawab dan tanya Astrid.

Mia mengangguk ngangguk dan kembali memeluk ibuknya.

"Iya buk Mia udah jatuh cinta sama seseorang dari Mia awal masuk SMA"gumam Mia yang masih didengar oleh ibuknya.

Astrid terus mendengar curhatan anaknya dan mengelus rambut Mia.

"Tapi buk sayangnya cowok yang Mia suka tuh kayak nggak pernah peka sama perasaan Mia. Tiap kali dia lewat kehadapan Mia Mia langsung dibilang mending Lu kerumah sakit jiwa dah"Kata Mia

"Masa' gitu sih kan jahat banget"Mia mendongak menatap Astrid yang tengah tersenyum.

Astrid saat ini membayangkan masa SMA nya saat Arham mengejar ngejarnya. Tapi dia kebalikan dari anaknya. Saat itu Arham yang dia bilang gila dan saat ini anaknya yang dibilang gila oleh cowok yang ia cintai.

Sungguh lucu bagi Astrid mengenang masa lalunya.

"Ibuk kenapa senyum sendiri"tanya Mia"Mia tuh lagi ngomong yang sedih tapi ibuk malah senyam senyum. Ibuk senang kalau Mia sedih kayak gini"lanjut Mia ditatap Astrid sendu dan memeluknya kembali.

"Nggak nak itu berarti perjuangan kamu nggak sia sia" ucap Astrid mengelus rambut Mia.

"Terus kenapa kamu dibilang gila sama cowok yang kamu cintai"tanya Astrid mejauhkan pundak Mia agar ia bisa menatapnya.

"Lah mangkanya itu buk Mia juga nggak tau. Tapi kalau setiap cowok yang Mia cintai itu lewat Mia pasti gerogi sendiri. Mulai dari diam bisa cerewet, mulai cerewet nanti bisa diam, mulai dari lincah bisa jadi selemah lemahnya, mulai dari seneng tapi gengsinya bukan main buk"jawab Mia ditertawakan oleh Astrid.

Yah persisi sekali. Bahkan sangat sangat persisi seperti cerita Arham dan dia dulu.

"Ibuk kenapa ketawa lagi"tanya Mia.

"Nggak ibu ketawa tuh ingat sama ayah kamu. Kamu persis banget kayak ayah kamu dulu"ucap Astrid tersenyum geli.

"Ada apa kok bahas ayah"tanya Arham yang tiba tiba nongol.

Astrid ingin menjawab namun sudah diputus oleh Mia terlebih dahulu.

"Ayah udah mau berangkat?"tanya Mia memperhatikan Arham yang mengenakan jas hitam baju kerjanya.

"Iya soalnya ayah ada kepentingan mendadak"kata Arham menghampiri Astrid dan Mia.

"Lah kamu kok tumben udah siap siap aja"kali ini Arham yang bertanya kepada Mia.

Astrid yang diam dari tadi mulai memasak nasi goreng dan merebus air.

"Iya yah Mia pingin cepat cepat  datang ke sekolah"jawab Mia memperhatikan Astrid yang sudah mengoseng nasi.

Arham hanya ber 'oh ria dan melihat Astrid yang baginya adalah sosok wanita yang selalu membuatnya luluh dan bisa merendamkan masa lalunya. Arham mengangkat sudut bibirnya simpul.

Astrid yang melihat suaminya tersenyum kearahnya ia pun juga membalas senyuman itu dengan lebar.

Beberapa menit kemudian

Mia yang diam dari tadi hanya memperhatikan kompor dengan tatapan bertanya.

Mia menggoyang goyangkan lengan ibuknya. Namun ibuknya tak berbalik kepadanya.

"Ibuk"panggil Mia akhirnya menepuk nepuk lengan Astrid.

Astrid pun berbalik kearah Mia"iya"

"Tuh Bu kenapa?"tanya Mia yang tak dimengerti oleh Astrid.

"Kenapa apa?"balik tanya Astrid.

"Itu buk kenapa ada asap"jawab Mia yang masih saja memperhatikan kompornya.

Astrid pun melihat yang dilihat oleh Mia begitu juga Arham yang  juga mendengar perkataan anaknya dan istrinya.

"Astaghfirullah Mia kenapa kamu nggak kasih mati aja kompornya"teriak Astrid langsung mematikan kompornya.

Bagaimana tidak saat ini hampir saja kebakaran jika terus dibiarkan seperti itu. Air yang sudah menguap nguap hingga tumpah, dan lebih parahnya lagi nasi gorengnya yang sudah hangus.

"Perasaan dari tadi ak-" eh tunggu "emang sejak kapan ya aku kepikiran juga buat kasih mati kompornya"bego kan Mia nya.

Astrid yang tergesa gesa segera membersihkan kompornya dan mengambil nasi goreng yang gosong itu kepiring. Air yang sudah mendidih tak dapat lagi diminum karena hanya tersisa bruduran.

Arham yang memperhatikan itu segera membantunya begitu juga dengan Mia.

"Yah trus gimana dong buk nasi gorengnya gosong"keluh Mia tak digubris oleh Astrid

"Sayang aku nanti sarapan di luar aja"kata Arham mengelus rambut Astrid karena melihat istrinya yang  juga sedang mengeluh.

"Nggak papa?"

"Iya nggak papa"

"Tapi kan aku mau masa-"

"Udah nggak usah kamu pikirin. Yang penting kamu baik baik aja dirumah"Arham memeluk Astrid dan menguap lembu rambut Astrid.

Mia yang dicuekin memasang muka cemberut ia melipat kedua tangannya di dada.

Mia melangkah mendekati kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Bisa bisanya mereka mesra mesraan didepan orang yang jomblo.

Akitnya...

Nggak papa lah jomblo tapi hati ini sakit karena tak pernah dianggap sama dia.

Iya dia dia yang selalu buat hati ini berdegup kencang tak karuan 😂.

Mia melepaskan tangan Arham dari pelukan Astrid dan segera menjauhkan mereka berdua.

"Ibuk sama ayah apa apaan sih"jutek Mia.

Astrid dan Arham menatap Mia heran lalu mereka saling menatap dan kembali menatap Mia dengan mengerti.

Cemburu Mia..

Mereka mendekati Mia Yang sedang memasangkan wajah cemberutnya.

"Apa kalian Deket Deket"kata Mia sinis pada Astrid dan Arham.

Astrid dan Arham saling berpandangan dan tersenyum tipis. Mereka semakin mendekati Mia yang masih saja cemberut.

"Sayang kamu kenapa"tanya Astrid kepada Mia yang iseng untuk Tidak mengerti.

Arham hendak mengelus rambut Mia namun Mia langsung menepisnya.

"Apaan sih"Kata Mia melirik Arham yang tersenyum jail kearahnya.

Astrid dan Arham pun sudah berada disamping Mia. Mereka berhati hati untuk melakukan yang sudah mereka rencanakan lewat gerakan mata.

"Berpelukan"ucap keduanya setelah memeluk Mia secara bersama.

Mia terkekeh geli. Melihat tingkah kedua orangtuanya benar benar membuatnya sangat bahagi.

Mia pun memeluk kembali kedua orangtuanya dan menahan tangisnya.

Ia benar benar bahagia memiliki keluarga seperti saat ini. Ia akan selalu berusaha agar membuat kedua orangtuanya bahagia. Meskipun tak seberapa mereka telah menjaganya seberusaha mungkin ia akan selalu membuatnya bahagia.

Mia melepaskan pelukannya dan menatap Astrid dan Arham. Ia tersenyum dan mencium pipi mereka.

"Ayo yah kita berangkat"ucap Mia.

Arham pun mengangguk dan mencium pipi istrinya.

Lalu Mia dan Arham pun pergi dari pekarangan rumah menggunakan mobil.

TBC